Home / Rumah Tangga / Istri yang Kuabaikan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri yang Kuabaikan: Chapter 21 - Chapter 30

32 Chapters

Salah Paham

"Akhirnya kamu datang, Mas," ucap Dinda tersenyum sembari berdiri menyambut kedatanganku. "Ayo, Mas duduk! Mas Hans mau minum apa?" tanyanya kemudian."Tidak perlu banyak basa-basi, langsung saja ke intinya!" Mendengar jawabanku wajah Dinda langsung terlihat tak enak, mungkin dia kecewa mendengar kalimat yang barusan keluar dari mulutku. Tapi, mau bagaimana lagi aku lebih dulu dibuat kecewa.Aku datang sebagai rasa kemanusiaan, dan jujur ada rasa penasaran dengan apa yang ingin disampaikannya. Tapi, gengsi untuk mengakuinya, sebab aku tidak ingin harga diriku jatuh."Maaf, kalau membuat Mas Hans kecewa. Tapi, antara aku dan Dirga benar-benar sudah tidak ada apa-apa," ucap Dinda memulai pembicaraan saat aku mengambil tempat duduk di depannya. bersekat meja bundar. Wajah Dinda terlihat erius. Tapi, aku tidak bisa percaya begitu saja.Sebelah sudut bibirku terangkat, membentuk lengkung senyum. Senyum sinis."Sudahlah tidak perlu bersandiwara, aku mendengar sendiri kalau kamu mencintain
last updateLast Updated : 2023-03-12
Read more

Kedatangan Bu Delia

"Astagfirullahaladzim, kamu kenapa, Mas?" tanya Amira begitu membukakan pintu, wajahnya terlihat kaget melihat keadaanku yang tengah dirangkul Dinda. Aku yang tak ingin ke rumah sakit akhirnya memilih pulang ke rumah. Karena, yakin kalau Almira bisa merawatku."Tadi, Mas Hans habis dipukul sama Dirga, Mbak." terang Dinda."Innalillahi ... Kok bisa?" tanyanya cemas. Lalu, ikut membantuku berjalan, dan duduk ke sofa ruang tamu."Almira, please aku belum mati. Kenapa kamu malah berucap begitu?" protesku mendengarnya mengucapkan itu."Innalillahi itu bukan hanya untuk orang meninggal, Mas. Tapi, juga orang terkena musibah, kayak Mas ini," terangnya.Mendengar itu aku langsung salah tingkah, tidak enak juga dilhat Dinda seperti ketahuan bodoh. Sementara Dinda kulihat hanya tersenyum kecil."Ayo duduk! aku akan bersihkan luka-lukamu!" ucap Almira. Lalu, ia melangkah ke arah dapur. Tidak lama kemudian kembali dengan baskom berisi es batu dan handuk kecil."Gimana ceritanya, Mas bisa sampai k
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more

Seseorang yang Menginginkan Almira

Entah mimpi apa aku semalam, sehingga pagi-pagi sekali harus bertemu dengan sesuatu yang menegangkan. Tadi sebelum berangkat kerja, Mamanya Almira yang datang. Sekarang di parkiran kantor, Dirga."Bagaimana kabarmu?" tanyanya basa-basi begitu melihatku keluar dari mobil. Ia tersenyum, sembari memasukkan kedua tangannya kesaku celana."Seperti yang kamu lihat," jawabku. Lalu, melangkah dengan cepat. Aku tidak ingin hal kemarin terulang lagi, bisa mati konyol."Sepertinya kamu sedang terburu-buru? Bagaimana kalau kita melanjutkan urusan kita yang kemarin?" tanyanya semabari tertawa, seolah tengah mengejek."Aku tidak ada waktu meladenimu, dan perlu kamu tahu aku tidak pernah ingin ada urusan denganmu!" ucapku penuh penekanan. Kemarin aku memang kalah. Tapi, kalau sekarang dia macam-macam tentu saja aku akan segera mengambil langkah seribu. Sepagi ini parkiran kantor cukup sepi.Dirga langsung tertawa, seolah apa yang kuucapkan terdengar sangat lucu."Apa kamu lupa, Hans al Farabi? Mende
last updateLast Updated : 2023-03-14
Read more

Meminta Almira Berhenti Kerja

Farahpun langsung keluar. 45 menit kemudian Farah kembali dengan wajah panik."Farah, kenapa kamu tidak ketuk pintu dulu?" tanyaku kaget mendengar pintu yang tiba-tiba terbuka, dan melihat wajah paniknya."Eum ... Maaf, Pak!""kamu kenapa?""Anu ... Pak, Bapak dipanggil Pak Bambang ke ruangannya," ucap Farah terlihat takut-takut."Ada apa?""Saya kurang tahu, Pak. Tapi, tadi Pak Bambang marah-marah usai menerima laporannya.""Kamu tidak tanya kenapa?"Farah menggeleng. "Saya gak berani, Pak."Mendengar itu aku langsung, melangkah lebar-lebar menuju ruangan, Pak Bambang. Dalam hati bertanya-tanya ada masalah apa dengan laporan yang tadi kuberikan? Rasa penasaran ini tidak akan terjawab sebelum bertemu. Begitu sampai di depan ruangannya aku langsung mengetuk pintu dengan perasaan tak karu-karuan. Cemas dan takut, kesalahan apa kiranya sampai Pak Bambang memanggilku."Permisi, Pak ini saya Hans," ucapku setenang mungkin."Masuk!" Suara Pak Bambang terdengar keras tak seperti biasanya. M
last updateLast Updated : 2023-03-15
Read more

