All Chapters of Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku: Chapter 21 - Chapter 30

32 Chapters

Julia Tak Kunjung Datang Melihat Ibu.

Segera aku mengantarkan ibu dan anakku, juga mbak Neti ke dalam mobilnya Ririn. Kemudian aku mengajak Ririn keluar dari mobilnya. Aku harus memberitahukannya pada Ririn agar tidak salah faham. Aku tidak mau hubunganku dengan Ririn kandas hanya karena salah faham. Aku memang harus jujur kan? Karena lelaki sejati itu harus jujur demi kelanjutan hubungannya dengan orang yang ia cintai. "Rin, aku melihat Julia di sana. Kalau kamu mau, ayo temenin Mas jumpai Julia. Biar dia tau keadaan Ibu sekarang," ucapku, setengah bersuara. Agar ibu tidak mendengarnya. "Apa Mas, Mbak Julia? Di mana? Aku gak usah ikut deh Mas, nanti Mbaknya makin gak mau ketemu Mas. Mending aku di mobil aja, sama Ibu nungguin Mas. Ayo Mas cepetan, ntar keburu pergi Mbaknya?" sahut Ririn, dengan nada sedikit memberi semangat. Kemudian aku beranjak dari parkiran, untuk menemui Julia. Semoga Julia masih ada di sana, agar aku bisa mengatakan kondisi ibu. Aku terkadang heran, kenapa Julia yang notabene adalah putri kandung
Read more

Akhirnya Julia Datang.

Ada seseorang di luar sana yang ingin di bukakan pintu. Apakah dia Julia?Segera aku mengayunkan langkah, dengan rasa penasaran. Tak biasanya ada tamu tak mengucapkan salam, entah mengapa hati ini mengatakan bahwa itu adalah Julia. Antara gembira dan gugup, itulah yang kurasakan saat ini. Bagaimana tidak, di sisi lain aku bahagia bisa melihatnya lagi dan bisa membuat ibu dan Deta bahagia. Tapi di sisi yang lainnya, aku sangat kecewa padanya. Dulu aku sudah berjanji pada diriku sendiri akan membahagiakan orang yang aku cintai seumur hidupku. Ya, itulah ikrar di dada yang ingin memperjuangkan hidup bersama Julia. Kini, semua tinggal kenangan. Mungkin Julia memang tak mencintaiku lagi, karena keterbatasan materi. Pintu pun aku bukakan, dan ... Memang benar tamu di pagi hari ini adalah Julia. Tanpa sadar, tangan ini ingin merangkulnya. Tapi, itu tidak mungkin kulakukan. Mengingat hubungan kami yang sudah kandas. "Julia ... Ternyata kamu sudah datang?" ucapku, sambil membukakan pintu aga
Read more

Julia Akhirnya Berkenalan Dengan Ririn.

Aku pun terdiam karena kaget dengan kehadiran Ririn, apakah Ririn akan marah dan membenciku? Saat pandangan kami bertemu, Ririn menundukkan kepalanya. Begitu juga dengan Julia, yang tampak mematung saat melihat Ririn ada di sana. Aku mencoba memberanikan diri memulai pembicaraan, karena sejatinya aku tidak melakukan apa-apa dengan Julia. Aku harus menunjukkan kalau aku adalah laki-laki yang bertanggungjawab. "Ririn ... Kamu udah datang sayang?" ucapku, sambil berjalan menemuinya. "Udah Mas, biasa aja loh Mas. Jangan gugup, Ririn gak kayak Mas pikirkan. Ririn tau kok, Mas orangnya gimana," sahutnya, dengan mengukir indah senyumnya. "Oh iya Mbak Julia, kenalin aku Ririn. Aku calon istri Mas Riyadi, jika Allah mengizinkan. Aku pengen Mbak merestui," ucapnya, sambil mengulurkan tangannya ke arah Julia. Lama tak bergeming, akhirnya Julia menyambut tangan Ririn dengan senyuman. "Makasih Rin, aku gak nyangka kamu sebaik ini. Aku juga sangat berterimakasih sama kamu, udah ikhlas ngurusin
Read more

Pov Julia.

