Home / Rumah Tangga / Aku Ibumu, Nak! / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Aku Ibumu, Nak!: Chapter 11 - Chapter 20

44 Chapters

Bab 11. Balasan Fatma

Faridah senang sekali masih ada rejeki untuk membayar biaya rumah sakit Keynan. Tak ada perhatian sedikitpun dari Weni selama anaknya di rawat. Hanya Faridah yang selalu menemani Keynan. Fatma sesekali datang membawa baju ganti dan membawa makanan untuk Faridah."Nenek pijit ya," Faridah memijit pelan kaki Keynan, tak lupa dilantunkannya sholawat. Sholawat yang selalu Faridah lantunkan menjadi candu bagi Keynan.Seminggu sudah Keynan dirawat dan keadaan mulai membaik. Faridah memutuskan membawa Keynan pulang ke kampung. Melihat sikap dan rasa tidak peduli semakin membuat Faridah mantap membawa dan merawat Keynan ke kampung."Nanti kalau di kampung, Keynan bisa ikut Paman Ridho mengaji ya?" Keynan tersenyum sambil mengangguk cepat. Keynan bersemangat sekali belajar mengaji. Saat Faridah masih mengasuhnya, Faridah selalu mengaji di samping Keynan membuat Keynan ingin bisa mengaji seperti Faridah."Nek, bagus banget ya?" Faridah tersenyum melihat Keynan penuh semangat melihat pemandangan
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Bab 12. Fitnah untuk Faridah

Dua hari berselang, tidak ada tanda-tanda Weni mengirim pesan atau sekedar menghubungi Fatma melalui ponselnya. Meski tidak menghubungi namun Fatma tetap khawatir akan rencana yang dilakukan Weni. Apalagi Fatma mencurigai Meli di balik perubahan sikap Weni.Fatma asik mengawasi Keynan bermain dengan teman sebaya di halaman rumah Faridah. Sehari-hari Fatma selalu membantu Faridah menjaga Keynan disaat Faridah sedang bekerja di sawah tetangga atau sedang berjualan sayur di pasar. Ridho bahkan lebih senang karena Fatma memiliki sosok teman yaitu keponakannya sendiri. "Bibi, Keynan capek!" Keynan setengah berlari ke arah Fatma. "Jagoan Bibi lelah ternyata," Fatma menggendong Keynan masuk ke rumah Faridah dan memintanya beristirahat. Wajah Keynan begitu ceria, tidak ada lagi wajah sedih yang biasanya ditunjukkan. Keynan membaringkan tubuhnya di dipan bambu samping jendela. Angin sejuk di siang hari membuat kedua mata Keynan perlahan terpejam. Keynan mudah sekali tidur siang jika berada
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Bab 13. Bebas

Keesokan paginya, Fatma bersama Ridho berangkat ke kantor polisi tempat Faridah ditahan. Fatma begitu bersemangat sekali, berharap Ibunya segera bebas. Sesampai di sana, Faridah terlihat duduk bersila di tahanan sementara. Mulut Faridah hanya bisa berdzikir dan beristighfar atas musibah yang menimpanya. "Lapangkan hati hamba, Ya Allah," gumam Faridah di sela-sela dzikirnya. Fatma diijinkan bertemu dengan Faridah. Pertemuan mengharukan, Faridah memeluk Fatma yang menangis di depannya. Faridah berusaha tetap tegar di depan Fatma. Faridah yakin jika Fatma adalah orang yang paling terpukul atas musibah yang menimpanya. Ridho dan salah satu temannya mengurus kasus Faridah dengan menunjukkan beberapa bukti. Bukan itu saja, rekan Ridho juga berhasil mencari bukti data Keynan di rumah sakit dan puskesmas dalam waktu semalam saja. Beberapa polisi mendalami kasus Faridah sejenak. Memastikan bukti yang dibawa pihak Faridah bisa membebaskan Faridah dari tuduhan palsu. "Ibu, Fatma tidak terima
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Bab 14. Rencana dijalankan

