Semua Bab Kado Biru Istriku: Bab 11 - Bab 20

30 Bab

11. Jujurkah Pada Ibu?

Alunan nada menggema dari benda pipih yang berada di atas nakas. Entah sudah berapa berapa lama benda tersebut berdering, tapi tidak kuhiraukan. Pikiran kacau, bahkan setelah sampai di rumah Ibu, aku hanya merebahkan diri di kasur tidak ingin beranjak kemanapun. Masih dengan pakaian sama yang sudah tidak jelas bentuknya. Tanganku menggapai ke atas nakas mencari benda yang masih berdering tersebut. Suaranya memekakkan telinga, terlalu bising untukku yang saat ini butuh ketenangan. "Jaka, kamu kemana saja? Tidur? Ibu lama nungguin kamu hampir sejam kenapa tidak datang?" Omelan Ibu menyadarkanku yang lupa untuk kembali ke rumah sakit. Beringsut kuturuni ranjang dengan malas. "Iya, Bu. Maaf Jaka ketiduran," jawabku berbohong sembari melepas baju bersiap ke kamar mandi. "Jaka … Jaka. Benar dugaan Ibu kamu pasti tidur. Ya sudah, cepat ke sini, Ibu tunggu!" Telepon dimatikan Ibu sepihak. Sepertinya beliau marah. Aku sudah tidak peduli. Kulempar sembarang ponsel ke atas tempat tidur dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-17
Baca selengkapnya

12. Aku Tahu Rahasiamu

POV Andin Sudah berapa lama aku berdiri di depan jendela. Menikmati gemericik air hujan yang turun membasahi bumi pertiwi. Buliran air bening hangat juga ikut merembes di pelupuk mata membasahi kedua pipi. Sudah sekian kali dihapus, jejaknya tetap masih ada. Kusibak gorden jendela, berharap sosok yang kutunggu itu hadir, tapi kenyataan tak seindah harapan. Lelaki yang sudah membersamaiku selama tiga tahun ini belum juga menampakkan batang hidungnya. Janjinya untuk pulang malam ini sepertinya hanya tinggal janji. Mungkin benar kabar itu kalau saat ini ia sedang bersenang-senang dengan wanita lain, seperti yang telah dilaporkan oleh seseorang kepadaku.*** "Andin, suamimu mana?" Dahiku mengernyit saat ditanya Lola seperti itu. Dia meneleponku bukan salam yang diucapkannya terlebih dahulu, melainkan sebuah pertanyaan yang mengherankan. "Salam dulu zheyenk, assalamualaikum," tegurku mengingatkan. "Iya, assalamualaikum. Waalaikumsalam," ujarnya menjawab sendiri salamnya. Aku hanya m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-18
Baca selengkapnya

13. Rencana Berpisah

POV Andin. "Harus begini Lol?" Dahiku mengernyit diminta Lola membuat surat ucapan perpisahan. Menurutku, kita sekarang hidup di era teknologi yang berkembang pesat. Bukan jamannya lagi menggunakan surat sebagai alat komunikasi. Bisa saja kan langsung berkirim pesan lewat ponsel atau bikin video. "Ini biar lebih dramatis, Ndin. Biar Jaka itu tersayat hatinya. Kalau perlu menangis darah," sahut Lola dengan ekspresi wajah berlebihan. "Iya kalau dibaca. Kalau nggak? Sia-sia Lol," bantahku kurang yakin dengan ide Lola. Kami sekarang berada di rumahku mendiskusikan sebuah rencana yang dibuat Lola untuk membuat Bang Jaka menyesal. Lagipula Bang Jaka tidak akan pulang karena dia lagi bersenang-senang di rumah Ibu. Izinnya denganku ada kerjaan dinas ke luar kota. Padahal bohong belaka. Aku tahu semua ini dari informasi yang diberikan Lola. Orang suruhan Lola selalu cepat memberikan info terkini tentang Bang Jaka dan segala aktivitas yang dilakukannya. "Pasti dibaca, percaya sama aku. Le
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-19
Baca selengkapnya

