Home / Pernikahan / Pelakor dan mantan suami / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pelakor dan mantan suami: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

31. Nuning menggoda Iwan

Dalam benak Dini, ia sama sekali tidak percaya atas ucapan Badrun. Tiba-tiba handphone Badrun berbunyi nada panggilan masuk. Dia mengambil handphone dari dalam saku celananya, lalu melihat ke layarnya. Nama Iwan tertera disitu. Sesaat Badrun menatap kearah Dini, lalu berdiri, "Sebentar yah..," kata Badrun sambil melangkah keluar dari warung. Badrun menjauh dari warung situ, supaya suara pembicaraannya tidak terdengar oleh Dini dan juga Tia. Dia menuju ke satu kursi kayu yang ada di tepi pantai. "Ya hallo kang.. gimana kabarnya?" kata Badrun, matanya menatap ke arah warung. "Assalammu'alaikum kang Badrun.. saya sehat-sehat saja. Cuma mau ngabarin, mudah-mudahan saya bisa secepatnya kembali kesitu, dan mulai kerja di tempat kang Badrun. Gimana kabar anak dan istri saya? apa kang Badrun sempat menengoknya?" "Belum sempat kang.. soalnya setiap hari saya bantu kerjaan kasir di Tempat Penampungan Ikan, jadi belum ada waktu nengokin Tia lagi," Badrun berdusta. "Oke gak apa-apa kang.. ud
last updateLast Updated : 2024-04-23
Read more

32. Ujian bagi Iwan

Iwan merenung. Sebagai laki-laki bukan tak mungkin Iwan tidak tergoda, siapa laki-laki yang kuat melihat paha mulus menantang di depan matanya, sedang suaminya tidak ada di rumah. Rumah itupun kebetulan kosong, meski hanya beberapa saat saja. Bagi Iwan, perempuan itu sengaja menggodanya, dan Iwan tahu betul pemicunya karena masalah kejenuhan ditambah soal keuangan. Bahaya sekali bagi seorang istri bila tak mendapat kepuasan sex dari suami, apalagi suaminya kurang mampu mencari uang; meskipun dia seorang lelaki yang setia dan baik hati. Saat tadi itu, terasa sekali bagi Iwan, imannya mungkin kuat, tapi amin belum tentu aman :) Dia langsung teringat saat Dini jatuh di pelukan Badrun, waktu itu. Apakah Dini juga seorang wanita penggoda ? sama seperti Nuning?. tiba-tiba hal tersebut muncul didalam pikirannya. Iwan menyalahkan dirinya sendiri. Mengapa mudah sekali dia tergoda oleh Dini, padahal pemicunya hanya gara-gara harga dirinya sebagai lelaki kurang dihargai oleh Dewi. Y
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

33. Rencana Iwan

~Malam, di rumah Wahyu~ Seperti biasanya, suasana malam di sekitar rumah Wahyu, dihiasi suara katak yang saling bersahutan, sesekali diselingi serangga malam yang tak mau ketinggalan. Nek Warni membawa satu nampan berisi beberapa gelas kopi, dan satu baskom kecil singkong rebus yang masih panas diatasnya. Nampan besar itu diletakkan diatas tikar. Iwan langsung menyambar gelas kopi, dan menyeruputnya dengan hati-hati. "Nek, kopinya diminum ya.." "Iya bang.. itu singkongnya dicicipin, mumpung masih hangat," "Iya nek, nanti.. Terimakasih nek.." Tiba-tiba Wahyu mengutarakan penyesalannya, "Bang Iwan terlalu cepat memutuskan harga permintaan pak haji, padahal ditawar dulu bang.." Spontan Nuning menyenggol tangan Wahyu, tanda tak setuju kalau suaminya ikut campur soal pembelian tanah tersebut. Iwan menoleh kepada keduanya, "Tadi sudah abang tawar Yu, dia minta cicilan dalam enam bulan, abang tawar jadi sepuluh bulan Yu, lumayan kan.., ?" Iwan menatap ke arah Nuni
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