Hari minggu, kebetulan libur kerja dan Weni sengaja bermalas-malasan di rumah mertuanya. Meli hari ini juga malas bertemu Weni meski sementara waktu tinggal di rumahnya."Ratna, makanan sudah siap?" "Sudah, Nyonya!" Meli membuka tudung saji dan menu sarapan sudah terhidang di meja. Meli gegas menikmati sarapan tanpa memanggil Weni terlebih dahulu. Tiba-tiba Weni keluar dari kamar dan menghampiri meja makan. Melihat Weni rasanya kesal sekali karena gagal mendapatkan sertifikat rumah Faridah."Pagi, Ma!" "Hmm," malas sekali Meli saat menjawab sapaan Weni."Mama selesai makan dan sekarang mau rebahan!""Tumben mama nggak nemenin Weni?" Weni merasa aneh dengan Meli. Biasanya Meli akan menemani sekedar mengobrol bersama Weni di saat makan."Mama lagi nggak mood aja," sahut Meli."Mama ada rencana lagi untuk merebut sertifikat itu kah?" Seketika kedua mata Meli berbinar mendengar ucapan Weni. Meli ingin sekali menguasai uang hasil penjualan rumah milik Faridah. Meli kembali duduk bersama
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

Bab 15. Kecelakaan

Keduanya kembali ke kediamannya dengan suka cita. Keynan yang selalu dianggapmya beban sudah bersama Neneknya dan sebentar lagi rumah Faridah akan menjadi jatuh ke tangannya."Mama nggak sabar bisa segera jual rumah itu, Wen!" "Weni juga, Ma. Lokasi rumah cukup bagus dan pasti harganya terbilang lumayan!" Weni sudah membayangkan hasil penjualan rumah Faridah. Meski lokasi kampung berada di pinggiran kota namun harga tanah di sana termasuk cukup lumayan. Mereka sudah larut dalam khayalan menikmati uang dalam jumlah besar."Aku bisa beli berlian itu!" Gumam Meli."Aku akan menjadi wanita paling keren karena perhiasan terbaruku!" Weni mulai membayangkan dirinya menjadi pusat perhatian karena penampilannya. Terlihat cukup norak, tetapi ini adalah pilihan Weni.Pagi itu, Ratna yang mengetahui rencana majikannya, segera kembali menghubungi Fatma. Ratna hanya ingin menyampaikan rencana jahat Weni dan Meli kepada salah satu anggota keluarga Faridah. Kesempatan bagi Ratna ketika majikannya t
last updateLast Updated : 2023-07-15
Read more

Bab 16. Hati Yang Iri

Seminggu sudah Keynan tinggal bersama Faridah dan kini Weni bersiap berangkat ke rumah Faridah. Weni sudah membawa keperluan pribadinya selama menginap semalam di rumah Faridah. Meli bertugas menyiapkan buah tangan yang akan dibawanya ke kampung."Tidak apa berkorban kue, asalkan bisa dapat ganti yang lebih banyak," Meli mulai membayangkan sejumlah uanh yang dimilikinya sebentar lagi. "Sarapan dulu, Wen!" Meli dengan pura-pura baik meminta Weni sarapan sebelum menjalankan rencana."Doakan Weni berhasil, Ma!" Tanpa diminta, Meli selalu berharap jika Weni berhasil membawa sertifikat rumah Faridah. Weni melajukan mobilnya menuju ke kediaman Faridah, hati begitu senang karena rencana sebentar lagi akan dijalankan. Tepat di persimpangan, kedua netra Weni menangkap sosok yang dikenalnya. Aris tengah tertawa dan terlihat mesra bersama wanita lain. Wanita dengan perut membuncit sedang bermesraan dengan lelaki mirip suaminya. Weni menghentikan mobilnya sejenak dan kembali melihat sosok mirip
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Bab 17. Wanita lain

Usai shalat isya, Faridah, Weni dan Fatma duduk di ruang tamu. Ruang tamu tanpa perabot mewah, hanya terdapat kursi terbuat dari rotan yang jika diduduki akan menimbulkan suara. Di depan meja terdapat sebuah sertifikat yang selama ini diinginkan Weni."Langsung berikan saja deh, Bu!" Weni seakan tidak sabar mendapatkan surat berharga ini."Kamu boleh mendapatkannya, dengan sebuah syarat!" Seketika Weni memutar bola matanya dengan malas. Weni malas sekali melakukan syarat yang akan diajukan Faridah."Ajukan aja syaratnya, Bu!" Faridah menatap sayu ke arah Weni. Benar-benar Weni di luar dugaan, Weni menatap remeh kepada Faridah seakan syarat yang diajukan sangatlah mudah baginya."Jika kamu menginginkan sertifikat ini, tinggallah disini selama tiga puluh tiga hari!" "Bagaimana dengan pekerjaanku, Bu? Aku kerja bukan pengangguran seperti dia!" Celetuk Weni sambil melirik ke arah Fatma. Jujur saja, Fatma tersinggung sekali namun Fatma tetap bersabar demi tidak terjadi kegaduhan karena em
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Bab 18. Sebuah Foto

