/ Pernikahan / Bukan Mauku jadi Madu / 챕터 11 - 챕터 20

Bukan Mauku jadi Madu의 모든 챕터: 챕터 11 - 챕터 20

24 챕터

Bab 11

Bab 11 BMJMSesuai permintaan dari Mas Fahri, hari ini aku memakai lingerie berwarna pink yang entah dibeli kapan. Masih ada tag sebagai tanda bahwa itu adalah pakaian baru. Aku bahkan belum sempat mencucinya karena Mas Fahri meminta untuk dipakai malam ini juga.Setelah memakai lingerie, aku duduk di depan meja rias sambil mengoleskan krim malam dan juga hand body ke seluruh tubuh. Tak lupa, parfum kesukaan Mas Fahri aku pakai agar ia makin senang. Setelah itu, aku duduk sambil menunggu kepulangannya.Suara garasi yang dibuka lebar menandakan kepulangan Mas Fahri. Hatiku berdegup kencang dibuatnya. Padahal ini sudah hari ketiga pernikahan, namun rasa malu padanya masih sering kurasakan.Aku bersembunyi di dalam selimut dan pura-pura tertidur karena malu jika ketahuan sudah menunggunya sejak tadi. Tak lama kemudian, Mas Fahri masuk kamar dan menghampiriku. Ia langsung menyibak selimut dan tersenyum penuh arti.“Senangnya ada yang udah nun
더 보기

Bab 12

Kepulangan SalimaTak terasa sudah sepekan berlalu sejak pernikahanku dengan Mas Fahri. Aku masih sering mengunjungi Ibu dan Ayah saat Mas Fahri sedang pergi bekerja. Karena masih tinggal satu kota, Mas Fahri mengizinkanku untuk pergi sendiri dengan syarat harus naik taksi online. Alhamdulillah, keadaan Ayah semakin baik dan kakinya sudah mulai bisa diajak berjalan meski harus tertatih-tatih.Hari ini adalah jadwal kepulangan Salima. Aku sangat menunggunya dengan hati berdebar. Seperti seorang junior yang akan menghadapi seniornya saat Masa orientasi kampus. Begitulah kira-kira perasaanku sekarang.Mas Fahri pergi untuk menjemput Salima di rumah orang tuanya. Tentu saja aku tidak diajak ikut karena khawatir akan reaksi keluarganya Salima, terutama orang tuanya. Orang tua mana yang akan ridho dan ikhlas melihat anaknya dipoligami? Sudah pasti cap pelakor akan dilayangkan padaku, dan aku belum siap untuk itu.Aku masih sibuk berkutat di dapur demi m
더 보기

Bab 13

Pov SalimaMasakan Adinda memang sangat lezat. Aku mengaku kalah jika beradu skill memasak dengannya. Dia kan memang jago masak karena pernah berdagang nasi uduk juga, sudah pasti masakannya lezat. Setelah selesai membereskan meja. Aku mengambil segelas dessert creamy avocado sago yang ada di kulkas dan membawanya ke halaman belakang. Makan di halaman belakang sebetulnya memang paling menyenangkan, seperti healing tersendiri buatku.Halaman belakang memang sengaja aku desain sedemikian rupa. Ada kolam ikan, taman bunga, dan beberapa sangkar burung peliharaan Mas Fahri bertengger di halaman belakang. Tempat ini aku ciptakan untuk melepas kepenatanku atas pernikahan yang kujalani. Yang sampai sekarang belum kuikhlaskan untuk dilepas begitu saja.Adinda datang dan menanyakan beberapa hal, termasuk hatiku. Dia menanyakan bagaimana perasaanku tentang poligami ini. Haruskah aku jelaskan bahwa hatiku hancur berkeping-keping dengan pernikahan mereka? Wajah polos dan lugunya Adinda benar-benar
더 보기