34. Sat set

Keesokan harinya, di warung Wahyu~ Disitu terlihat pak haji Mahmud beserta dua orang lain, yaitu pak RT dan pak RW, Wahyu, dan Iwan. Mereka duduk bersama di kursi-kursi yang mengelilingi meja panjang tempat biasanya abang-abang gojek pangkalan pada kumpul disitu. Hari ini mereka disuruh kumpul di tempat sebelumnya, yaitu di seberang warung Wahyu. "Ini denah gambar tanahnya yang tadi sudah saya tunjukkan patok-patoknya pada bang Iwan," kata pak haji sambil memberikan selembar kertas bersama dengan dua lembar kertas lainnya. "Ini surat perjanjian tentang cicilan.. Surat Hak milik dan lainnya, nanti saya serahkan kalau bang Iwan sudah selesai dengan cicilannya ya..." lanjut pak haji. Iwan menerima foto copy gambar denah garis batas tanah tersebut dan dua lembar surat perjanjian yang bermaterai yang telah dfitandatangani oleh pak haji, pak RT dan pak RW. Iwan lalu menandatangani kedua lembar kertas surat perjanjian, dan satu lembar diberikan kembali kepada pak haji Mahmud. "Baik p
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

35. Bang Andy dan Robby

Menjelang kesempatan libur pada esok hari, wajah bang Andy terlihat berseri-seri. Dia menghampiri teman Penjaga Gudang yang selalu bergiliran jaga dengannya. "Ndang, besok gue balik mau nengokin bini, dua hari ya," Nandang heran, "Kok dua hari Dy?" tanya Nandang. "Iya gue udah ambil libur yang buat minggu depan," "Ooh, berarti nanti giliran gue libur juga dua hari, lu yang jaga ya.." "Iya gak apa-apa, bisa gantian juga sama Gatot," "Ooh iya yah... tapi gue kasian sama dia, belakangan sering sakit-sakitan, kadang waktunya gue libur, diambil dia, yang minta ke gue. Malah kadang gue yang lupa kagak libur-libur .. hahaha" Nandang terkekeh. "Lhaa...? kalo gue lihat dia sehat-sehat aja sih.. kayaknya dia lagi ngebet sama cewek Karaoke Indah itu " "Aah yang bener Dy? Serius lu?" Nandang penasaran. "Iyaa Nandaaang.. pan si Gatot satu kost ama gue... Tapi dia gak berani macem-macem kalo sama gue, soalnya kartunya ada ditangan gue Ndang.." "Mak dikipe tu orang, ternyata gue sering dik
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more

36. Yana dan Yanti

Ingatan tentang Robby dan Iwan perlahan pupus dari benaknya. Bang Andy menatap Maming dengan penuh harap. "Oke Ming.. terimakasih atas masukan lu.. Oya, bisa secepatnya gak Yana dipanggil kesini? Biar gue tau selera musiknya. Lagipula sepi banget kalo ga ada live musik disini yah.." "Iya Boss, kayaknya power kedai ini rohnya disajian musik deh.. hehehe" "Ho oh Ming, gue juga baru ngeh.. hahahaha..." bang Andy tertawa. "Sekarang juga kalo saya panggil, Yana bisa langsung meluncur kesini," "Ah yang bener lu...?!" "Iya Boss... dia kemarin sudah ada di Jakarta, katanya malam ini nginep di rumah sodaranya," "Ooooh.. gercep juga lu Ming... " "Iya gitulah boss... sayang aja tu bengkel kalo ga ada yang ngurusin," "Ya udah suruh kesini aja sekarang.. Eh, sekalian bawa baju-bajunya.. jadi gak mundar-mandir ke rumah sodaranya.." "Siap Boss" Bang Andy merasa, Iwan dapat menerima Yana yang akan menggantikan dirinya sebagai teman kerja satu profesi. Dalam pikirannya, mereka berdua b
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

37. Problematik

Motor yang dikendarai oleh pak Syam dan pak Soenarto menjauh dari depan warung, Wahyu buru-buru menghampiri Iwan, mendekat, dan sangat dekat sekali, setengah berbisik Wahyu bertanya, "Bang, apa petugas itu minta uang?" Iwan menoleh ke wajah Wahyu, "Iya Yu, tapi abang bilang nanti kalau semua sudah selesai." sahut Iwan sambil jalan menuju ke kursi di warung. Wahyu mengikuti jalan disampingnya. Iwan duduk, Wahyu pun ikut duduk di kursi di sebelah Iwan. "Kebiasaan petugas itu bang.. apa-apa dijadikan uang" celoteh Wahyu. "Gak apa-apalah Yu, dia kan cuma cari uang tambahan buat anak istrinya. Mungkin gajinya kurang mencukupi untuk kebutuhan keluarganya," "Mending kalau buat keluarganya, buat disco dangdutan Bang," "Itulah budaya yang sudah melenceng Yu," Iwan menarik nafas panjang. "Tapi gak semua petugas seperti itu kan Yu?" "Ya gak sih Bang. Hanya beberapa aja yang ikut-ikutan begitu. Biasanya dia ngajak tetangganya, apalagi kalau bapak tetangganya itu satu aliran" ujar
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

