Home / Romansa / Ayah untuk Noah / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Ayah untuk Noah: Chapter 1 - Chapter 10

58 Chapters

Prolog

“Ma, Pa. Maaf, Rachel hamil.” “Pergi dari rumah! Papa nggak mau ada aib di keluarga kita.” “Jangan muncul di depan Mama sama Papa lagi. Mama malu, punya anak kayak kamu.” “Kalau pengen menghilang dari bumi, bilang ke gue. Nanti gue siapin tali buat bunuh diri.” *** “Gue bakal tanggung jawab, tapi cukup sampai lo melahirkan aja. Setelah itu, kita harus cerai.” “T-tapi?” “Nggak usah banyak mau. Masih mending, gue mau tanggung jawab. Lagian orang tua gue juga nggak bakal mau, punya menantu kotor kayak lo.” Rachel menundukkan kepala, sembari mengusap air matanya yang sedari tadi mengalir dengan deras. “Terima kasih. Tapi maaf, tawarannya saya tolak. Saya nggak butuh tanggung jawab dari orang brengsek seperti anda.” *** “Aku aja yang tanggung jawab. Gimana?” “Nggak perlu, Za. Aku bisa berdiri sendiri kok.” “Tapi kamu butuh pasangan, Chel. Punya anak di luar nikah itu nggak mudah.” “Aku mau gugurin aja.” *** “Maaf, Mbak. Kita nggak bisa menerima pekerja yang sedang hamil.” “
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

1. Ada apa dengan Bali?

Rachel menarik koper kecilnya keluar dari rumah, dengan tangan kiri yang menggandeng tangan mungil Noah. Seperti biasa, wanita itu selalu menitipkan anaknya pada tetangga sebelum berangkat bekerja. Noah juga sudah berpakaian sekolah dengan rapi. Nanti tinggal diantar oleh tetangganya saja. “Bu, Rachel berangkat dulu ya. Titip Noah. Ini uang jajannya, sama uang belanja buat Ibu,” ujar Rachel, seraya memberikan lima lembar uang berwarna merah. Namun wanita lansia berumur 60 tahun itu malah menolaknya. “Udah, nggak usah repot- repot. Sana, berangkat kerja! Ibu masih mampu beliin Noah jajan,” tolaknya, seraya mendorong tangan Rachel. “Jangan gitu, Bu. Rachel nggak pulang selama tiga hari. Jangan buat Rachel merasa nggak enak. Noah itu jajannya banyak.” “Halah, banyak berapa sih? Paling cuma lima puluh ribu.” Rachel menghembuskan napasnya kasar. Kemudian tanpa banyak bicara lagi, wanita itu langsung meletakkan uangnya di atas meja, dan langsung berlari keluar rumah. “Noah, Bunda bera
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

2. Tak mampu menjawab

Rachel POV Aku menundukkan kepala sembari meremas jari- jariku. Menahan air mata yang sudah membendung di pelupuk mataku. Aku tidak sanggup menjawab pertanyaan Noah. Maka dari itu aku langsung mematikan sambungan teleponnya, dan mengatakan kepadanya jika aku akan terbang sekarang juga, jadi ponsel harus dimatikan. “Tinggal bilang aja kalau ayahnya mati. Apa susahnya?” Aku tak mempedulikan ucapan Alan. Ku masukkan ponselku ke dalam tas, lalu berjalan menuju toilet umum. Masih ada waktu selama dua puluh menit sebelum take off, jadi aku masih punya kesempatan untuk menumpahkan tangisanku di toilet. Sesampainya di toilet, aku langsung masuk ke dalam salah satu bilik, dan menumpahkan semua tangisanku di sana. Sungguh sakit sekali, ketika mendengar pertanyaan yang selama ini ku hindari. Aku tidak tahu, apa yang sedang terjadi pada anakku. Hingga tiba- tiba menanyakan keberadaan sang Ayah yang selama ini tidak ada dikehidupannya. Tok tok tok. “Masih lama?” teriak seseorang dari luar.
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

