All Chapters of BAWA ANAK LELAKIMU PULANG, BU! (DI ANTARA DUA PILIHAN): Chapter 31 - Chapter 40

51 Chapters

Otw janda

"Assalamualaikum ... ""Walaikumsalam ... Nah, Ibu datang," Indri mendekat dimana Bu Halimah tengah menggendong Zaki yang rewel dan segera mengambil alih sang anak dari gendongan neneknya."Anak sholeh kenapa, Sayang? Kangen sama Ibu, ya?" ujarnya sembari memeluk erat sang anak."Bangun tidur langsung nangis dia, Nduk," beritahu Bu Halimah pada Indri."Udah diperiksa dokternya belum, Mak?""Belum, kata perawat bakda zuhur karena dokternya ada operasi." terang Bu Halimah."Oh, syukurlah kalau gitu, Mak." Indri bernafas lega, dirinya bisa ikut mendampingi Zaki sewaktu diperiksa."Gimana, lancar?" tanya Bu Halimah saat melihat cucunya sudah tenang dipelukan ibunya."Alhamdulillah, Mak. Semuanya lancar, mungkin Senin besok sudah langsung putusan karena semua bukti sudah kuat." jelas Indri mengulas senyum.Bu Halimah pun turut tersenyum tetapi matanya tak bisa berbohong bahwa ada kesedihan yang mendalam di hatinya. Ibu mana yang tak sedih, mendapati anak yang ia lahirkan dan besarkan meng
last updateLast Updated : 2023-07-04
Read more

S A B

"Selamat siang Adik Zaki, kita periksa dulu, ya," Sapa dokter Adit bersama seorang perawat asistennya masuk ke dalam ruang rawat Zaki. Kedatangannya menghentikan aktivitas bermain Zaki bersama Bagus yang masih berada di sana. Di ruangan itu ada pula Indri dan Bu Halimah yang setia menemani."Oke, pintar sekali," puji dokter Adit setelah selesai memeriksa Zaki."Hari ini boleh pulang, ya, Bu. Tetap perhatikan kondisi kebersihan botol susu maupun alat makannya, tapi yang paling utama tetap kondisi makanan yang masuk harus bersih. Jangan sampai kembung dalam 3 hari ke depan, karena nanti bisa kembali muntah. Jangan telat makan, karena bisa memicu demam." lanjutnya berpesan panjang, Indri mengangguk tanda paham.Dokter Adit tersenyum begitu manis kepada Indri, bahkan mengabaikan tatapan Bagus yang seolah tak suka."Dilihat dari sudut manapun dia secantik ini, calon janda meresahkan." gumam dokter Adit dalam hatinya. Lalu kembali tersenyum begitu manis."Pulangnya nunggu injeksi terakhir
last updateLast Updated : 2023-07-05
Read more

Negoisasi

Santi mengerjab perlahan sebelum kedua matanya terbuka secara sempurna, cahaya terang lambat laun menjadi semakin sempurna masuk dalam penglihatannya.Tubuhnya terasa remuk redam dengan nyeri di sekujur badan, kepalanya pening dan wajahnya seperti kebas. Ingatannya mencoba merangkai kembali apa yang terjadi padanya, sedetik kemudian air matanya jatuh tak tertahankan. Dalam hati meracau memanggil nama anak dan keluarganya.Tak ia hiraukan kondisi tubuhnya sendiri, ia perlahan bangkit dari tidur. Masih tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh polosnya, menelisik tubuh bagian depan. Bercak merah tanda kebuasan para lelaki yang menikmati tubuhnya tercetak jelas hampir memenuhi setiap inci kulit putihnya. Tak hanya tanda merah, tetapi juga lebam kebiruan yang kentara terlihat. Bukti bahwa para lelaki itu tak hanya menikmati tubuh moleknya sebagai pemuas hasrat namun juga sebagai samsak, meluapkan emosi di tengah gempuran hasrat bir*hi. Jika boleh ia memilih, ia lebih memilih mati daripada h
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Sedang didoakan

