Semua Bab 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova. : Bab 111 - Bab 120
196 Bab
Bab 111. Kemarahan Rose.
Ting!! Edward bergegas meninggalkan lift setelah pintu lift terbuka. Semakin ia dekat ke Apartemen miliknya, ia menemukan 4 Bodyguard Pamannya telah berjaga di depan Apartemennya. Sedangkan pintu Apartemennya sendiri, saat ini tengah terbuka lebar. Tanpa perlu bertanya kepada keempat Bodyguard itu, ia langsung memasuki Apartemen miliknya. Di sofa ruang tamu, ia melihat Pamannya sedang duduk sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Pria dewasa berwajah keras itu, saat ini terlihat sangat-sangat lelah. Hal itu tampak di guratan yang tercetak di wajah sang Paman. Dan di tangan Pamannya, ia menemukan pakaian yang Rosalia kenakan semalam. "Paman!" Edward mencoba menegur Ernest seraya menghampiri Pamannya itu. Membuat Ernest sontak berpaling ke arahnya. "Ed." Suara Ernest terdengar serak menyapa indera pendengaran Edward, bahkan ia menangkap ada nada tertekan di dalamnya. "Maafkan aku, Paman. Aku... Tidak bisa menghalanginya untuk meninggalkan kota ini."Mendengar penjelasan E
Baca selengkapnya
Bab 112. Rose Di Dalam Kamar Ernest?
"Kapan rencananya Paman akan menemui Rosi di Paris?" tanya Edward. Ia menenggak sisa whisky di dalam gelasnya, meletakkan gelas ke lantai pinggir kolam, lalu menatap sang Paman dengan wajah serius. Oliver juga turut melakukan hal yang sama. Namun, di saat ia menoleh pada Ernest-- Sudut matanya menangkap bayangan Rose dari balik jendela kaca yang membatasi area kolam renang dengan bagian dalam Mansion. Keningnya berkernyit kala memperhatikan gelagat Rose yang tampak mencurigakan baginya. "Hmmm... Secepatnya, mungkin setelah Paman menyelesaikan semua pekerjaan di Gail Group terlebih dahulu." Tukas Ernest. Mendengar ucapan Ernest, Oliver pun berpaling pada sang Paman kemudian mengangguk setuju. "Hanya saja, Paman masih belum yakin apakah Rosi masih mau bertemu dengan Paman?" lanjut Ernest lagi, sembari ia memberi isyarat pada Anne yang baru saja tiba untuk mengisi gelasnya dan gelas kedua Keponakannya yang telah kosong. Anne mengangguk patuh dan segera berlutut di samping kursi yang
Baca selengkapnya
Bab 113. Sentuhan Oliver.
"Apa yang ingin kamu lakukan, Rose?!"Pertanyaan Ernest yang bernada dingin, membuat sekujur tubuh Rose sontak mengkerut. Dan sambil memperhatikan pria berwajah arogan itu mengangkat tubuhnya untuk duduk di atas ranjang, ia diam-diam mencoba menggerakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Ernest. "Tuan Ernest, ini sakit." Lirihnya seraya menarik tangannya. Tanpa Rose duga... "Ukh!!" ia tercekat ketika salah satu tangan Ernest yang bebas kini telah berada di lehernya. "Tu-Tuan Ernest..." Wajah Rose memerah di saat ia merasakan tangan tersebut meremas lehernya dengan keras. "Besok pagi, kembalilah ke mansion keluargamu, Rose Heart! Pertunangan kita telah dibatalkan, dan kamu... Kamu tidak diterima di sini!!" bentak Ernest, setelahnya ia melemparkan wajah Rose ke atas ranjang. Rose menarik nafas dengan rakus setelah Ernest melepaskan lehernya demi mengisi paru-parunya yang terasa sesak gara-gara cengkraman Ernest pada lehernya tadi. Mengacuhkan posisinya yang tampak memalukan dan m
Baca selengkapnya
Bab 114. Hari Kelima Belas.