Kini Weni seperti diawasi oleh Faridah di rumahnya sendiri. Setiap dhuhur, Faridah mengingatkan untuk melaksanakan kewajibannya. Permulaan cukup bagus karena ada Faridah yang selalu mengingatkan. Hari ini Weni mulai bekerja kembali. Faridah seperti biasa membantu menyiapkan sarapan sedangkan Weni diharuskan mengurus Keynan. Meski Weni mengurus Keynan, tatapan dan sikap mereka berdua sama-sama dingin."Apa itu, Bu?""Supaya kamu tetap ingat pada shalatmu!" Faridah memberikan sebuah mukenah yang bisa dibawa kemana-mana. Weni memasukkan ke dalam tas kerja dan pergi begitu saja tanpa berpamitan. Faridah menggeleng pelan sikap anak sulungnya yang mulai kehilangan adab. Tak lupa, Faridah selalu mendoakan apapun yang terbaik kepada Weni.Hari ini Meli tidak datang ke rumah Weni karena sedang ada waktu khusus bersama Marisa untuk ke salon. Marisa bersama sopirnya menjemput Meli di kediamannya. Terlihat sekali Meli sangat menyayangi Marisa, sanhat berbeda jika bertemu dengn Weni."Cantik sek
last updateLast Updated : 2023-07-19
Read more

Bab 19. Kebohongan Besar

Karena foto tersebut, malam ini Weni benar-benar tidak bisa tidur. Apalagi nomor ponsel Aris tidak bisa dihubungi. Pikirannya larut dengan foto dengan postur tubuh mirip sekali dengan Aris."Bagaimana jika itu benar?" Weni kembalu menatap foto tersebut. Wajahnya memang sengaja diburamkan oleh pengirimnya, namun postur tubuh tidak bisa membohongi.Keesokan harinya, Weni sengaja mengambil cuti memastikan foto tersebut. Weni bersiap ke rumah Meli berharap ada titik terang tentang lelaki yang ada di foto tersebut. Melihat kedatangan mobil Weni, Meli bersiap pura-0ura baik di depan Weni."Ada sesuatu yang membawamu pagi-pagi kemari, Sayang?" Meli dan Weni duduk di teras rumah. "Ma, nomor Mas Aris tdak bisa dihubungi dan ada seseorang yang mengirim foto ini," Meli melihat foto sepasang kekasih namun wajah diburamkan. Meli pun bisa tahu jika pemilik postur tersebut adalah Aris anaknya sendiri. Weni khawatir jika hubungan Aris dengan Marisa akan terbongkar."Sialan! Siapa yang mengirim foto
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more

Bab 20. Hampir Ketahuan

Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasa. Pagi berangkat bekerja meski harus mengurus Keynan terlebih dahulu dan pulang saat sore hari. Meskipun masih bersikap dingin namun Keynan sudah mau menjawab pertanyaan Weni. Sore ini Aris memenuhi janjinya, yaitu pulang ke rumah setelah berdinas di luar kota. Temtu saja kedatangan Aris disambut bahagia oleh Weni. Namun hanya Faridah yang merasa aneh dengan kedatangan Aris. Faridah merasa ada sesuatu yang disembunyikan Aris. Kedatangan Aris tiba-tiba membuat Faridah begitu membencinya meski tidak ada alasan yang mendukungnya. Meski pulanh dari alasan dinas, namun sama sekali tidak ada niatan untuk memanggil Keynan. Keynan seperti tidak dianggap keberadaannya. Makan malam bahkan Aris memesan dari luar. Namun yang menikmati hanya Aris dan Weni saja."Mungkin bulan depan, Mas akan dinas agak lama. Maklum, tuntutan pekerjaan."Mulut Weni seakan kaku mendengar perkataan dari mulut Aris. Ucapan yang paling dia benci yaitu jauh dari suaminya. W
last updateLast Updated : 2023-07-21
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status