3. Si cuek yang pengertian

“Chel, udah lama banget kita nggak ketemu. Kamu masih ingat aku, kan?” ujar lelaki itu dengan sedikit heboh. Sedangkan Rachel masih terdiam tak merespon. “Aku Reza. Teman kamu,” ucapnya lagi. Rachel menundukkan kepalanya seraya mengangguk kecil. Responnya yang kurang baik tersebut, sukses membuat senyuman lelaki itu perlahan memudar. Sementara itu, Alan yang menyadari jika Rachel terlihat tak nyaman. Sontak saja langsung melancarkan aksinya. “Sorry, Sir. But my wife looks uncomfortable,” ujar Alan. Membuat Rachel langsung membulatkan matanya kaget. “Ah, sorry. I'm just glad to see her again,” balas lelaki itu seraya tersenyum canggung. Alan membalasnya dengan senyuman tipis. Sedangkan Rachel masih plonga- plongo tidak mengerti. “Can you leave us alone? We are already hungry and want to eat right now,” ujar Alan lagi. “Ah, of course. Sorry to interrupt.” Setelah lelaki itu pergi menjauh, Rachel langsung menatap Alan dengan tatapan yang begitu dalam. Sementara itu, Alan malah be
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

4. Ketika es batu mencair

Rachel mematikan sambungan teleponnya dengan Noah. Kemudian ia turun dari kasur dan berjalan menghampiri Alan. “Ada apa, Pak? Kok Bapak yang nganterin breakfastnya?” tanya Rachel. “Tadinya saya mau ngambil iPad yang kamu bawa. Terus nggak sengaja papasan sama petugas hotel. Jadi sekalian saya bawain aja,” jelas Alan. Sedangkan Rachel hanya mengangguk- anggukkan kepalanya saja. “Kamu ini ceroboh banget. Masa pintu kamarnya nggak dikunci. Nanti kalau ada orang jahat masuk gimana?” omel Alan. Membuat Rachel langsung membulatkan matanya terkejut. Ia sendiri tidak sadar, jika pintu kamarnya tidak terkunci. “Yaudah, sana siap- siap. Jam delapan kita langsung ketemu klien,” ucapnya lagi. “Baik Pak,” balas Rachel. “Jangan lupa, pintunya dikunci.” “Iya.” “Makanannya dihabisin. Nanti kalau lapar nggak bisa fokus kerja.” “Siap,” balas Rachel. Seraya mendorong pelan tubuh Alan, agar segera keluar dari kamarnya. Bukannya kurang ajar atau bagaimana. Hanya saja Rachel baru menyadari, jika s
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

5. Family holiday

Dua hari telah berlalu. Saat ini, Rachel sudah berada di Indonesia lagi. Alan memberinya libur selama satu minggu, lantaran jadwalnya yang tidak terlalu padat dalam minggu ini. Berhubung hari ini sekolah Noah libur, Rachel berniat untuk mengajak Noah berlibur ke Dufan dan Atlantis Water Adventures yang terletak di kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Alan batal mengajak Noah ke Bali, karena takut terjadi apa- apa di sana, setelah diberi tahu oleh teman Rachel di Hong Kong kemarin. “Nanti Noah belenang ya.” Bocah yang sedang dipakaikan baju oleh bundanya tersebut terus berceloteh sedari tadi. Membicarakan segala hal yang berkaitan dengan liburannya kali ini. Ingin beli ini, ingin beli itu. Ingin naik ini, ingin naik itu. Ingin pergi ke sini, dan ingin pergi ke situ. Semuanya dibicarakan. Hingga membuat sampai Rachel pusing sendiri mendengarnya. “Bunda belani nggak, naik kola- kola?” tanya bocah itu. “Nggak berani. Bunda punya tekanan darah rendah. Nanti pingsan, kalau naik kora- kora,
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

6. Masa lalu datang kembali

"Juna!” Lelaki yang bernama Juna itu pun langsung menghentikan langkahnya, ketika Alan meneriaki namanya sembari menarik kaos yang dipakainya. “Lepas, Lan! Gue harus ngejar cewe itu,” kesal Juna seraya menepis tangan Alan. “Ikut gue!” Alan mencengkeram tangan Juna. Lalu menariknya menuju kolam renang lagi. Membiarkan Rachel dan Noah pergi menjauh terlebih dahulu. Ia paham, Rachel tak nyaman dengan kehadiran lelaki ini. Ia juga bisa menyimpulkan, jika mereka berdua saling mengenal satu sama lain. “Lo kenal sama dia?” tanya Juna, dengan raut wajah yang terlihat menahan kesal. “Dia Aspri gue,” jawab Alan. Membuat lelaki itu langsung berdecak kesal. “Ck. Kenapa lo nggak bilang ke gue kalau lo kenal sama dia?! Gue nyari dia selama bertahun- tahun, asal lo tau!” “Ya mana gue tau, kalau lo juga kenal dia. Lo aja nggak pernah cerita ke gue,” balas Alan sewot. Juna mengusap wajahnya kasar. Napasnya mulai memburu, dan wajahnya terlihat sangat gusar. Seolah menahan emosi yang tidak tersa
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

