Terjebak Gairah Si Bos Mesum의 모든 챕터: 챕터 121 - 챕터 130
248 챕터
Saga Salah Paham
Mobil Saga berhenti di pelataran parkir kedai kopi yang telah di sebutkan anak buahnya tadi. Anak buahnya mengatakan bahwa di sana terdapat sebuah kendaraan yang nomor platnya mirip dengan mobil Revanno.“Nggak salah lagi. Itu memang benar mobilnya Revanno,” gumam Saga sambil menatap mobil yang terparkir di dekat pintu masuk tersebut.Saat Saga hendak keluar mobil, tiba-tiba ia melihat Revanno yang sedang berjalan keluar dari kedai kopi tersebut. Dan yang membuat Saga heran adalah Revanno tidak berjalan sendirian, melainkan bersama seorang wanita yang berpenampilan cukup seksi. Bahkan mereka berdua tampak begitu akrab. Terlihat saat Revanno mengatakan sesuatu, sang wanita yang ada di sebelahnya langsung terkekeh menanggapi ucapan Revanno.Seketika Saga langsung mengepalkan kedua tangannya. “Berengsek!” Umpatnya kesal. Saga tidak menyangka akan melihat hal menjengkelkan itu tepat di depan matanya secara langsung. Saga pikir Revanno benar-benar sudah berubah. Bahkan niat Saga mencari
더 보기
Berusaha Meyakinkan Saga
“Kekasih kamu bilang?!” Saga hendak kembali melayangkan pukulan ke wajah Revanno. Tapi kali ini Revanno berhasil menghindar. “Aku sudah bosan mendengar kata menjijikkan itu keluar dari mulutmu!”“Tapi aku memang kekasihnya Starla,” sahut Revanno.Saga menggeleng. “Hubungan kalian itu sudah berakhir. Kamu sendiri yang membuat semuanya berakhir. Jadi jangan pernah mengaku sebagai kekasih adikku lagi!” Peringat Saga.“Aku nggak pernah berniat untuk mengakhiri hubunganku dengan Starla. Justru sebaliknya, aku berniat untuk menikahi Starla,” jelas Revanno.Kalimat yang berhasil membuat tawa Saga langsung meledak. Jenis tawa meremehkan yang begitu menyebalkan di telinga Revanno.“Aku nggak akan pernah membiarkan niatmu itu terwujud, berengsek!” Desis Saga.Revanno mendesah. “Saga, bukankah kamu sendiri yang kemarin membantuku untuk bisa sampai ke sini? Tapi kenapa sekarang tiba-tiba kamu bisa berubah seperti ini?”
더 보기
Niat Yang Keliru
“Apa kamu tadi baru saja menemui Revanno, Kak?” Saga masih bingung harus menjawab apa. Kalau Saga menjawab iya, pasti hal itu hanya akan membuat Starla menjadi semakin penasaran. Selain itu, Starla pasti juga akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin akan semakin sulit untuk Saga jawab. Tapi jika Saga menjawab tidak. Apakah adiknya itu akan percaya? “Kak, kenapa nggak menjawab?” Starla bertanya lagi. Bahkan kali ini dengan nada yang tidak sabaran. “Starla, aku tadi ...” Saga menggantung kalimatnya. Tiba-tiba saja lidahnya terasa begitu kelu. “Kak Saga, jawab!” Desak Starla. Saga langsung menatap Starla. “Kan aku sudah bilang, kalau aku tadi ingin menemui temanku.” “Bohong!” Seru Starla. “Aku nggak berbohong, Starla,” sahut Saga yang mendesah. Starla terlihat tidak percaya. Bahkan ia kini menatap sengit ke arah Saga. “Untuk apa sih kamu menemui Revanno, Kak?! Untuk apa?!” Tanyanya ke
더 보기
Penolong Revanno