14. Pertemuan Tak Terduga, dam dimulainya sebuah kisah baru

Kucoba membuka tirai lebih lebar dari sebelumnya, tapi tetap saja wajahnya masih kurang jelas. Mungkin cuma perasaanku saja. Namun entah kenapa wajah itu sangat familiar bagiku. Kenapa juga tadi sok kenal, Padahal wajahnya saja tidak jelas terlihat. Sudahlah, lebih baik menunggu Lola masuk. Sekarang sakit kepalaku kambuh lagi. Mualnya pun ikutan juga. Sepaket. Jadi begini rasanya hamil? Nggak apa, aku harus kuat. Demi dia yang telah lama kunantikan. "Sehat-sehat ya Nak. Mama akan berusaha fighting untukmu." Kuelus lembut perut yang sudah mengembang sebelum hamil. Orang yang mengenalku sebelumnya pasti tidak mengira kalau sekarang perut gendutku ini ada isinya."Nyebelin. Suamimu itu nyebelin Ndin." Masuk ke dalam rumah, Lola marah-marah sambil berjalan menghentakkan kaki. . "Tadi pasti kamu ngintip kan?" tebaknya dengan muka kesal dan jawabannya benar. Aku menganggukkan kepala dengan tersenyum malu. "Memangnya Bang Jaka bilang apa?" Kucoba bertanya. "Dia bersikeras ingin berte
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-19
Baca selengkapnya

15. Terlalu Abai

Rintik hujan mengawali status baru yang kusandang, duda. Status itu tidak akan kusandang lama, karena setelah ini aku telah mengajukan berkas untuk melegalkan pernikahanku dengan Erika. Artinya aku tetaplah berstatus pria beristri. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, kalau akhirnya aku harus berpisah dengan Andin. Dulu kami berjanji akan setia sampai mati. Mungkin itu yang membuat Andin tidak bisa menerima keputusanku menikahi wanita lain, dan menggugat cerai. Aku pun akan bertindak demikian andai dia yang lebih dulu mengkhianati pernikahan kami. Egois, iya. Itu sifat lelaki. Kami yang berkhianat, tapi kami tidak suka dikhianati.*** Hening. Hanya suara rintik hujan yang menemani perjalanan kami pulang ke rumah. Ibu mendadak jadi pendiam setelah mengetahui keadaan Andin. Ia tidak banyak bicara lagi. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Sebelumnya ia sangat bawel. Aku ingat selama sidang berlangsung, Ibu selalu mencuri pandang pada Andin. Bola matanya yang cokelat tidak pernah le
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-20
Baca selengkapnya

16. Menyesali yang Telah Terjadi

Ibu menangis dalam pelukanku. Ia sangat terpukul mengetahui cucu yang dinantikan kehadirannya telah tiada. Ya, anakku dalam kandungan Erika ternyata sudah meninggal, dan Erika tidak menyadarinya. *** "Anak bapak-ibu berkelamin laki-laki, ya." Bibirku mengulas senyum saat mendengarnya. Padahal sudah tahu dari USG lima bulan lalu yang dilakukan Erika. Itu adalah momen pertama dan terakhir menemaninya periksa. Seketika kening dokter di depanku ini mengernyit. Ia sangat serius menatap layar monitor. "Detak jantungnya tidak terdeteksi. Suaranya pun tidak terdengar." Matanya masih fokus ke layar segi empat tersebut."Frekuensi denyut jantung tidak terlihat di layar," lanjutnya lagi."Bahkan janin Ibu tidak bergerak. Lihatlah?" Dokter di depanku yang bernama Dokter Risa ini menunjuk gambar janin yang hanya diam tanpa gerakan apapun. Aku dapat melihatnya. Deg. Dadaku terasa nyeri."Dok, tolong cek lagi. Siapa tahu alatnya yang rusak!" Perasaanku sudah tidak enak. Aku harap alatnya meman
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-20
Baca selengkapnya

17. Apa lagi Ini?

Motor segera kutepikan di parkiran khusus roda dua setelah memasuki halaman rumah sakit. Berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan perawatan Erika. Belum juga hilang rasa lelah yang mendera, ada lagi yang menambahkan, Erika. Entah kenapa istriku itu selalu membuat masalah. Tidak bisakah ia tenang sebentar tanpa membuat kehebohan. Mengamuk? Apa lagi yang harus diamukkan? Mataku memicing melihat pemandangan di depan mata ketika membuka pintu kamar inap. Erika, ia tertidur lelap dengan Mama Sisil yang duduk di sebelahnya. Tidak ada keributan yang dibuat istriku seperti yang diberitakan Ibu, lalu apa maksudnya meneleponku seperti itu hingga membuatku terdesak menuju kemari? Mataku juga mengerling ke arah Ibu mencari jawaban. Ia menganggukkan kepala seakan paham dengan apa yang kumaksud. "Kita bicara di luar, Jak," ajaknya. Kuikuti langkahnya yang lebih dulu berjalan keluar dan duduk di kursi yang berada di depan ruangan Erika. "Tadi Erika ngamuk teriak-teriak nggak bisa ditenangka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-21
Baca selengkapnya