7. Jahatnya mulut tetangga

“Apa iya, saya harus jelasin dari awal?” Rachel mengangguk dengan semangat. Senyumnya yang manis, dan ekspresi wajahnya yang sangat imut, nyaris membuatnya terlihat seperti remaja belasan tahun. Padahal umurnya sudah menginjak dua puluh lima tahun, dan statusnya sudah berubah menjadi Ibu- ibu. Alan berdecak kesal. Dengan wajah yang terlihat sangat bad mood, ia pun mulai menjelaskan semuanya pada wanita ini. “Saya juga nggak terlalu ingat. Intinya, foto itu diambil tanpa sengaja. Dan saya pindahin ke G****e Drive karena waktu itu saya emang lagi bersih- bersih album kamera,” jelas Alan. Sedangkan Rachel hanya manggut- manggut sambil ber-oh ria. “Kenapa? Kamu berharap saya suka kamu gitu?” tanya Alan, seraya tersenyum menyeringai. “Enggak,” balas Rachel santai tanpa beban. “Karena percuma juga, kalau Pak Alan suka sama saya. Saya nggak bakal bisa balas cintanya Pak Alan,” ucapnya lagi. Membuat ekspresi wajah Alan langsung berubah menjadi datar. “Kenapa gitu?” tanyanya. “Because my
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

8. Calon Ayah yang baik

Malam harinya, Rachel, Noah dan Ida menikmati waktu kebersamaan mereka dengan menonton televisi bersama di ruang tamu rumah Rachel. Karena kontrakan yang ditempati Rachel ini hanya tiga petak, jadi televisinya diletakkan di ruang tamu yang ukurannya memang lebih luas dari kamarnya. Dengan menggelar karpet di depan sofa, ketiga manusia beda generasi itu pun membaringkan tubuhnya di sana sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Karena di luar sedang hujan gerimis, jadi udara terasa lebih dingin dari sebelumnya. Tak lama kemudian, mereka dikejutkan dengan kemunculan Alan yang tiba- tiba sudah berdiri di depan pintu sambil membawa dua kantong yang entah berisi apa. Sontak saja, Rachel langsung bangun dari tidurnya dan menghampiri pria itu yang masih berdiri di depan pintu dengan baju yang sedikit basah karena terkena air hujan. “Ada perlu apa, Pak? Kenapa hujan- hujan datang ke sini?” tanya Rachel. “Mau ngantar ini,” jawabnya seraya menyerahkan kedua kantong tersebut pada Rachel. “
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

9. Gelisah karena kehilangan

“Nih, habisin dulu es krimnya. Nanti baru Om antar ke rumah Om Alan.” “Yeay... makasih, Om. Tapi jangan bilang Papa Alan ya! Nanti Papa Alan bilang ke Bunda. Bunda suka malah kalau Noah makan es klim.” “Emang Bunda kamu galak?” Sambil memakan es krimnya, bocah itu pun mengangguk. “Bunda kalau malah, selam banget. Kayak singa kelapalan,” ucapnya. Membuat lelaki itu langsung terkekeh pelan. “Kamu pernah dimarahin?” “Pelnah, tapi habis itu Bunda nangis.” “Kenapa nangis?” “Katanya nyesel, udah malahin Noah.” “Kalau ayahnya Noah, galak nggak?” “Noah nggak punya Ayah,” jawabnya enteng. Membuat lelaki itu langsung terdiam kaget. “Emang ayahnya Noah ke mana?” “Nggak tau. Bunda nggak pelnah jawab kalau Noah tanya.” Lelaki itu mengangguk- anggukkan kepalanya. Agak sedikit kasihan, melihat wajah Noah yang berubah menjadi cemberut. “Eh, kalau boleh tau, Noah sekarang sekolah kelas berapa?” tanya lelaki itu mengalihkan pembicaraan. Ia sadar, jika pertanyaannya tadi sangat sensitif bagi
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status