Keesokan harinya, pukul 7. Untuk pertama kalinya Oliver terlambat bangun gara-gara adegan panas yang ia lakukan bersama Rose semalam. Bahkan masih jelas di dalam ingatannya bagaimana semua itu dimulai. Setelah Rose melepaskan pelukannya, Rose tiba-tiba berjingkat mencium bibirnya. Gerakan wanita itu sangat kaku, tapi membuatnya sempat tertegun selama beberapa saat. Rose, yang pernah menolak untuk bertunangan dengannya lalu meninggalkan dirinya di malam pertunangan mereka-- Tiba-tiba menciumnya? Sempat terpikirkan olehnya, apakah Rose melakukan hal itu karena Rose telah menyerah terhadap Pamannya? Namun, pikiran itu menguap begitu saja di saat ia melihat ekspresi di wajah Rose. Wajah itu... Yang terlihat sama persis dengan Rosalia, membangkitkan kelelakiannya. Dan kepolosan Rose kala menggodanya bahkan mengingatkan ia akan kepolosan Rosalia. Hal inilah yang membuat ia tanpa sadar menyentuh Rose, bergulat dengan peluh dan keringat bersama wanita cantik itu di atas ranjang. Sialnya,
Baca selengkapnya
Bab 115. Pengorbanan Oliver.
Dengan bantuan beberapa Bodyguard Ernest, kini Rose tengah menyimpan tas pakaiannya ke dalam bagasi mobil Oliver. Sementara di dalam Mansion, Oliver tengah berbicara dengan Anne. "Apa yang Tuan lakukan?" protes Anne, sambil menatap Oliver. Setelah ia mendengarkan penjelasan dari Keponakan Majikannya itu bahwa Oliver ingin mengambil tanggung jawab untuk menjaga Rose. Mendengar suara Anne yang sedikit meninggi, Oliver segera memberi isyarat pada Anne agar mengecilkan suaranya. Ia, hanya tidak ingin Rose sampai mendengar percakapannya bersama Anne. "Aku harus melakukannya, Ann." Tekannya pada wanita paruh baya itu. Lalu kemudian menyelipkan jemari tangannya di antara rambutnya yang tebal dan menyugar sebagian rambutnya itu ke belakang kepalanya. "Aku... Harus mengawasinya agar Rose tidak lagi menyimpan dendam terhadap Adiknya karena Paman telah menolak dirinya dan lebih memilih untuk menjalin hubungan dengan Adiknya.""Jadi... Apakah itu artinya wanita itu telah memilih Tuan Ernest?" s
Baca selengkapnya
Bab 116. Apa Yang Terjadi Pada Rosalia?
"Sial, ke mana kamu, Ernest Gail? Mengapa sampai jam sekarang ponselmu masih sulit untuk dihubungi?" Sekali lagi Gabriel mengusap lambang memanggil pada ponselnya. Ini sudah yang kelima kalinya ia mencoba menghubungi Ernest, namun lagi-lagi panggilannya selalu berakhir di kotak suara. "Huh!!" akhirnya dengan kesal ia mengantongi kembali ponsel miliknya, lalu menyugar rambutnya dengan gusar. 'Di mana dia?' pikirnya seraya memutar bola matanya. Karena tidak biasanya di jam-jam begini Ernest mematikan ponselnya. Di saat Gabriel mengalihkan pandangannya ke arah Rosalia, tiba-tiba ia melihat kelopak mata Rosalia yang tengah terpejam tampak bergerak. Sepertinya gadis itu sudah mulai terjaga. Hanya berselang beberapa detik, sesuai perkiraannya-- Rosalia pun membuka matanya. Membuat ia langsung menghampiri Rosalia dan menjatuhkan bokongnya di pinggiran ranjang. "Hei, istirahatlah! Jangan memaksakan dirimu untuk bangun, aku lihat tubuhmu terlalu lemah." Nasehatnya pada Rosalia. Ia lalu memb
Baca selengkapnya
Bab 117. Rosalia Hamil?
"Pagi ini Rosi pingsan, Ernest."Mendengar ucapan Gabriel itu, salah satu alis Ernest mencuat naik. Namun sang empunya alis masih tidak juga bergeming. Terus menunggu lanjutan kalimat Gabriel selanjutnya. "Aku dengar, dia juga muntah cukup banyak pagi ini. Tapi, tenanglah! Aku sudah meminta Dokter keluargaku untuk memeriksa keadaannya." "Bisakah kamu tidak berputar-putar, Gab! Katakan saja apa yang terjadi!" protes Ernest tak sabar. Ia lalu menyugar rambutnya karena terlalu gusar menunggu apa yang ingin Gabriel sampaikan padanya. "Dia hamil, Bung."Degg!! Ernest membeku di hadapan Gabriel, "Apa katamu?" lontarnya tak percaya, terus menatap Gabriel demi memastikan bahwa informasi yang baru saja dikatakan oleh Sahabatnya ini tadi memang benar adanya. "Rosi hamil, Bung. Dua minggu!" tekan Gabriel, tapi ia mengucapkan kata-katanya itu dengan sangat pelan. Namun itu cukup membuat Ernest tersentak, termangu, bingung bagaimana harus menanggapi informasi tersebut. Informasi yang selama i
Baca selengkapnya
Bab 118. Rosalia Marah?
