All Chapters of Obsesi Gelap sang Pewaris: Chapter 21 - Chapter 30

44 Chapters

Rencana Bekerja

"Kau mungkin tidak menyadarinya selama ini, tapi tingkat stressmu sudah cukup parah. Jadi aku menyarankan agar kamu minum obat ini secara rutin. Ini akan sedikit membantu. Kau juga harus cukup tidur." Akhirnya hari ini, Gavin membawakan psikiater untuk Helen. Psikiater wanita yang seumuran dengan Helen. Dia datang ke rumah atas permintaan Gavin. Helen berkonsultasi dengan psikiater itu di dalam kamar sedangkan Gavin menunggu di luar. Helen menyisir rambut dengan jemari dan mengusap wajahnya. Dia menghela nafas panjang dan merasa sangat lega setelah menceritakan semuanya. Ternyata dia hanya butuh bercerita bahkan juga menangis. psikiater itu dengan sabar mendengar semua ceritanya dan juga memberi solusi yang bisa dilakukan olehHelen. Helen memang sudah terlalu stress hanya karena pikirannya sendiri. Apa yang dia takutkan belum terjadi dan Gavin juga menjaganya dengan sangat baik. "Terima kasih. Mungkin aku hanya harus meningkatkan rasa percayaku kepada Gavin. Aku terlalu merasa ta
Read more

Rose

"Aku tidak mungkin terjun ke dunia entertainment, meskipun aku sangat menginginkannya. Itu sama saja menggali kuburan sendiri. Rey akan dengan sangat mudah menemukanku karena wajahku dipajang di mana-mana, terlebih lagi kalau aku menjadi aktor dan bermain banyak film." Helen melihat kalau sepertinya Gavin selama ini tidak pernah berpikir bahwa dia sangat ingin bergabung dengan dunia entertainment, terutama industri film. Mungkin Gavin hanya berpikir bahwa Helen ingin bekerja kantoran seperti yang sering dipilih oleh kebanyakan wanita. Namun sejak kecil Helen memang memiliki jiwa seni, terkadang dia juga suka bernyanyi sendirian di kamarnya atau juga sedang mandi. Hal itu membuatnya jatuh cinta pada dunia entertainment. Namun Helen cukup sadar bahwa dalam keadaan seperti ini mengambil pekerjaan yang menurutnya sangat menyenangkan itu memiliki banyak resiko. Bukan risiko dibully oleh haters, namun risiko ditemukan oleh Rey lebih cepat. "Aku tidak menyangka sama sekali kalau kau punya
Read more

Operasi?

"Kau suka berbelanja di toko itu?" tanya Helen pada Rose yang merasakan kalau hati kecilnya mulai tidak nyaman. Dia berharap kalau dia salah dengar atau mungkin saja hanya kebetulan ada orang yang memiliki nama yang sama dengan Rey. Namun sepertinya kebetulan seperti itu persentasenya terlalu kecil. Helen sudah mencari tahu tentang kota ini dan dia juga sudah memastikan bahwa Rey tidak membuka cabang perusahaannya di sini. Bisa dibilang kota ini cukup jauh. Rey mungkin juga malas membuka cabang di tempat lain ketika di tempatnya sendiri dia sudah cukup sibuk. "Ya, apa kau juga sering membeli baju di sana? Bukankah mereka memiliki banyak pakaian yang menurutku cukup sederhana namun juga tetap bergaya. Aku suka setiap bahan yang yang mereka pakai. Rasanya sangat nyaman, apalagi untuk piyama." Helen menghela nafas diam-diam. Dia tidak tahu bagaimana caranya menanyakan hal itu kepada Rose. Dia hanya ingin memastikan bahwa tidak ada orang lain di sini yang curiga bahwa dia memiliki hubu
Read more