Menghela nafas besar, lalu membawa langkah semakin dekat menuju kamarnya dimana ada dua orang laki-laki yang ia kenali berada di sana. Dalam benaknya bertanya apakah kedua orang itu saling kenal? Atau justru sudah janjian hingga bisa sampai di sana bersamaan. Ia edarkan pandangan ke jalan, dimana mobil Anwar berada persis di belakang mobil Samsul, dari sana bisa ia tebak bahwa Samsul datang lebih dulu.Menyadari kedatangannya, kedua lelaki itu menoleh. Dan lagi-lagi secara bersamaan, sungguh kompak!"Indri!" sapa keduanya, setelahnya keduanya saling bersitatap karena terkejut.Indri semakin mendekat hingga jarak ketiganya kini kurang dari 1 meter saja."Loh, Pak Samsul kenal Indri?" tanya Anwar heran."Saya teman SMP Indri, kalau Pak Anwar sendiri?" tanya Samsul balik."Saya kakak ipar, mantan kakak ipar lebih tepatnya," sahut Anwar mengulas senyum sedangkan Samsul terkesiap kaget.Indri menghela nafas jengah, "kalau kalian kenal di mana?" tanya Indri yang kemudian membuat dua lelaki
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Alumni SMA KARTIKA

"Dia, wanita yang selalu aku inginkan. Wanita yang selalu aku sebut namanya dalam setiap sujud panjangku, tapi--" ia tatap mata sang ibu dalam-dalam ingin melihat bagaimana reaksinya."Tapi apa, Mas? Jangan buat Ibu penasaran terus, ah!" kejar sang ibu tak sabar."Tapi dia janda, Bu ... " "Hah?!"Sontak sang ibu terkejut. Melihat ekspresi sang ibu, sang anak menunduk kecewa. Berpikir bahwa apa yang ia takutkan benar akan terjadi, yaitu penolakan dari keluarganya karena status wanita pujaannya ternyata bukanlah seorang gadis. "Maksud, Mas, gimana? Yang jelas dong kalau kasih informasi, tu!" tanya sang ibu memaksa. Kepalang tanggung, akhirnya diceritakanlah sosok wanita itu."Namanya Indri, dia sekarang sedang dalam proses perceraian dengan mantan suaminya. Untuk alasannya kenapa? Aku sendiri belum tahu pasti. Dia bekerja di salah satu pabrik garmen di Ungaran, dia sosok pekerja keras karena ada satu anak yang harus dia perjuangkan masa depannya. Anaknya masih kecil, menurut informasi
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Setyadanu Adimas Budianto

Indri mematung di ambang pintu, jaraknya dengan para penghuni di dalam rumah itu kurang dari 2 meter saja. Ia terpaku menatap seorang laki-laki yang tengah menggendong putranya, lalu pandangannya beralih pada seorang wanita paruh baya yang nampak tenang duduk melantai bersama dengan mainan Zaki yang berserakan. Indri menelan ludahnya susah payah, entah kenapa perasaannya menjadi gugup tak menentu."Ma-maaf," kikuknya lalu melangkah masuk. Menyalami wanita paruh baya yang nampak anggun dan cantik itu. Lalu beralih pada lelaki yang bahkan masih terus menggoda Zaki."Pak Dokter--""Cantik sekali aslinya, pantesan anak Ibu tergila-gila," puji wanita paruh baya dengan hijab merah maroon itu sembari terkekeh. Perasaan Indri kian tak enak melihat reaksi Bapaknya yang duduk di sofa dan Emaknya yang baru bergabung kembali."Bu Riyanti bisa saja," kilah Bu Halimah malu-malu sedangkan Indri sudah semakin tak enak hati. Ia menatap dokter Adit yang nampak biasa saja padahal tidak mungkin dia tida
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more

Dilema

"Pelanggan baru, Sayang?" tanya laki-laki itu sembari merangkul pundak Ririn dan tersenyum penuh arti.Sontak Bagus meradang, ia bangkit berdiri dengan cepat dengan tatapan murka. Sedangkan, Ririn sudah pucat pasi. Tubuhnya menegang dan membeku di tempatnya.Baku hantam tak terelakan lagi, harga diri Bagus begitu terluka dengan ucapan si laki-laki. Ririn berteriak histeris, hingga membuat kegaduhan. Sang pemilik warung beserta karyawannya dan juga beberapa pengunjung datang melerai keduanya. Nafas Bagus naik turun, ia berhasil melesakkan dua bogem mentah ke wajah lelaki jangkung itu hingga nampak darah segar menetes dari sudut bibirnya. Alih-alih membalas, si lelaki jangkung justru terkekeh melihat kemarahan Bagus."Bro, emosimu takkan berguna kalau kau tahu siapa dia sebenarnya," ejeknya sembari melepaskan diri dari cekalan beberapa orang. Bagus hendak kembali menyerang tetapi Ririn dengan sigap memeluknya."Sudah, Yang, gak usah diladenin!" jeritnya menahan Bagus."Tapi dia menghi
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more