38. Keputusan yang bulat.

Iwan jadi teringat kembali pada Badrun. Lelaki muda berparas tampan dengan sikap yang menawan. Apakah dia tidak tergoda pada Dini? Wanita sholeha yang menutup seluruh auratnya. Sebagai sesama lelaki, Iwan meragukan kebaikan Badrun. Hatinya menjelajah, mengingat kembali sewaktu mereka terlibat perkelahian di pantai. Padahal waktu itu, bisa saja Badrun mematahkan tangan atau kakinya; tapi dia tidak melakukannya. Apalagi ternyata Badrun adalah murid Ki Jupri. Akan tetapi kejadian pagi itu, sewaktu Dini jatuh dalam pelukan Badrun karena terpeleset, untuk sekedar melupakanya saja; hatinya sangat sulit. Bayangan itu masih terus membekas.Lamunannya terhenti ketika nek Warni menaruh secangkir kopi dengan kue dan gorengan."Bang, ini kopinya, masih panas. Yang di rumah sana sudah dingin, jadi nek ganti yang baru.. itu gorengannya juga masih hangat.. dicicipi bang..,""Iya nek... Terimakasih ya,"Nek Warni mengangguk pelan, lalu jalan menuju ke arah rumah Iwan lagi.Tak lama kemudian, bebera
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more

39. Masalah baru

Iwan masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, dilihatnya kasur dan barang-barang milik Wahyu sudah terkumpul disitu. Dia pun masuk ke dalam kamar, sudah kosong. Iwan menghela nafas panjang, "Alhamdulillah.. ternyata tahu diri juga mereka." Dia lalu menelpon pemilik toko perabotan yang tadi di pasar. Agak lama Iwan menunggu diangkat hubungan telpon itu, sampai dua kali dia mengulang kembali nomornya, dan akhirnya.. "Hallo.. ada yang bisa saya bantu?" suara Enci dari sana yang mengangkat telpon. "Hallo Enci, saya mau tanya.. apa sudah dikirim barang yang tadi saya beli?" "Ini siapa ya?" "saya Iwan" "Oh pak Iwan.. sudah, itu mobil angkutannya baru saja jalan. Sebentar lagi juga sampai kesitu," "Baik Ci.. saya tunggu." ** Selang beberapa saat mobil pick up yang mengantar perabot pesanan Iwan datang, lalu parkir di halaman tanah kosong. Melihat hal itu, Wahyu mengajak dua orang pengemudi ojek untuk membantu mengangkat perabotan, "Eh, kita bantuin bang Iwan tuh.." Iwan menoleh k
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

40. Jatuh cinta.

Wardah Fatimah dengan tatapan mata yang ceria, membawa toples berisi kue kering buatannya diatas nampan. Ketika langkahnya masuk ke ruang tamu, dilihatnya Iwan sudah tak ada disitu. Ia meletakkan baki tersebut diatas meja, lalu melangkah ke arah pintu keluar. Dilihatnya motor Iwan sudah melaju di halaman rumah pak haji Mahmud. Sekilas Iwan menengok ke arah pak haji Mahmud dan menganggukkan kepalanya, selintas tampak Wardah Fatimah menyender ke pintu menatap kepergian Iwan. Ia melambaikan tangan dengan ragu-ragu, namun ia melempar sesungging senyum mengantar kepergian Iwan dari situ. Motor Iwan menjauh, Wardah Fatimah terpaku, membisu, disisi pintu. Butiran lembut, mengkilat, tersirat pada manik matanya, hingga mengaburkan pandangan. Perih terasa air yang keluar pada ruang bola retinanya. Sudah lama ia tak menangis. Wardah pun menutup kedua matanya. Pak haji Mahmud melihat hal ini, jadi terharu. "Kamu kenapa Wardah?... suka sama pak Iwan ya ?" tanya pak haji Mahmud. Wardah mengan
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status