Bab 14

Tentang Masa LaluBeberapa tahun yang lalu ...Hari ini adalah hari pernikahan Adinda dengan Arkan. Salima yang melihat Fahri hanya berdiri mematung dari kejauhan segera menghampirinya.“Ayo masuk, Fahri. Beri ucapan selamat pada mereka. Buktikan kalau kamu sudah bisa melepas Adinda dengan ikhlas.” Salima memberi kode agar Fahri segera masuk lewat matanya, sedangkan Fahri masih saja diam di tempatnya berdiri.“Aku … sepertinya mau pulang saja. Aku titip kado ini, tolong berikan pada Adinda langsung.” Fahri menyerahkan sebuah kotak berlapis kertas kado yang sudah dibungkus dengan rapi, lalu kemudian berbalik pergi.“Tunggu, Fahri!” Salima mengejar Fahri hingga sampai di parkiran para tamu undangan. Fahri yang mendengar namanya dipanggil lalu menoleh dan mendapati Salima menyusulnya.“Kamu … masih mencintai Adinda? Dia bahkan sudah menikah hari ini, jangan gila!”“Ya, aku memang gila. Adinda yang membuatku tergila-gila padanya!”Salima tersenyum getir mendengar pengakuan itu. Meskipun s
더 보기

Bab 15

Bab 15Hari pernikahanPernikahan yang digelar cukup meriah, tentu saja Bu Halimah dan Salima yang sibuk mengurus segala persiapannya. Sedangkan Fahri menyerahkan kebebasan pada calon istri dan Ibunya untuk mengatur semua persiapan.“Senyum dikit dong, Mas,” pinta Salima pada Fahri yang daritadi menekuk wajah. Bibirnya seolah terkunci dan hanya menyapa tamu sekedarnya. Tidak ada kebahagiaan yang terpancar dari wajah Fahri.Fahri memang sedikit menyesali keputusannya. Namun apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur, dan ia tak bisa mundur. Hampir saja ia salah menyebut nama saat akad tadi. Ia hampir menyebut nama Adinda alih-alih Salima. Untung saja Ayah Salima tidak menaruh curiga dan memilih untuk mengulangi ijab qabul setelah menyuruh Fahri untuk tetap fokus.Berbeda dengan Fahri, wajah Salima justru sangat sumringah. Ia seperti sedang menikmati hari paling bahagia dalam hidupnya. Tak terhitung sudah berapa tahun ia memendam rasa pada Fahri, sejak sekolah dulu. Namun ia hanya bisa me
더 보기

Bab 16

Bab 16Malam Pertama yang MenyedihkanFahri masih bergeming, tak mengeluarkan suara sedikitpun. Sedangkan Salima masih setia menunggu reaksi Fahri. Salima mulai merasa dingin karena busana minimalisnya. Ia masih mencoba tetap tersenyum sambil menunggu reaksi suaminya.Fahri mengerjapkan matanya. Ia mulai mengumpulkan kesadaran dan menekan hasratnya kuat-kuat. Ia tak boleh tergoda dengan rayuan Salima. Bagaimana jika nanti Salima hamil anaknya? Tentu saja ia tak akan bisa meninggalkan anaknya begitu saja.“Kamu mau apa?” tanya Fahri ketus seolah ia sama sekali tak tertarik dengan pemandangan indah di depan matanya. Kulit mulus Salima terekspos di banyak tempat. Fahri berusaha sebaik mungkin hanya menatap matanya Salima, bukan ke tempat lain yang lebih menggoda untuk dilihat.“Aku mau melaksanakan kewajiban sebagai istri, dan juga meminta hak sebagai istri tentu saja.” Salima berusaha sebaik mungkin memaparkan alasan. Ia tak boleh kalah terus dari Fahri. Ia sudah berjanji pada Bu Hali
더 보기

Bab 17

Kedatangan Bu HalimahFahri dan Salima memutuskan untuk pulang ke rumah sore hari. Meskipun villa yang dipesan Bu Halimah masih tersisa satu hari lagi, namun mereka mengabaikan itu. Untuk apa berduaan di tempat romantis jika mereka berdua bukanlah sepasang suami istri sungguhan. Fahri langsung membawa Salima ke rumah miliknya, rumah yang sudah dibeli Fahri dari hasil kerja kerasnya.“Ini kamar kamu,” ujar Fahri sambil menunjuk pada salah satu kamar yang terletak di tengah rumah.“Maksudnya, kamar kita?” tanya Salima yang tak mengerti maksud Fahri.“Disini kita pisah kamar aja, biar kejadian semalam gak terjadi lagi. Kalau kamu sampai rayu aku lagi, maka kita akan bercerai lebih cepat dari yang kamu duga.” Tatapan mata Fahri menghunus tajam pada Salima, membuat Salima sedikit ciut. Padahal ia sudah merencanakan banyak hal untuk merayu Fahri lagi.“Jangan geer!” jawab Salima pura-pura tak acuh. Ia masuk ke kamar dan membereskan barang-barang yang dibawanya. Padahal sebenarnya ia ketar-k
더 보기

