Beranda / Urban / Bukan Salesman Biasa / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Bukan Salesman Biasa: Bab 71 - Bab 80

122 Bab

Harus Percaya Diri

“Itu sungguhan, apa yang tertulis di situ adalah hasil kerja keras anda. Tidak pernah sebelumnya ada yang melakukan hal seperti ini, kita melakukan penagihan dan mereka langsung membayarnya,” ungkap pegawai tersebut.Ardhan tentu saja senang bukan main melihat hasil dari kerja kerasnya, ia terus tersenyum. Namun kedatangan pegawai tersenyum tak hanya membawa berkas itu saja. Ia mewakili asisten Pak Bobby memberi berkas yang lain.“Ini tugas Pak Ardhan selanjutnya ya, tolong suruh mereka menyelesaikan tunggakannya.”“Baik, akan kuusahakan Bu.”Pegawai tersebut kemudian pergi dari ruangan tersebut, kini tinggallah Ardhan sendiri. Lelaki itu sedang merasa dilemma. Ketika dirinya sedang kesulitan memilih, sosok Kakek datang membantunya.“Aku tahu kamu sedang kebingungan, lebih tepatnya membuat dirimu sendiri bingung,” ujar lelaki itu.“Kakek datang dan pergi sesukamu saja,” gerutu Ardhan.“Kamu sudah lihat daftar perusahaannya ‘kan, tidak ada perusahaan yang bandel. Jadi kamu tidak perlu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Orang Luar

“Jangan-jangan apa, Kek? tanya Ardhan. Kakek diam seribu bahasa, ia hanya menatap lelaki dihadapannya itu. “Perusahaan fiktif?”“Mungkin.”“Coba aku cari di internet dulu,” ujarnya. Ardhan lantas mengambil ponselnya lalu mencari perusahaan tersebut. Dan ternyata perusahaan tersebut ada dan letaknya memang sedikit jauh dari perusahaannya.“Jadi memang ada ya,” kata si Kakek.“Ada Kek, hanya saja aku baru dengar sekarang,” lanjutnya. Mengetahui jika perusahaan tersebut tidak fiktif maka ia langsung menelpon untuk menagih tunggakan tersebut. Cukup lama untuk staff perusahaan tersebut mengangkat teleponnya.Ardhan hanya bisa mendengus kesal, akhirnya pihak perusahaan tersebut mengangkat panggilannya. Suara pegawai perempuan terdengar merdu menyapanya. Ketika mendengarkan pegawai terebut berbicara, ia teringat seseorang.Suara perempuan itu mirip dengan suara kekasih Prama, Kinanthi. Ardhan mencoba kembali ke tujuan awal dirinya melakukan panggilan tersebut. Ia fokus pada pembicaraannya, A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Panggilan Mendadak

“Kami berbicara banyak hal, Pak. Dan sifatnya rahasia, hanya kedua belah pihak saja yang boleh tahu,” goda Ardhan, ia sengaja memancing amarah Prama.“Kamu benar-benar suka dengan Kinanthi ya?”“Omong kosong apa itu, Pak? Semenarik apa pacar anda sampai saya suka dengannya?” tanya Ardhan sarkas.“Jaga mulut anda ya, Pak,” kata Prama mengingatkan Ardhan. Kinanthi mulai takut jika keduanya akan bertengkar di tempat itu. Hal yang sama juga dirasakan oleh si Kakek, ia segera menyuruh Ardhan untuk pulang.“Makanya jangan sok tahu, Pak Prama. Apa yang kami bicarakan hanya tentang perusahaan kami saja, tidak ada pembahasan tentang perasaan kami satu sama lain,” jelas Ardhan. Sebenarnya ia ingin bicara lebih banyak namun Kakek menariknya untuk segera pulang.“Sudah, ayo pulang,” ajak si Kakek.Ardhan menuruti perkataan si Kakek untuk tak meneruskan perdebatannya dengan Prama. Selain ingin cepat pulang ke rumah, ia juga tak ingin bertengkar di perusahaan orang lain. Bisa-bisa ia dipecat oleh a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bad Day