Revanno masih terus berusaha menghindar saat satu persatu anak buah Saga mulai menyerangnya. Pria itu mengumpat dalam hati. Kenapa hidupnya harus penuh dengan perkelahian seperti ini, sih? Padahal dulu Revanno merasa kalau hidupnya begitu tenang dan damai. Tapi entah kenapa sekarang bisa tiba-tiba berubah drastis begitu saja. BUUUG! Sial! Satu pukulan berhasil mengenai tubuh Revanno. “Berengsek, aku bilang satu lawan satu. Jangan keroyokan. Kalian tuli, ya?!” Teriak Revanno sambil memegangi perutnya. Tidak ada sahutan. Sepertinya Saga memang melatih anak buahnya itu dengan bahasa isyarat. Buktinya sejak tadi Revanno terus berteriak, tapi tidak ada satupun di antara anak buah Saga yang menjawabnya. Ck! Menyebalkan! Satu pukulan berhasil mendarat lagi di tubuh Revanno, kali ini di bagian wajahnya. Membuat luka bekas pukulan Saga tadi bertambah menjadi perih di sudut bibirnya. “Sialan kalian semua!” Revanno langsung membalas pukulan itu dengan membabi buta. Terutama ke dua anak bu
더 보기
Bukan Akhir Sebuah Kisah
Revanno terus melajukan mobilnya, menyusur jalan raya sepi yang akan membawanya menuju ke alamat rumah Saga. Di tengah perjalanan Revanno sempat memandangi langit yang semula berwarna cerah perlahan berubah menjadi begitu hitam.“Apakah itu mendung?” Gumam Revanno pelan. Revanno menghembuskan napasnya perlahan. Ia tidak peduli jika hari ini akan turun hujan ataupun tidak. Yang terpenting ia harus segera sampai ke alamat tujuannya. Saat-saat yang di nantikan akhirnya akan segera tiba. Bertemu dengan Starla dan kembali membawa kekasihnya itu ke dalam pelukannya. Oh ... Bahkan Revanno sudah tidak sabar ingin melihat senyum dari bibir kekasihnya.Revanno menghentikan mobilnya ketika ia melihat sebuah nama jalan yang sama persis dengan yang ia cari. “Benar kan ini alamat rumah Saga?” Revanno bergumam pelan sembari menatap sekeliling. Revanno memutuskan keluar dari mobil untuk memastikan siapa tahu ada orang yang bisa ia tanyai. Dan harapannya terkabul. Revanno melihat seorang Ibu-ibu ya
더 보기
Andra Ingin Tahu
Hujan mengguyur deras tetapi Revanno tidak berhenti untuk mendesak dan memohon agar kedua penjaga rumah Saga itu membukakan pintu gerbang untuknya. Revanno bahkan tidak peduli saat guyuran air hujan itu terus membasahi tubuh dan lukanya secara terus menerus. Siapapun pasti bisa membayangkan seperih apa yang tubuh Revanno rasakan saat ini. Tapi pria itu seolah mencoba untuk tidak menghiraukannya. “Tolong, buka pintunya. Saya ingin bertemu dengan Starla. Tolong!” Revanno terus memohon dan menggedor pintu gerbang tersebut, meski sudah hampir setengah jam yang lalu hasilnya tetap sama saja. Pintu gerbang itu tidak bergerak dan masih tertutup dengan rapatnya. “Buka pintunya!” Teriak Revanno putus asa. Tubuh Revanno mulai merosot ke bawah. Ia menengadah dan meringis saat tetesan air hujan berjatuhan di wajahnya. Mengenai luka di sudut bibirnya atau bahkan di pelipis kepalanya. Revanno lalu menunduk. Ia tersenyum getir saat menyadari nasib yang harus ia alami saat ini. Apa ini memang b
더 보기
Menceritakan Semuanya Ke Andra
Andra kembali menoleh, menatap putrinya yang tengah menangis tersedu di dekat jendela. Hati orang tua mana yang tidak merasakan sakit jika melihat anaknya menangis hingga tersedu seperti itu. Dengan perlahan Andra menggerakkan kursi rodanya untuk kembali mendekat ke arah Starla. “Starla,” panggil Andra begitu ia sampai di depan putrinya. Pria paruh baya itu mengulurkan tangan untuk membelai kepala putrinya. “Apa kamu ingin menceritakan semuanya ke Papa?”Starla mendongak. Kedua matanya begitu basah oleh air mata yang terus saja mengalir tanpa bisa ia hentikan. Starla lalu bangkit dan memeluk tubuh Papanya. “Aku harus bagaimana, Pa?” Starla kembali menangis.Andra mengusap rambut putrinya. “Ceritakan ke Papa. Setidaknya hal itu bisa membantumu melepas beban yang sedang kamu rasakan.”Starla kemudian melepas pelukannya pada tubuh sang Papa. Tanpa berganti posisi sedikitpun dari tempatnya, Starla mulai menceritakan semuanya kepad
