"Sinta, ini ...."“Cepatlah makan deh,” kata Sinta tidak menunjukkan ekspresi. “Tidak baik terlalu sering makan mie instan. Aku sudah bilang berkali-kali, 'kan!”Hidung Jessika terasa ngilu dan matanya terasa perih.Sinta menatap Jessika lama sekali, akhirnya berhenti berpura-pura dan tertawa terbahak-bahak."Apa yang kamu lakukan sih? Ini bukan pertama kalinya aku membawakanmu makanan, 'kan? Apa kamu akan membuatku ikut menangis juga?"Jessika menelan nasi di mulutnya, matanya memerah, setelah bergumam lama, akhirnya dia mengucapkan kata itu, "Maaf, Sinta."Hati Sinta menegang.Dia tahu betapa tingginya gengsi Jessika, dia tidak pernah mengakui kesalahannya setiap kali mereka bertengkar, tetapi Sinta tahu seberapa jauh Jessika akan berusaha membantunya.Padahal, hari itu hanyalah pertengkaran biasa antara dua orang yang berteman baik.Sebenarnya tidak perlu terlalu serius menanggapinya.Sinta tersenyum dan memegang tangan Jessika, matanya ceria dan lembut. "Sudahlah, kakak adik mana y
Read more