Perkenalan keluarga

"Mak, hari ini Bu Riyanti sama Danu minta ijin mau ajak Zaki jalan-jalan, menurut Emak gimana?" ujar Indri sesaat setelah selesai membantu Bu Halimah memasak untuk sarapan pagi ini."Emak gimana kamu saja, Nduk!" jawab Bu Halimah tidak berani memutuskan."Kamu sendiri bagaimana?" tanya Bu Halimah balik."Indri belum memutuskan, Mak. Coba nanti tanya Bapak dulu," ujarnya memutuskan.Tak lama kemudian bapak dan adiknya pulang dari shalat subuh di masjid, mereka bersiap sarapan sebelum mengerjakan rutinitas masing-masing. Sedangkan Zaki masih belum bangun."Pak, hari ini Bu Riyanti sama Danu ijin mau ajak Zaki jalan-jalan, menurut Bapak gimana?" tanya Indri sama persis seperti tadi."Lha kamunya gimana, Nduk?" jawab Pak Yatno bertanya balik pada Indri. Indri terdiam, dia ragu dan bimbang. Ia tatap kedua orang tuanya bergantian."Hatimu gimana, Nduk?" tanya Bu Halimah pelan."Belum tahu, Mak. Menurut Bapak dan Emak, Danu gimana?" tanya Indri ingin tahu tanggapan orang tuanya."Kamu gak ma
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Calon istri

"Danu, aku .... "Danu menanti dengan harap cemas akan keputusan Indri, besar harapannya Indri akan mengatakan menerima lamarannya sekarang juga. Namun, harapan dan angan indahnya harus hempas seketika kala Indri justru menggelengkan kepala pelan. Jika tak malu ia sudah menangis menjerit karena lagi-lagi ia ditolak oleh wanita yang selalu ia bawa dalam setiap doanya."Ind--""Dan, please, beri aku waktu untuk berpikir!" sela Indri menegaskan bahwa ia hanya butuh waktu, bukan berarti dia menolak lamaran Danu sekarang ini.Dua sejoli yang tengah sedikit berdebat itu rupanya menarik perhatian anggota keluarga yang lain hingga sontak semua pasang mata menatap ke arah mereka tanpa mereka sadari."Sampai kapan, Ind?" iba Danu yang mendadak menunduk. Meremas pelan jemari Indri yang masih dalam genggamannya."Aku masih belum yakin, Dan," sahut Indri ikut menunduk. Merasa bersalah sudah menghancurkan harapan Danu. Meski, dalam hati terdalamnya pun tak ingin mengatakan ini. Ingin sekali dia be
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Derita Bagus

Bagus tertunduk lesu di depan gundukan tanah bertabur aneka bunga segar di atasnya. Nisan yang terbuat dari kayu tertancap di tengah-tengahnya. Tanah basah yang menimbun raga mungil yang tiada berdosa, jasad seorang gadis kecil yang bahkan belum sempat melihat indahnya dunia.Air matanya mengalir begitu saja, ia merutuki dirinya sendiri yang telah begitu lalai menjaga amanah yang lagi-lagi enggan menyapanya. Gempuran rasa bersalah itu semakin dalam kala dengan tangannya sendiri ia meletakkan bayi suci itu ke liang lahat."Tenang di sana, Nak, maafkan Ayah yang tak bisa menjagamu!" lirihnya disertai derai air mata. Tangannya terulur mengusap nisan baru yang tertancap di tengan gundukan tanah merah itu."Ikhlasin, Mas, Insya Allah tabungan surgamu." bisik Sindi yang turut hadir mendampingi sang kakak. Ia usap sayang bahu yang dulu kokoh itu namun sekarang ia rasa semakin ringkih saja.Tak jauh darinya berdiri pula dua mertuanya, dua saudara iparnya dan dua orang yang menambah rasa sesal
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status