Peluang Baru

"Apa? Operasi plastik? Sumpah, aku bahkan tidak pernah berpikir tentang itu."Gavin meletakkan cangkir kopi yang sudah kosong. Dia juga sebelumnya tidak pernah memikirkan ide itu. Kalimat yang dia katakan barusan seolah keluar begitu saja dari bibirnya. Ide itu spontan muncul di kepalanya ketika teringat pada film atau series detektif yang sering dia tonton. Bahkan solusi operasi plastik agar tidak dikenali orang pun juga menjadi alur cerita series murahan.Gavin juga tidak berpikir kalau Helen akan langsung setuju dengan solusi yang dia berikan. Dia hanya merasa bahwa saat ini, operasi plastik adalah solusi yang bagus untuk mengelabui Rey. Helen juga tidak perlu was-was ketika keluar rumah lagi karena tidak akan ada orang bayaran Rey yang bisa mengenalinya."Aku tidak memaksamu sama sekali untuk menerima tawaran ini. Aku hanya merasa kalau itu solusi yang bagus agar kau bisa lebih santai ketika sedang keluar rumah. Aku yakin kalau kau masih belum bisa leluasa bergerak di luar sana me
Read more

Persetujuan

"Akhir-akhir ini kau sering sekali melamun dan juga menghela nafas. Apakah ada sesuatu yang terjadi? Kau punya masalah? Kau terlihat lesu dan lelah bahkan di pagi hari seperti ini." Helen gelagapan tersenyum paksa ke arah Rose. Dia sudah menebak kalau Rose atau mungkin beberapa rekan kerjanya yang lain memperhatikan sikapnya beberapa hari terakhir ini. Bukan berarti memiliki masalah yang besar, dia hanya memikirkan tentang pertimbangan operasi plastik itu. Hingga saat ini Helen belum berani untuk mengambil keputusan apakah dia akan melakukan operasi itu atau tidak. "Entahlah, aku juga bingung tentang masalah ini. Maksudku, mungkin ini tidak bisa langsung disebut sebagai masalah." Rose mengerutkan kening. Dia menatap Helen dari balik mejanya. Helen sendiri hanya bisa melihat layar laptopnya yang sama sekali tidak beralih ke halaman mana pun kecuali wallpaper. Memikirkan semua itu membuat Helen merasa tidak bersemangat untuk mengerjakan pekerjaannya hari ini, padahal masih ada banyak
Read more

Wajah Baru Helen

"Kau sudah menentukan dokter mana yang akan kita kunjungi nanti? Temanmu itu pasti juga sudah mencarinya, bukan?" Helen melipat baju yang baru saja dia keringkan. Dia mengangguk sambil tersenyum. Beberapa hari terakhir ini Gavin meluangkan banyak waktu untuknya, meskipun Helen juga tahu bahwa Gavin baru saja membeli perusahaan di kota ini. Helen tidak tahu bagaimana pekerjaan Gavin di kota sebelumnya, sepertinya dia sudah mempercayakan perusahaannya itu kepada orang lain sedangkan dia fokus pada perusahaan barunya saat ini. "Yah, alamatnya cukup jauh dari apartemen kita. Aku harap itu bukan masalah besar bagimu. Awalnya aku juga merasa keberatan karena terlalu takut pergi terlalu jauh, tapi kurasa tidak ada pilihan lain kalau memang itulah yang terbaik." Gavin mengangguk setuju. Dia menutup laptop kemudian berjalan ke arah Helen dan membantu Helen sejenak membereskan semua pakaian itu ke lemari. Gavin langsung mencari tahu tentang rumah sakit dan juga dokter yang dipilih oleh Helen
Read more

Musim Dingin

"Kau puas dengan wajah barumu yang sekarang?" Rose tersenyum penuh arti ketika Helen kembali bekerja lengkap dengan wajah barunya. Wajah baru Helen tentu saja membuat banyak orang tidak bisa mengenalinya. Bahkan ada beberapa karyawan yang mengira kalau Helen adalah karyawan baru, sampai mereka bingung sejak kapan perusahaan kembali membuka lowongan pekerjaan.Sebenarnya bukan hanya wajah, Helen bahkan mengubah gaya dan warna rambutnya. Wajah Helen lebih chubby sekarang. Bibirnya juga lebih tipis. Warna kulitnya tidak berubah, tetap berwarna putih bersih. Alisnya juga lebih tebal dan hitam. Helen memotong pendek rambutnya dengan gaya rambut pixie, persis seperti gaya rambut Lady Diana."Aku tidak menyangka kalau operasinya ternyata cukup sakit. Aku sampai merasa akan dihukum mati di dalam ruangan rumah sakit itu."Helen dan Rose sedang menikmati sajian ayam bakar di salah satu kafetaria tempat kerja mereka. Mereka menikmati waktu berdua ketika jam istirahat. Salju sudah turun di luar s
Read more

