"Maaf, ya, Rif," ucapku seraya berdiri."Gak apa-apa, Mbak. Mbak Naya jalannya hati-hati. Mau Arif bantu ke kamar mandi?" Aku menggeleng. Rasanya tak pantas jika harus diantar oleh adik ipar, aku malu.Aku segera melangkah meninggalkan Arif dan ibu, berjalan perlahan menyusul Mas Rendi. Entah kenapa, aku merasa Arif memperhatikan diri ini sejak tadi. Ah, mungkin hanya perasaanku saja."Kok lama, Nay?" tanya Mas Rendi saat aku masuk mushola."Tadi hampir jatuh, Mas." Aku mulai mengenakan mukena putih lalu duduk di samping Salma dan Salwa."Kamu tidak kenapa-napa, kan?""Aku baik-baik saja, Mas. Kita mulai salatnya, tapi Naya duduk, ya." Mas Rendi mengangguk lalu mulai mengimami kami.Aku menengadahkan tangan, meminta Illahi Robbi untuk memberi kesabaran dalam menerima cobaan hidup. Dan berharap semoga Allah melunakkan hati ibu dan Mbak Ambar. Seperti karang yang terkikis oleh ombak lautan.***"Mas berangkat, ya, Nay. Kamu tidak apa-apa, kan? Kalau butuh sesuatu minta bantuan ke ibu at
Baca selengkapnya