"Sayang?" "Ya."Sekali lagi Ernest mengurai pelukannya, mendorong pundak Rosalia perlahan hingga tubuh mungil itu kembali bersandar pada bantal yang terdapat di belakangnya. "Saat kamu pergi, aku menemukan kalung dan kartu hitam yang kamu tinggalkan di griya tawang." Ia merogoh saku jas yang dikenakannya, dan mengeluarkan sebuah kalung yang pernah diberikannya pada Rosalia dan biasanya selalu berada di leher Kekasihnya ini. "Ini!" Rosalia hanya menatap untaian kalung yang diangkat Ernest ke hadapan wajahnya. Di saat melihat kalung tersebut, kesedihan sontak mengisi relung hatinya. Hari itu, ia ingat dengan baik ketika ia memutuskan untuk melepaskan kalung tersebut dan meninggalkannya di griya tawang sebelum ia pergi meninggalkan kota L. Kala ia melakukan hal itu, hatinya sangat hancur mengingat kebohongan Ernest padanya. Ternyata, tanpa sepengetahuan dirinya, banyak hal yang telah Ernest sembunyikan darinya. Terutama tentang Rose yang nyatanya telah memilih Kekasihnya ini, juga ten
Baca selengkapnya
Bab 119. Apa Yang Terjadi Pada Ernest?
Selama mendengarkan penjelasan dari Sahabatnya, Gabriel lebih banyak diam sambil memperhatikan wajah Ernest dengan serius. Namun sesekali, ia juga manggut-manggut. Yang artinya ia setuju pada tindakan yang telah Ernest ambil. "Begitulah, Gab." Ujar Ernest mengakhiri ceritanya, lalu menghela nafas lelah. "Sudahkah kamu katakan hal ini padanya?" tanya Gabriel. Ernest menggeleng pelan, "Aku tidak bisa mengatakannya, Gab. Aku... Aku tidak ingin Rosi merasa terbebani setelah mendengar bagaimana aku menghadapi Ayahku. Lagipula masalahku dengan Ayahku telah selesai, bagiku ini sudah cukup!" tegasnya sembari tersenyum kelu. "Cih, kamu benar-benar pria sejati, Bung." Tukas Gabriel. Ia menepuk pundak Ernest, mengekspresikan kekagumannya terhadap Sahabatnya itu. "Begini saja, aku akan mencoba membantumu untuk membujuknya. Tapi... Untuk sementara ini, sebaiknya kamu biarkan dulu Rosi di sini sendiri. Biarkan dia menenangkan pikirannya terlebih dahulu, aku perhatikan-- Dia terlalu banyak menang
Baca selengkapnya
Bab 120. Aku Berubah Pikiran.
Saat ini di atas ranjang, Rosalia tengah mengoleskan salep pada sekujur tubuh Ernest yang memiliki memar menghitam. Meskipun memar tersebut sudah mulai terlihat samar, namun ia tahu bahwa semula tampilan memar tersebut pasti sangat mengerikan dan pastinya sangat menyakitkan. Ia mengetahuinya karena ia sering terlibat perkelahian dengan beberapa pria sebelumnya, dan juga pernah mendapatkan memar seperti ini di tubuhnya akibat terkena pukulan tongkat bisbol yang dibawa oleh lawannya. "Ssshh..."Mendengar ringisan pelan Ernest, ia sontak menatap wajah Kekasihnya itu yang mencoba untuk tersenyum padanya. "Bodoh, sangat bodoh!" omelnya geram sambil memencet salah satu memar di bawah dada Ernest, membuat Kekasihnya itu mengerang tertahan. "Apa ini enak, Mr. Ernest Gail?" sindirnya. Tapi bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan satu tarikan di tengkuknya dan lumatan lembut di bibirnya. Tubuhnya bahkan didorong pelan ke belakang dengan posisi tangan Ernest berada di pinggangnya hingga ia t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status