Tempat yang Buruk

"Gedungnya ternyata jauh lebih luas dari yang kupikirkan. Bahkan terlihat sangat lengkap meski baru saja dibuka." Helen dan yang lainnya tidak langsung pergi ke tempat tujuan mereka. Ada banyak orang yang mengunjungi tempat itu. Mereka pergi jalan-jalan dan menikmati sarapan sebentar. Suasana di gedung itu juga cukup dingin, namun tidak sedingin di luar di mana butiran salju itu mulai menumpuk dan membentuk bukit di pinggir jalan. Helen mengenakan sweter cukup tebal namun tetap elegan di pagi ini. Dia juga memadukannya dengan syal merah. Helen juga sudah meminta izin kepada Gavin. Seperti dugaannya Gavin saat ini pergi bersama teman-temannya. Tadi Gavin mengantarnya hingga Helen bertemu dengan teman-temannya dan berangkat bersama ke mall ini. "Kalian mau langsung seluncuran?" tanya Rose. Helen dan yang lainnya serempak mengangguk. Mereka pun pergi ke tempat tujuan mereka. Salah satu pameran atau tempat hiburan yang di desain seperti negeri dongeng. Ada salju buatan dan juga rumah m
Read more

Dia Datang

"Kamu dari mana saja? Kami mencarimu dari tadi. Kami kira kau pergi meninggalkan kami," ucap Rose sambil bertolak pinggang. Dia mengerutkan kening ke arah Helen. Helen berusaha tersenyum dan tidak mau teman-temannya merasa khawatir. Ternyata semua temannya sudah selesai bermain, mereka tampaknya sudah puas. "Oh, aku hanya sedang pergi ke toilet tadi. Kukira kalian masih ingin bermain. Sedikit merasa mulas." Rose mengangguk paham. Dia memutar mata sejenak menatap gedung itu, berpikir ke mana lagi mereka akan pergi. Sebetulnya masih ada banyak tempat yang belum mereka kunjungi. Saking banyaknya mereka sampai bingung harus ke mana lagi. Mall itu memang terlalu indah dan megah. Helen merasa beruntung karena beberapa temannya ini terlihat sudah lupa dengan kejadian beberapa saat yang lalu. Sama sekali tidak terlihat ingin menceritakan tentang kedatangan Rey ke mall itu. "Bagaimana kalau kita pergi makan sekarang?" Rose mengusulkan. Yang lainnya tampak setuju begitu saja, karena mereka
Read more

Trauma

Helen terkadang merasa sangat sulit memilih sesuatu dalam keadaan seperti ini. Bahkan hingga sekarang dia belum berani untuk bertemu langsung dengan Rey walau lelaki itu tidak akan mengenali dirinya. Gavin juga sudah seberusaha mungkin memberi motivasi padanya, memastikan bahwa Helen bisa melakukan semua itu."Bagaimana kalau kau mencoba untuk bertemu dengan Rey dan menyamar sebagai penggemar beratnya? Dia masih ada di sini, bukan?"Helen hampir saja memuntahkan kopi hangatnya. Dia sedang sarapan bersama Gavin pagi ini. Mereka tidak pergi bekerja karena memang libur musim dingin belum berakhir. Helen duduk tepat di samping jendela. Namun jelas tidak membuka jendela itu. Masih terlalu dingin pagi ini. Dia bahkan mengenakan jaket tebal dan syal merah muda yang melingkar di lehernya. Dia hanya ingin menikmati pemandangan di luar sana. Butiran salju itu masih jatuh. Sepertinya akan lebih banyak bukit salju di pinggir jalan raya daripada yang dia bayangkan."Itu usulan yang gila," ucap He
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status