Mas Fajar memang keterlaluan, bisa-bisanya dia menggantung harapanku tanpa memikirkan perasaanku. Ia sengaja menjanjikan hal yang membuatku terangkat ke awan, dan akhirnya ingin menghempaskan jika tidak mau menuruti keinginannya. Sebenarnya bukan aku tak mau menikah dan menjadi istri keduanya. Tapi aku masih ingin mempunyai rumah dan harta yang lain tanpa sepengetahuannya. Aku mau menyisihkannya untuk Deta, suatu saat nanti. Kemudian aku membalas pesan whatsapp dari mas Fajar, yang aku perkirakan hanya menggertak saja. ["Kalau itu yang Mas mau, aku bisa apa. Mungkin Mas tak sepenuhnya mencintai aku, untuk saat ini kita gak usah ketemu dulu Mas. Aku bingung, karena ada juga lelaki yang menginginkan aku,"] send. Kalimat yang kubuat asal-asalan, untuk serangan balik. Setelahnya, aku pulang dari kafe karena muak dengan sikap mas Fajar yang sengaja mempermainkan perasaanku. Setelah aku menaiki grabcar pesananku, kembali aku memeriksa pesan yang aku kirim tadi. Akhirnya udah centang dua
Read more

pov Julia

Aku diam seribu bahasa, bingung akan bagaimana. Antara penasaran dan ingin cuek. Tapi Mas Fajar masih saja dengan sikap yang dingin, tanpa ekspresi hangat seperti dulu. Dia berdiri mematung di hadapanku, sambil menatap kosong padaku. Ingin rasanya menanyakan lebih dulu, gerangan mas Fajar begitu. Tapi, aku tahan agar tak terlalu menunjukkan kekhawatiranku padanya. "Julia ... Mas gak tau mau mulai pembicaraan denganmu dari mana. Tapi bisa kamu lihat, Mas sekarang sedang dalam problem." tutur mas Fajar, dengan wajah layu. "Terus ... Hubungannya dengan Julia apa?" tanyaku, pura-pura tidak mengerti. "Julia, tolong mengertilah sama Mas. Mas sekarang mengkhawatirkan Ratna, dia terkena kanker stadium tiga. Dan sedang menjalani kemoterapi, Mas mohon temani Mas. Kasih semangat buat Mas dong sayang ..." mas Fajar mulai menjelaskan sambil meraih tanganku. "Kok kamu aneh ya Mas? Istri sakit keras, bisa-bisanya Mas minta semangat dari aku. Apa Mas gak kasihan sama Mbak Ratna? Jangan egois don
Read more

Mbak Ratna koma.

Kasihan benar mbak Ratna, Ya Allah berikan kekuatan untuk mbak Ratna. "Dokter! Dokter! Tolong, cepat tangani istri saya Dok. Saya gak mau istri saya kenapa-kenapa," teriak mas Fajar, panik. Tanpa sadar, aku pun tiba-tiba saja iba melihat reaksi mas Fajar. Secara spontan aku merangkulnya, sambil menatap mbak Ratna yang sudah tak sadarkan diri. "Ratna ... Kamu harus kuat sayang. Kamu gak boleh pergi sayang, kamu harus sembuh biar kita kumpul lagi Ratna. Mas mohon," pekik mas Fajar, histeris banget. "Mas, yang sabar dong. Kok kamu jadi lemah gini, apa kamu lupa kalau kita punya Allah. Mas gak pergi sholat?" tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari bibir ini. Mas Fajar mematung, ia baru sadar akan kata-kata yang baru saja aku ucapkan. Kemudian ia, berdiri dan meraih jemari mbak Ratna. Ia menangis, dan memeluk tubuh lemah istrinya yang masih cantik itu. Entah apa yang ia bisikkan di telinga mbak Ratna. Dasar laki-laki, setelah diambang kematian di situlah mereka sadar akan kebejatann
Read more

Aku menemukan pengasuh untuk bayinya mas Fajar.

Akankah aku yang akan mengurus bayinya mas Fajar? Aku belum sanggup untuk mengurus seorang bayi, apalagi sekarang aku sedang merintis usaha baruku. Mana mungkin aku bisa mengambil alih tugas mbak Ratna sebagai ibunya. Bukan maksudku untuk mengelak, tapi aku masih ingin fokus dengan usahaku. Terlihat mas Fajar suntuk dengan pikirannya, dan tentunya berkaitan dengan kondisi anaknya. Ia enggan memintaku untuk mengurus bayinya, sungguh! Aku belum sanggup. "Julia, bisakah kamu mencarikan untuk bayiku pengasuh?" tanya mas Fajar, sambil duduk terpaku. "Nanti aku carikan Mas, insya Allah. Aku akan usahakan yang terbaik untuk anakmu Mas," ucapku memberikan semangat. "Makasih Julia, Mas sudah gak bisa berfikir normal. Mana Mas harus memperhatikan dan mengurus Ratna, nyusul lagi keadaan anakku yang memang harusnya sudah di rumah, Mas stress banget sayang. Mas gak tau harus apa," keluhnya, sambil tertunduk layu. "Udah Mas gak usah terlalu stress, ingat kerjaan Mas. Kalau Mas sakit, siapa ya
Read more

Mbak Ratna mulai sadar dari koma.