Bab 18

Malam penuh gairahFahri menatap Salima dengan dahi berkerut, tak biasanya Salima mengetuk pintu kamar malam-malam. Lalu pandangannya tertuju pada botol yang digenggam oleh Salima.“Ada apa?” tanya Fahri ketus.“Ini, ada titipan dari Ibu, katanya bagus buat stamina,” jawab Salima sedikit berbohong. Maksudnya mungkin, bagus untuk stamina pengantin baru di malam pertama. Salima tertawa dalam hati.“Minuman apa ini? Bukan yang aneh-aneh kan?” Fahri menelisik botol. Tidak ada bacaan komposisi atau apapun. Sepertinya ini minuman racikan.“Masa Mas Fahri curiga sama Ibu sendiri? Kata Ibu harus habis diminum malam ini, kalau besok udah basi. Terserah mau diminum atau enggak, aku hanya menyampaikan amanat.” Salima berbalik dan masuk ke kamarnya. Ia tidak boleh terlihat menunggu dan berharap Fahri meminum itu. Bisa membuat Fahri curiga.Salima masuk ke kamar dan berniat meminum botol satunya lagi, Bu Halimah bilang jika botol itu untuk mereka berdua, biar gairahnya sama-sama meningkat. Namun
더 보기

Bab 19

Bab 19Mencari DalangFahri telah sampai di laboratorium, dia segera menyerahkan botol itu kepada petugas. Lalu mereka memintanya untuk kembali lagi nanti jika hasilnya sudah keluar. Petugas meminta Fahri untuk menuliskan nomor ponsel agar mudah dihubungi.Fahri berjalan gontai memasuki mobilnya. Ia memukul stir berkali-kali sebagai bentuk meluapkan amarahnya. Pikirannya kacau sekarang. Bagaimana jika sampai Salima hamil anaknya? Sudah pasti tak akan ada masa depannya bersama Adinda.“Semoga perbuatanku yang semalam tidak menghasilkan anak,” harapnya dalam hati. Fahri bertekad, mulai sekarang ia akan lebih berhati-hati terhadap apapun yang diberikan Salima. Dia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan memakan atau meminum sesuatu yang dibuat oleh tangan Salima lagi.“Mulai sekarang, kamu tak perlu lagi menyiapkan makanan untukku, siapkan saja untuk dirimu sendiri. Aku akan makan diluar mulai hari ini.” Fahri mengirimkan pesan itu pada nomor Salima.Lalu Fahri menghidupkan mobilnya dan
더 보기

Bab 20

Pihak laboratorium mengatakan jika sample yang diberikan oleh Fahri sudah berhasil diidentifikasi. Fahri segera pergi ke lab untuk mengecek langsung. Petugas lab mengatakan jika botol itu mengandung ramuan herbal yang berfungsi sebagai obat perangsang dan obat kuat. Fahri mengepalkan tangannya mendengar pemberitahuan itu. Dia merasa dicurangi karena tak diberi tahu apapun mengenai obat itu sebelumnya.Fahri langsung memacu mobilnya untuk pulang ke rumah. Sudah dua hari sejak kejadian itu, dia tak pulang ke rumah dan bermalam di kantornya. Tentu saja dia masih marah pada dirinya sendiri karena melanggar janji yang sudah dia ucapkan.Tok tok tokFahri langsung mengetuk pintu dengan keras. Amarahnya telah berada di level puncak. Dan dia harus segera meluapkannya.Beberapa saat kemudian, Salima membukakan pintu. Tangan Salima terlipat di dada. Tentu saja dia kesal. Fahri dua hari tak pulang, dan sekarang mengetuk pintu dengan tak sabaran. Apa maksudnya?“Masih ingat jalan pulang ternyata?
더 보기
이전
123
DMCA.com Protection Status