Semua Bab Rahasia Suami Pelitku: Bab 41 - Bab 45

45 Bab

Bab 41 Kembalinya Mawar

Rendy nampak tidak yakin dengan apa yang baru saja dipinta oleh Mawar dan memastikan bahwa yang diminta wanita itu tidak main-main."Kamu serius, Dek?" Entah sudah kesekian kalinya pertanyaan itu diulang oleh Rendy membuat Mawar merasa jengah."Iya, Bang! Aku serius," jawab Mawar seraya menatap lekat wajah Rendy."Baiklah," jawab Rendy mengalah. Kemudian ia memerintahkan sang mandor untuk mengajak Mawar berkeliling area kontruksi yang sudah berjalan setengah.Mawar meminta untuk diberikan izin menjadi tangan kanan Rendy untuk memantau proyek tersebut.Tentu saja apa yang diminta oleh Mawar sedikit membuat Rendy merasa keberatan. Sebab, pekerjaan lelaki itu akan semakin ekstra nantinya jika Mawar sampai kecapekan.Sedangkan Mawar yang kini tengah menikmati pemandangan bangunan yang sudah setengah jalan itu pun merasa puas."Apa mungkin dalam beberapa bulan kedepan hotel ini sudah siap untuk digunakan, Pak?" Tanya Mawar kepada sang mandor tanpa mengalihkan perhatiannya."Menurut jadwal
Baca selengkapnya

Bab 42 Mulai terbongkar

Mawar kini menjadi uring-uringan, karena tidak mendapatkan izin untuk melakukan apa yang ia sukai.Perasaan Mawar menjadi sepi, ia melamun seraya teringat kepada Bambang. Dulu, ketika ia ditimpa banyak sekali beban pikiran. Lelaki itu akan membuatnya tertawa.Namun, kenangan itu hanya tinggal kisah yang seolah tidak ingin ia ceritakan kepada siapapun."War, apa boleh Bunda masuk?"Terdengar suara dari luar pintu membuat Mawar dengan langkah gontai menuju pintu dan memutar kenopinya.Setelah pintu terbuka, ia bisa melihat wajah sang bunda yang tersenyum menatapnya."Bunda masuk, ya?" Izin Arumi yang mendapatkan anggukan dari Mawar.Kini keduanya duduk ditepi ranjang, saling berhadap-hadapan."Bagaimana keadaanmu, sekarang? Sudah agak mendingan?" tanya Arumi penuh perhatian seraya menyisipkan anak rambut dibalik telinga Mawar. Cinta seroang ibu sepanjang jalan, tidak pernah memudar atau terkekang oleh waktu. Bahkan sekalipun seorang ibu telah tiada, doanya masih menyertai sang anak.Be
Baca selengkapnya

Bab 43 Cinta Itu Aneh.

Mawar yang kini sudah berada di kontruksi dibuat tidak fokus setelah kejadian perdebatan antara anak dan bapak tadi.Ia masih bingung, apakah harus menyelidiki sendiri apa yang telah terjadi kepada Bambang dan Melati. Atau, membiarkan semuanya sebagai sesuatu yang tidak perlu untuk ia ketahui."Hati-hati, Bu!" teriak sang Mandor membuat Mawar tersentak dan kemudian menatap mandor yang berlari ke arahnya."Ada apa, Pak?" tanya Mawar ketika lelaki itu sudah berdiri dihadapannya."Mohon, maaf, Bu. Bisakah Anda untuk tidak terlalu dekat dengan pekerja yang sedang mengangkut material? Saya takut, Anda tertimpa material yang mereka bawa," jelas sang mandor dengan raut wajah pucat dan nafas yang ngos-ngosan.Mawar menatap keadaan disekitarnya, kemudian berjalan menuju pojok. Ia sadar akan kelalaiannya, mungkin saja akan membuatnya terluka atau orang lain ikut terluka.Sang mandor masih setia berada didekat Mawar, walaupun ia meras risih. Akan tetapi, ia coba biarkan dan kembali fokus pada
Baca selengkapnya

Bab 44 Takut Kehilangan.

Setelah semua pekerjaannya selesai, ditambah hari semakin sore membuat Mawar pun bersiap-siap untuk pulang.Namun, ketika ia hendak masuk ke mobil. Tanpa sengaja Mawar melihat lelaki paruh baya yang sebelumnya sempat berbincang dengannya membuat ia menyeru lelaki tersebut dan meminta lelaki itu untuk ikut bersamanya. "Mohon maaf, Bu. Saya takut jika nanti dilihat oleh Pak Mandor, bisa-bisa saya dipecat," cicit lelaki itu ketakutan seraya menatap sekitarnya. Takut-takut ada yang melihat dirinya tengah bersama dengan Mawar.Tentu saja Mawar tidak akan menyerah dan mengancam lelaki paruh baya itu, walaupun hanya sekedar mengancam. Sebab ia tidak akan pernah tega."Jika Bapak tidak mau ikut dengan saya? Maka, mulai besok? Bapak tidak udah pergi bekerja."Raut wajah lelaki paruh baya itu nampak tegang, seketika menjadi penurut membuat Mawar merasa senang dan mereka pun masuk ke mobil.Sesekali Mawar menatap lelaki yang sudah berumur itu, telintas di dalam benaknya. Betapa berat kehidupan
Baca selengkapnya

Bab 45 Bertemu Mertua

Keadaan Mawar menjadi drop seketika, tentu saja semua orang menjadi khawatir. Bahkan Rendy tidak mau beranjak dari tempat tidur Mawar sama sekali."Kamu kenapa, sih, Dek? Kalau diberi tahu, ngeyel!" Kata Rendy membuat Mawar memutar bola matanya malas.Mawar malas akan sikap posesif Rendy dan kedua orang tuanya, padahal ia hanya ingin hidup seperti dulu. Bebas memilih dan menentukan jalan hidupnya sendiri, bukan sepeti sekarang yang selalu disetir oleh ketiga orang yang begitu menyayanginya dengan cara mengekang hidup Mawar. "Ren, apa kamu tidak berangkat bekerja?" tanya Arumi yang baru saja masuk dengan sebuah nampan di tangannya.Rendy seakan paham akan ucapan Arumi, kemudian beralasan. Jika tidak ingin meninggalkan Mawar yang tengah sakit, padahal Mawar merasa senang. Seandainya Rendy pergi."Abang seharusnya giat bekerja, bukannya jadi pengangguran seperti sekarang," ejek Mawar membuat Rendy memasang raut wajah garang.Tidak berapa lama kemudian Arman masuk dan mengajak Rendy ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status