"Baik Julia, aku akan bersikap baik sama Azizah. Aku akan anggap dia sebagai anakku sendiri. Kamu jangan khawatir ya? Apapun pasti aku lakuin untuk kamu," ungkapnya, dengan bibir tersenyum manis. "Oh ya Mas, setelah perlengkapan Nabilla siap, kita harus cepat ke rumah sakit. Takutnya perawatnya udah jenuh, yok?" usulku, kemudian di anggukkan sama mas Fajar. Segera kubantu Azizah membereskan perlengkapan Nabilla, begitu juga dengan pakaian dan susu formula untuk Nabilla. Tampak Azizah begitu bersemangat melakukan tugasnya. Dengan telaten dan penuh kesabaran ia menimang bayi kecilnya mas Fajar. Ia perlahan mengusap kepala Nabilla. Aku jadi bangga punya keponakan yang sangat bijak. Insya Allah, Azizah betah dan baik ke depannya. Amin. "Julia, ayo kita berangkat ke rumah sakit. Nabilla sudah sangat anteng dengan Azizah. Aku ingin bilang sama Ratna kalau Nabilla sudah berada di tangan yang pas," ajak mas Fajar dengan bersemangat. "Oke, sekarang kita berangkat. Aku juga gak bisa lama-la
Read more

Mbak Ratna perlahan pulih.

Dua hari tak bertemu mas Fajar, batinku seolah hampa. Ada rasa yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Hari ini, adalah hari yang telah aku janjikan untuk bertemu mbak Ratna. Entah mengapa, aku mulai menyayangi mbak Ratna seperti mbak sendiri. Aku pun bersiap, dan kemudian memberikan arahan seperti biasa kepada karyawan restoranku. Aku juga tidak mau ada pikiran yang negatif dari mereka, karna aku sering bepergian. Setelah kurasa sudah klop, aku pun segera pergi. Grabcar pesananku pun tiba di depan halaman restoran sekaligus rumahku. Iya, aku bukan tak punya uang buat beli mobil pribadi untukku. Tapi, aku hanya ingin menyisihkan sejumlah uang untuk kuberikan pada Deta kelak. Dan aku sudah mengalihkan sejumlah uang ke deposito, atas nama Deta. Bagaimanapun, Deta telah lama tak pernah ku rawat. Tak pernah lagi memasak untuknya, tak pernah membelainya sebagai anak semata wayangku. Ini wajar aku lakukan untuk menebus rasa bersalah ku padanya. Tak lama perjalanan yang ku tempuh,
Read more

Pov Riyadi.

Bab 30Pov RiyadiRirin mual, dan tambah lemas. Aku tak mau terjadi apa-apa dengannya. Ya Allah, sembuhkanlah Ririn. Kuatkan dia, kembalikan kesehatannya. Aku berkali-kali membatin memohon kesembuhan untuk Ririn, calon istriku. "Rin, pokoknya sekarang juga kita ke rumah sakit ya? Aku gak mau terjadi apa-apa dengan kamu. Badan kamu lemah," saranku, sambil merangkul tubuh Ririn ke posisi duduk. "Gak usah pake tanya-tanya Riyadi, pokoknya kita bawa sekarang Nak. Takutnya nanti, Ririn kenapa-kenapa, gimana?" desak ibu, sambil memijit punggung Ririn. "Terserah kamu Mas, aku merasa tambah lemah sekarang. Tolong Mas ke kamar, ambilin dompet Ririn sama perlengkapan Ririn ya Mas?" pinta Ririn, dengan nada lemah. Ya, Ririn memang memiliki riwayat asam lambung. Sedikit saja salah makan, akan berdampak buruk bagi lambungnya. Tapi, aku yakin kok Ririn pasti sembuh. Aku segera menuju kamar atas persetujuan Ririn. Dan segera menyiapkan segala perlengkapan untuk di rumah sakit. Jujur saja, aku ta
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status