Semua Bab Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan: Bab 11 - Bab 20

53 Bab

Bab 11 : Ajian Dastha Madyantara

“Ya, Anggada. Aku akan mengeluarkan ajian membelah lautan dan langit, karena aku ingin membinasakan iblis itu dan orang yang menyuruh dia untuk membunuhku hanya untuk mendapatkan keris Krastala ini” jawabnya dengan lantang, kemudian dia merapal mantra. Guntur menggelegar dan badai melanda tiba - tiba saat Askara melantunkan mantra ajian pamungkasnya. Langit malam yang gelap semakin menjadi gelap gulita, dan suasana sunyi yang menyelimuti malam itu semakin menambah aura menakutkan dalam pertempuran di lokasi tersebut. “Intesitas kanuragan yang keluar dari tubuh pemuda itu sangat kuat dan besar, sebenarnya dia ingin mengeluarkan ajian apa?” tanya iblis itu di dalam batinnya, lalu menatap lekat kepada Askara. Deg “Perasaan ini dan…Ini! Bukankah ajian yang sangat mengerikan itu, dia menggunakan ajian terkutuk itu!” ucap iblis itu dengan nada yang sangat ketakutan, kemudian dia melesat cepat ingin menyerang pemuda itu, tetapi sebelum tujuannya itu tercapai dia sudah terlebih dahulu bin
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-24
Baca selengkapnya

Bab 12 : Keris Baha Litheng

Beberapa hari setelah pertempuran yang mematikan itu, situasi kembali pulih seperti semula. Tentu saja, ada beberapa perbaikan yang dilakukan di area gedung apartemen Askara dan sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi dengan segera. Saat ini, Askara dan Larasati sedang menikmati malam yang indah. Mereka bersantai sambil menikmati pemandangan city light yang memukau dari beberapa gedung pencakar langit di Jakarta Selatan. Sebelumnya, mereka telah makan malam di restoran bintang lima yang terletak di sekitar wilayah tersebut. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menjelajahi kawasan Jakarta Selatan dan menikmati keindahan pemandangan city light yang memukau. “Bagaimana Kak?” tanya Askara, sembari dia menyetir mobil Mercynya. “Bagaimana apanya Askara?” balas Larasati, bingung dengan pertanyaan tersebut. Dia tidak yakin apakah Askara bertanya mengenai pemandangan city light atau tentang kesehariannya hari ini. “Kakak suka tidak aku ajak jalan - jalan di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-26
Baca selengkapnya

Bab 13 : Penculikan Lisa

Setelah itu, Samsul segera merencanakan strategi dengan dibantu oleh anak buahnya untuk memastikan kelancaran misi balas dendam terhadap remaja bernama Askara. Mereka mengawasi pemuda tersebut selama dua minggu penuh dan menemukan kelemahan kecil pemuda itu, yaitu terkait kedekatannya dengan dua perempuan. “Jadi, kita akan menculik anak sekolah itu?” tanya salah seorang laki - laki. “Benar, tetapi bukankah gadis itu di sukai oleh teman anaknya Pak Beno? Apa tidak akan terjadi masalah, jika kita menculik anak itu?” tanya salah seorang laki - laki yang lain secara beruntun. “Tentu saja tidak, Adi. Sebab, jika kita melakukannya secara rahasia dan menutupinya, maka tidak akan ada masalah antara hubungan Kelompok Preman Tanduk Iblis dengan Pak Beno dan juga anaknya beserta temannya itu” jawab Samsul, kemudian dia memantikkan korek gasnya dan menyalakan puntung rokok yang di pegangnya sedari tadi. "Hari ini kita akan menculik gadis tersebut dan menggunakan dia sebagai alat untuk menganc
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-26
Baca selengkapnya