“Kenapa harus kapok? Saya ke sini karena pekerjaan bukan karena yang lain,” jawabnya.Prama tak merespon perkataan Ardhan, ia hanya menatap lelaki itu dengan tatapan yang sulit diartikan.Karena Ardhan ingin segera pulang, ia pun meninggalkan Prama begitu saja.“Jangan bohong, Pak. Saya tahu kantor anda itu tutup setiap sabtu dan minggu selalu libur lalu kenapa anda ke mari? Siapa yang menyuruh anda, Pak Ardhan?”“Atasan saya, beliau meminta saya datang ke mari untuk mengurus sisa tunggakan perusahaan ini,” jawab Ardhan ketus. Ia sudah mengatakan semuanya dengan jelas, kini saatnya untuk kembali ke rumah.Ardhan meneruskan langkahnya menuju area parkir, ia memakai helm dan jaket dengan buru-buru. Bukan karena ia takut dengan Prama, ia hanya tak mau terpancing dan membuat malu perusahaannya.“Tenang saja, tidak usah terburu-buru begitu. Jangan tunjukkan kalau kamu menghindari dia,” kata Kakek mengingatkan sikap Ardhan.“Baik Kek, aku akan bersikap biasa saja. Terima kasih karena menging
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Orang yang Dinanti

Ardhan menantikan kalimat selanjutnya yang akan Kakek katakan. “Sebaiknya kamu ... pikir sendiri saja,” lanjut si Kakek, ia menggoda Ardhan. Lelaki itu hanya bisa mendengus kesal sembari membuang muka. “Hadapi saja,” ujarnya. Ardhan kemudian masuk lagi ke dalam warung untuk menyantap makanan yang dipesannya tadi. Benar saja ketika makanannya tinggal setengah porsi, kedua orang tersebut ikut makan dengannya. Jonas melirik kemeja yang dipakai oleh Ardhan, dibenaknya pasti ada banyak pertanyaan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Moritz, bedanya mantan teman Ardhan itu berani mengungkapkannya. “Kamu habis dari kantor, Dhan?” “Tidak,” jawab Ardhan, ia menyibukkan diri dengan ponselnya. “Kenapa pakai kemeja lengkap?” tanya Moritz lagi. “Kenapa tidak boleh? Terserah aku mau berpakaian apa, tidak semua hal wajib kamu ketahui,” jawab Ardhan ketus. “Tinggal jawab saja, kenapa ketus begitu?” ucap Moritz. Ardhan tak merespon lai ucapan mantan temannya itu, ia segera menghabiskan makanannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Kesan Pertama

“Tunggu sampai dia turun dari mobilnya,” kata si Kakek. Semua orang terlebih Ardhan yang sejak tadi penasaran dengan pemilik bola mata dengan warna yang berbeda tersebut.“Dia buka pintu mobilnya, Kek,” ujar Ardhan pelan. “Kok yang turun perempuan?” lanjutnya. Tampaknya Ardhan kecewa karena yang datang adalah seorang perempuan muda. Sosok cantik itu memakai kacamata hitam. Dari tas dibawa dan selera fashionnya, Ardhan tahu siapa perempuan itu.“Jangan sok tahu, bisa saja orang lain.”Ternyata dugaan Ardhan benar, perempuan yang membuka kacamatanya itu memanglah Kinanthi.“Katanya orang yang datang ke mari memiliki bola mata berbeda, nyatanya dia Kinanthi,” omel Ardhan pada Kakek. “Untuk apa dia ke mari?”“Mana aku tahu,” jawab Kakek singkat.Kedatangan Kinanthi ke tempat untuk menemui saudara yang ternyata pemilik kebun tersebut, yang tidak lain adalah teman ayah Ardhan. Ia diberi hasil panen oleh teman ayah Ardhan karena hubungan keluarga.“Kamu masih mau di sini atau kembali bekerja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Pembahasan Seputar Kinanthi

“Yang apa? Bicara jangan setengah-setengah begitu.”“Mbak Kinanthi itu sama saja dengan perempuan yang lain, Yah. Cantik, menarik tetapi tidak ada yang ebih baik dari kekasihku,” jelas Ardhan. “Please, setelah ini jangan kait-kaitkanku dengan mbak Kinanthi lagi, Yah,” pinta Ardhan pada ayahnya.“Dikait-kaitkan bagaimana? Ayah hanya ingin tahu pendapatmu saja,” bantah si Ayah sembari turun dari motor.Ibu Ardhan yang tahu suami dan anaknya pulang segera keluar, ia menyambut kepulangan mereka. Wanita penyuka daster itu terkejut mendapati Ardhan cemberut di atas motor. “Apa ini? Kalian kenapa?”“Anakmu itu terlalu sensitif,” ucap ayahnya sembari masuk ke dalam rumah dengan membawa hasil panen mereka.“Ada apa Dhan?” tanya si Ibu yang bingung. “Jelaskan pada Ibu.”“Selalu saja begini setiap ada wanita ibu, tempo hari Ibu alu sekarang ayah. Bisa tidak dia tidak muncul di sekitarku lagi,” cerocos Ardhan yang mana membuat ibunya semakin bingung.“Ada apa ini? Apa yang dilakukan mbak Kinanth
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Perusuh Berulah Lagi