18. Kenyataan yang Menyakitkan

"Anaknya siapa?" ulangku lagi masih dengan suara lantang bertanya, ditambah tatapan tajam yang kuhunuskan ke arah mereka. Kedua ibu-anak yang berada di hadapanku ini berpegangan tangan dengan wajah pucat pias. Erika bahkan tidak berani menatapku. "Ehm … anak a--apa Jak. Kamu salah dengar. Maksud Erika itu." Dengan tergagap Mama Sisil menjawab. Gerak matanya tak fokus. Aku tahu ia gugup. "Saya tidak tuli Ma, saya masih bisa mendengar!" Selaku memotong ucapannya dengan suara tegas. Aku mendekat dan duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan keduanya. Kulonggarkan dasi yang semakin menjerat leher setelah mengetahui pembicaraan rahasia mereka. Mama Sisil tampak menyenggol lengan Erika, dia bahkan melempar kode lewat tatapan matanya. Kenapa hal seperti ini ia tampakkan? Bukankah malah membuat kecurigaanku semakin nyata. "Ka--kami ta-di bicara tentang anaknya temanku. Dia sudah bercerai dan suaminya tidak tahu kalau anaknya telah meninggal. Makanya tadi kubilang dia berhak tahu ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-22
Baca selengkapnya

19. Ketika Nasi sudah Menjadi Bubur

Jam sebelas malam baru pulang ke rumah. Aku yang awalnya ingin pulang cepat, berubah pikiran karena tahu pasti Ibu akan memarahiku panjang lebar saat tiba. Kuputuskan berkeliling jalan raya dulu, mengulur waktu pulang. Keadaan rumah sepi saat kumasuki. Lampu ruang tamu dalam keadaan mati yang artinya Ibu pasti sudah tidur. Baru saja meletakkan tas kerja ke atas meja ruang tamu, aku malah dikejutkan oleh sebuah suara. "Akhirnya pulang juga kamu, Jak." Jantungku hampir copot saking terkejutnya. Lampu juga tetiba menyala dengan sendirinya bersamaan dengan suara yang menegurku barusan. Ibu. Ternyata ia belum tidur. Ia pasti sengaja menungguku pulang. "Mau kemana?" tanyanya ketika kaki ini ingin melangkah menuju kamar untuk menghindarinya. "Duduk!" titahnya dengan wajah datar. Matanya tajam menghunus padaku. Tidak ada senyum di kedua sudut bibirnya saat memerintahkan hal tersebut. Kuputar tubuh dan kembali menghadapnya. Aku duduk di depannya. Diam dan menunggu apa yang ingin dibic
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-23
Baca selengkapnya

20. Penyesalan Selalu Datang di Akhir

Mataku menyipit saat melihat nama yang tertera di layar depan ponsel. Pak Adnan--suami Bu Yayuk--tetangga seberang rumah Ibu. Ada apa beliau menghubungi? Apa ada masalah? Karena selama ini kami jarang berinteraksi dan berkomunikasi lewat gawai. Apalagi semenjak aku pindah dari rumah Ibu dan memutuskan tinggal di rumah yang yang baru bersama Andin. Interaksi yang pernah kami lakukan waktu dulu itu, hanya sekedar ngopi bareng sambil main catur, dan itupun terjadi saat kena giliran ngeronda bersama. Selebihnya jarang. Sesekali saja kala tak sengaja ketemu. Sedari tadi, gawaiku tidak berhenti juga bergetar yang artinya nomor itu masih menghubungi. Daripada penasaran, ada baiknya kuangkat saja, takutnya memang ada hal yang penting. "Assalamualaikum, Pak Jaka," sapa suara wanita di seberang sana terlebih dulu. Nadanya terdengar panik. Lo, bukankah ini nomornya Pak Adnan? Tapi kenapa malah suara wanita yang kudengar? Dan anehnya dia tahu namaku. Kulihat lagi layar depan ponsel untuk m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status