Bab 14 : Kematian Samsul

Pemuda yang mendobrak pintu tersebut adalah Askara Diwapati Vajra. Dia mengetahui bahwa Lisa telah diculik karena orangtua Lisa menghubunginya melalui telepon. Orangtua Lisa menghubungi Askara untuk menanyakan kabar anak mereka yang tidak pulang ke rumah. Meskipun sudah malam dan telepon tidak dijawab, mereka telah mencoba menanyakan keberadaan anak mereka kepada teman - teman dekatnya, namun tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Akhirnya, kedua orangtua Lisa meminta bantuan kepada Askara untuk mencari keberadaan anak mereka.Askara akhirnya memanfaatkan kemampuan matanya dan juga ilmu penerawangannya untuk menemukan keberadaan Lisa. Kini, kemarahannya begitu besar terhadap laki - laki yang berdiri di hadapannya.“Kau adalah manusia paling tercela yang pernah aku temui” ucap Askara dengan nada dingin. Pemuda itu kemudian menutupi tubuh Lisa dengan menggunakan baju yang ia kenakan."Kamu telah melampaui batas," lanjutnya, dia menutup mata Lisa, lalu berbisik, "Istirahatlah, Lisa." S
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-26
Baca selengkapnya

Bab 15 : Dua Pendekar Dari Perguruan Akasa

TapAskara menyeka darah yang memercik di wajahnya, lalu ia melangkah dengan tenang. Meskipun genangan darah membentang luas di sepanjang lantai rumah tersebut, ia tetap berjalan dengan santai."Lisa, maafkan aku, karena aku yang menyebabkanmu mengalami penderitaan ini," ucap Askara dengan suara lirih. Kemudian, dengan hati - hati, ia memakaikan pakaian pada gadis itu, dan membopong gadis itu untuk membawanya keluar dari tempat tersebut.Pemuda itu menyalakan mobil Mercedes yang terparkir di depan rumah, dan dengan cepat mengemudikannya meninggalkan rumah bergaya klasik Eropa tersebut. Matanya terfokus pada spion mobil, ketika tiba - tiba ia melihat sebuah tombak meluncur menuju mobil keluaran Eropa tersebut.Askara menghindari lesatan tombak tersebut dengan cepat, lalu terjadilah ledakan yang dahsyat terjadi di tempat tersebut. Mobil Mercedesnya dia berhentikan, kemudian pemuda itu keluar dari mobil tersebut, lalu menatap tajam kearah laki - laki yang berjalan dengan santainya mengha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-26
Baca selengkapnya

Bab 16 : Pertarungan Para Pendekar

Dhuarrr Ledakan demi ledakan terjadi di tempat pertarungan Askara dengan dua pendekar dari perguruan Akasa. Kekuatan matanya dia aktifkan selama pertarungan berlangsung, mengakibatkan dia dapat memprediksi arah serangan lawannya sehingga dia sama sekali tidak mendapat luka atau terkena serangan lawan barang seujung jaripun. Membuat lawannya menggeram kesal dan marah. “Hebat sekali dia. Pemuda itu dapat menghindari serangan Ayu Pitaloka dengan begitu mudahnya” gumam Jaya, laki - laki itu menatap Askara yang sedang bertarung dengan Ayu dengan intens. “Jika, terus begini maka Ayu akan kelelahan, karena sedari tadi dia menggunakan ajiannya secara masif, sedangkan pemuda itu dia hanya fokus menghindari dan menyerang begitu ada celah dan sepertinya dia menyerang dengan tidak menggunakan kekuatan penuhnya dengan kata lain dia tidak serius untuk melawan Ayu Pitaloka” gumamnya. Dengan gerakan ringan, Jaya Danu mengetuk tongkat kecil yang tersemat di pinggangnya, membangkitkannya menjadi ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-29
Baca selengkapnya

Bab 17 : Naga Es dari Langit

“Tuanku Askara! Apakah Anda tidak apa - apa?” tanya Anggada Bora di dalam diri Askara. “Tidak apa - apa Anggada Bora, kamu tenanglah. Aku hanya mendapatkan luka memar saja” jawabnya, seraya melihat tangannya yang membiru akibat menahan serangan dari Jaya Danu. “Laki - laki itu tidak bisa kita anggap remeh Tuanku Askara. Dia memiliki kemampuan ilmu kanuragan yang cukup kuat” ucap Anggada Bora. “Memang kapan aku menganggap remeh semua lawanku, Anggada Bora” balasnya, lalu dia menghindari serangan yang dilancarkan oleh Jaya Danu menggunakan tombak pusakanya. Trak Keris Baha Lething yang digunakan Askara untuk menahan serangan tombak pusaka Jaya Danu retak. Mata pemuda itu terbelalak kaget, kemudian dengan cepat ia melompat ke belakang saat menyadari serangan tiba - tiba dari samping kanannya oleh Ayu Pitaloka. “Serangan dua arah yang sangat hebat dari kalian berdua” ucap Askara, kemudian dia melihat bilah kerisnya yang mengalami keretakan yang cukup lebar. “Terimakasih, dirimu juga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-29
Baca selengkapnya