“Gimana apanya?” tanya Ardhan.“Kok gimana apanya, gimana tentang rencana Ibu tadi kamu setuju atau tidak?”“Terserah ibu saja,” jawab Ardhan. “Aku berangkat dulu ya, Bu.”Motor Ardhan mulai bergerak meninggalkan rumahnya, ia berniat mengambil jalan utama namun si Kakek yang mengerti suasana hati Ardhan menyarankannya untuk lewat jalur alternatif saja. “Bukankah kita perlu mengobrol,” kata Kakek.Karena setuju dengan pendapat Kakek maka ia mengubah laju sepeda motornya menuju jalan alternatif. Selama perjalanan ke kantor, Ardhan dan Kakek mengobrol tentang banyak hal, pria tua itu berusaha membuat suasana hati Ardhan menjadi lebih baik lagi. Karena ia tahu akan ada hal lain yang membuatnya suasana hatinya semakin buruk.“Entah mengapa Kakek terkesan berusaha menghiburku,” selidik Ardhan. Ia merasa si Kakek berusaha untuk membuatnya tertawa, karena tak biasanya pria tua itu bersikap demikian. “Apa akan terjadi sesuatu di kantor?”“Aku hanya mencoba menghiburmu, itu saja. Jangan menuduh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Rencana Jahat

Ardhan ingin menjawab pertanyaan si Kakek tetapi ia tak bisa melakukannya karena ada Moritz di ruangan tersebut. Ia bingung harus melakukan apa, lelaki itu hanya menatap kakek dan moritz secara bergantian.“Tenang saja, dia tidak akan mendengar percakapan kita,” ujar si Kakek sembari menjentikkan jarinya.“Wow, Kakek keren sekali,” ucapnya kagum setelah menyadari jika bekas temannya itu mendadak menjadi patung.“Dia tidak menyakitimu ‘kan?”“Aku baik-baik saja Kek, dia tidak menyakitiku. Memangnya kenapa Kek?” tanya Ardhan antusias.“Dia dan Jonas merencanakan sesuatu padamu tetapi aku sudah menggagalkan semuanya,” kata si Kakek. Ardhan berterima kasih pada Kakek karena lagi-lagi menolongnya.“Yasudah kalau kamu baik-baik saja,” ujar Kakek. Ketika Kakek akan menjentikkan jarinya untuk mengembalikan keadaan seperti semula, Ardhan memintanya untuk mengusir Moritz dari ruang kerjanya. Tentu saja Kakek menolaknya, ia menyuruh Ardhan untuk melakukannya sendiri.“Jahat sekali,” gerutunya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Jangan Cari Masalah

“Aku bertemu Kinanthi di sini?” tanya Ardhan.“Tentu saja tidak, aku hanya sekadar bertanya saja,” ujar Kakek. Pria tua itu sengaja tidak mengatakan yang sebenarnya setelah mendengar tanggapan dari lelaki itu.“Seandainya aku bertemu Kinanthi di sini, tidak masalah, aku langsung meninggalkannya karena sudah pasti akan muncul si Prama,” kata Ardhan.Kakek tersenyum mendengar itu, pria tua itu tidak menyalahkan pendapat Ardhan karena yang terjadi biasanya memang seperti itu. Tetapi kali ini berbeda, Kinanthi sedang tidak bersama dengan Prama.Apa yang diucapkan Ardhan barusan tidak terjadi, ia tidak meninggalkan perempuan itu. Ia malah langsung membantu perempuan itu saat mobilnya mogok. “Terima kasih Pak Ardhan,” ucap Kinanthi.“Jangan berterima kasih dulu, mobilmu saja belum bisa hidup,” jawab Ardhan, ia masih mengutak-atik mesin mobil Kinanthi. Waktu terus berjalan, terhitug sudah satu jam Ardhan mencoba tetapi ia masih belum bisa memperbaikinya. “Aku menyerah, panggil montir saja.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status