"Te--""Zaki! Sudah!" tahan Yahya saat Zaki akan menumpahkan kekesalan pada kakaknya, tak berselang lama suara deru motor terdengar meninggalkan rumah mereka, pertanda Tari sudah pergi."Keterlaluan dia, Pak! Bahkan motor yang dia pakai sekarang pun adalah motor yang dibeli menggunakannya uang Bapak, rumah ini juga dibangun oleh Bapak, tapi kenapa si brengsek itu malah bersikap seperti itu pada Bapak?!" raung Zaki melepaskan kekesalan dalam dadanya, air matanya berjatuhan, lalu diusapnya kasar dengan lengan bajunya."Zaki! Zaki sadar, Nak. Istighfar! Sudah."Tangan Yahya melambai meminta Zaki yang tengah berdiri penuh kemarahan, mendekat padanya.Zaki menurut dia kembali bersimpuh di depan Yahya. Menangis menyembunyikan wajahnya di pangkuan sang ayah. "Maafkan Zaki, Pak. Sebagai anak laki-laki, Zaki tidak bisa melindungi Bapak, maaf," sesal Zaki sambil menangis. "Tidak, Nak. Kamu hanya belum bisa, bukan tidak bisa. Pergilah sekolah, jemput masa depan kamu, Nak." Yahya mengusap kepal
Terakhir Diperbarui : 2023-04-13 Baca selengkapnya