Bab 18 : Kesedihan Lisa

“Jadi, dia sebegitu hebatnya ternyata?” tanya laki - laki sepuh itu. “Ya, Kakek Guru. Dia memang sehebat dan sekuat itu, aku yakin ilmu kanuragan yang dia miliki mungkin sebanding dengan penatua yang berada di perguruan pendekar Akasa ini” jawab Ayu dengan nada yang meyakinkan. "Jika demikian, kita tak boleh ceroboh dalam menghadapinya. Meskipun sang pendekar legendaris telah tiada, tak menutup kemungkinan bahwa seluruh warisan kanuragan yang ia miliki telah dilimpahkan pada sang Cucu. Bukankah ia yang mengeluarkan ajian kuno tersebut?" tanya Kakek Guru dengan mata tajam yang melirik ke arah sang gadis. Suaranya penuh dengan kebijaksanaan. “Ya, Kakek Guru. Ajian kuno yang begitu dahsyat itu, dia yang mengeluarkannya” jawab Ayu dengan nada yang hormat dan sopan. "Jika begitu, kemampuannya tak lagi sebatas seorang penatua, melainkan setara dengan pemimpin dari lima perguruan pendekar terkemuka di negeri ini. Sungguh menakutkan, pada usia yang begitu muda dia telah menguasai ilmu kanu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-30
Baca selengkapnya

Bab 19 : Gunung Agniksaya

“Kamu sudah merapikan baju, Askara?” tanya Larasati kepada pemuda yang duduk disampingnya. “Sudah Kak, kalau kakak UASnya bagaimana?” balas pemuda itu. “Lancar kok, nanti kamu berhati - hati ya saat disana. Jangan sembarangan berucap dan selalu ikutin rombongan, lalu jangan pernah mencar - mencar sendiri” ucap Larasati memberi nasihat kepada adik angkatnya itu. “Iya, kak” balasnya, kemudian dia membaringkan tubuhnya di paha Larasati, membuat perempuan itu bersemu merah dan sedikit agak kaget. “Lelah banget hari ini Kak” ucap Askara, seraya menatap wajah perempuan itu dengan lekat. Membuat perempuan itu memalingkan wajahnya secara perlahan, karena kaget dan malu jika dia melihat wajahnya yang memerah. “Memang lelah kenapa?” tanya Larasati, kemudian dia mengelus kepala dan kening Askara dengan perlahan serta lemah lembut. “Tidak tahu, tetapi Askara lelah saja sekarang” jawabnya, kemudian dia meraih tangan Larasati, lalu mencium telapak tangannya. “Kamu kenapa kok cium - cium tel
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-30
Baca selengkapnya

Bab 20 : Tumbal Manusia

Trang Askara memegang erat pedang yang baru saja ia ambil dari sekitar tempat itu, kemudian dia menangkis serangan yang tak terduga yang dilancarkan oleh salah satu siluman tersebut. Matanya menatap tajam ke arah makhluk yang baru saja menyerangnya. “Siapa kau?” tanya Askara dengan nada yang dingin, kemudian dia dengan cepat menendang makhluk tersebut dengan kekuatannya, sehingga makhluk itu terlempar beberapa meter. Dhuaakk “Dia siluman!” ucap Ayu dengan nada yang meninggi. Dengan lincahnya, gadis itu menghadapi serangan yang datang tiba - tiba dari belakangnya, mengayunkan tombak yang terselip di sekitarnya. Ternyata, senjata - senjata yang berhamburan di sekelilingnya adalah berasal dari manusia yang sekarang menjadi tumpukan mayat. Manusia itu dulunya melawan para siluman menggunakan senjata yang mereka miliki, tetapi mereka semua kalah dan tewas di tempat ini. “Kurang ajar kau!” umpatnya, kemudian dia menyerang siluman itu dengan brutal, sehingga tubuh siluman itu terbagi me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status