더 보기
Kebaikan Andra
Saat ini Saga sedang terlihat sibuk melakukan panggilan telepon di ruang tengah rumahnya. Ia tahu kalau Papanya baru saja masuk ke kamar Starla. Makanya ia memanfaatkan kesempatan itu untuk menelepon anak buahnya yang ia suruh untuk menghajar Revanno tadi. “Maaf, Bos. Kami gagal membawanya pergi. Tadi tiba-tiba polisi datang dan menggagalkan aksi kami,” jelas seseorang dari seberang telepon. Saga menghela napas lalu menatap ke arah lantai dua dengan was-was. “Seharusnya kalian bisa bekerja lebih cepat, bodoh!” Ketus Saga. “Maaf, Bos. Tapi pria tadi banyak melawan jadi kami sedikit kesulitan untuk mengatasinya.” Saga berdecak. “Ayolah. Lima lawan satu seharusnya bukan hal yang sulit bagi kalian.” “Iya, Bos. Kami tahu. Maaf.” Lagi-lagi anak buah Saga hanya bisa meminta maaf di seberang sana. “Maaf-maaf, terserah!” Ketus Saga lalu memutus panggilannya begitu saja. Saga lalu merebahkan dirinya di sofa panjang yang ada di ruang tengah. Sejujurnya, Saga tadi juga tidak benar-benar be
더 보기
Menuruti Permintaan Sang Papa
Saga tidak tahu pikiran bodoh apa yang telah merasuki kepalanya. Hanya karena Papanya memohon dan mengatakan kalau ia anak baik, Saga bisa langsung menurut begitu saja. Ck! Sangat bodoh memang. Padahal baru saja Saga menyadari kalau menjadi baik itu menyusahkan. Tapi tidak bisa di pungkiri kalau diam-diam Saga merasa sangat senang setiap kali di panggil anak baik oleh Papanya. Saga masih berdiri di ruang tamunya setelah mengantar Papanya masuk ke dalam kamar. Banyak hal yang perlu Saga pertimbangkan sebelum menuruti permintaan Papanya tadi. “Sial! Kenapa sih Papa harus peduli dengan pria berengsek itu? Biarkan saja dia kedinginan di luar sana. Kalau perlu mati sekalian,” gerutu Saga yang tampak kesal. Namun, Saga sudah terlanjur menyanggupi permintaan Papanya. Apa pilihan lain masih tersedia untuknya? “Bodoh!” Maki Saga. Akhirnya Saga benar-benar melakukan hal bodoh itu sekarang. Ia berjalan keluar dari rumahnya sambil membawa s
더 보기
Penginapan Melati
Revanno menghentikan mobil yang ia kendarai tepat di pinggir jalan. Wiper pada kaca mobilnya masih terus bergerak menyeka air hujan yang sejak tadi terus saja membasahi kaca depannya. Revanno kembali mencocokkan nama penginapan yang ada di seberang jalan dengan yang ada di ponselnya. “Penginapan Melati,” gumam Revanno seraya menatap sekeliling penginapan tersebut. Tanpa pikir panjang Revanno segera melajukan mobilnya masuk ke pelataran penginapan yang tidak begitu luas tersebut. Hanya ada beberapa mobil, selebihnya ada banyak sepeda motor yang sudah berjejer rapi di parkiran khusus sepeda motor yang ada di sana. “Rupanya ada juga penginapan di daerah terpencil seperti ini. Ya, meskipun tempatnya nggak terlalu bagus. Tapi nggak masalah. Yang penting bisa aku gunakan untuk beristirahat dan tidur malam ini.” Revanno kembali bergumam sambil keluar dari dalam mobilnya.Revanno berjalan santai memasuki Lobi penginapan tersebut. Menghiraukan rintik hujan yang masih terus mengguyur dengan
더 보기
이전
1
...
1112131415
...
25
DMCA.com Protection Status