Sesuatu yang Mencemaskan

"Siapa Mas?" tanya Almira."Mira kamu gak tidur?" tanyaku panik, takut kalau dia hanya pura-pura tidur, dan tahu kalau sejak tadi aku memandanginya."Suara ponsel Mas Hans berisik, membuatku terbangun, memangnya siapa yang telpon, kenapa gak Mas angkat?" tanyanya panjang kali lebar."I-ini juga baru mau Mas angkat," jawabku sembari melihat ke layar ponsel. Ternyata Dinda.Perlahan aku menggeser tombol hijaunya, hingga sambungan telpon terhubung."Hallo Assalamualaikum, Mas. Tadi aku dengar Mas Hans berantem lagi ya sama, Dirga? Terus keadaan Mas Hans gimana, Dinda khawatir?""Waalaikumsalam, Mas gak apa-apa kamu jangan khawatir."Terdengar Dinda menghela napas. "Syukurlah kalau Mas Hans gak apa-apa.""BTW kamu tahu dari mana?" tanyaku penasaran."Tadi, Dirga sendiri yang nge-WA in aku, dia juga bilang tidak akan menghalangi kita lagi, aku senang dengarnya, Mas juga senang,' kan?" ucap Dinda terdengar begitu senang.Ucapan Dinda membuatku sejenak terdiam, mungkin Dinda senang. Tapi, ti
last updateLast Updated : 2023-03-17
Read more

Dinda atau Almira?

Almira tengah bercakap-cakap dengan, Dirga. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi, kelihatannya mereka sangat akrab. Tak ingin membuang waktu aku pun langsung turun."Nah itu dia orangnya," ucap Almira tersenyum begitu melihatku datang."Oh iya, mungkin lain kali," ucap Dirga. Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya sampai dia bisa berkata begitu."Kenapa, Yang?" tanyaku sengaja memanggil Almira dengan sebutan Sayang agar Dirga sadar dengan tujuannya yang sama sekali tidak seharusnya. Lalu, tanganku melingkar di pinggang Almira.Mendengar itu, Dirga malah terlihat tertawa kecil. "Kamu sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan, 'kan?""Enggak kok.""Kalau begitu ayo kita, pulang!""Eum ... Kalau begitu kita duluan ya!" ucap Almira pada Dirga."Oh iya hati-hati!" balasnya. "Semoga lain kali kita bisa bertemu lagi, saya sangat tertarik bekerja sama dengan Mbak Almira di salah satu restoran saya!" ucap Dirga seolah memberi penawaran yang menarik. Namun, disisi lain aku jelas tahu apa
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more

Almira Marah

Akhirnya dengan pertimbangan, aku lebih memilih untuk menjemput Almira. Dinda biar nanti, aku akan menemaninya setelah menjemput Almira.Aku pun segera mengambil kunci mobil, dan melangkah lebar-lebar menuju parkiran. Entah apa yang ada dipikiran Almira, bisa-bisanya dia menerima tawaran untuk diajak makan berdua dengan Dirga. Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaanku?Perjalanan menuju tempat Almira bekerja terasa begitu sangat jauh. Kesal dan marah seketika bercampur menjadi satu, bagaimana tidak? Disaat terburu-buru dan khawatir seperti ini jalanan macet. Akhirnya setelah setengah jam lebih aku tiba, tak mau membuang waktu, dan segera turun. Namun, gerakanku terhenti mendengar ponsel berdering. Astaga Dinda, bagaimana ini? Aku harus bilang apa? Ah, lebih baik abaikan saja dulu. Bukan waktunya untuk menjelaskan. Bisa-bisa malah jadi salah paham.Dengan langkah tergesa aku menuju tempat Almira bekerja. Namun, aku tak mendapatinya. Kemana mereka? Ah bodohnya, kenapa tadi tidak
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

Dirga dan Almira ke Hotel

"Kenapa baru diangkat sekarang, kemana aja kamu, Mas? Dari kemarin ditelponin gak diangkat, WA gak dibales. Aku udah nungguin berjam-jam. Tapi, kamu tidak juga datang. Memberi kabar pun tidak. Aku kecewa sama kamu, Mas!" Letupan kemarahan diujung ponsel, seperti akan memecahkan gendang telinga. Aku tidak heran, mengerti jika Dinda akan semarah itu padaku."Maaf! Kemarin Mas ....""Apa? Mas mau bilang kalau, Mas sibuk? Terus gak ada waktu buat hubungi aku? Oh aku tahu, kalau aku memang gak penting buat kamu!" Dinda benar-benar terdengar sangat marah."Bu-bukan be-" ucapanku langsung terjeda saat sambungan telpon tiba-tiba langsung dimatikan Dinda. Aku memijit pelipis yang mulai terasa pening. Bagaimana aku harus menjelaskannya pada, Dinda? Sepertinya aku harus menemuinya dan menjelaskan semuanya. Semoga saja dia mau mengerti. Sementara Almira, sudah siap berangkat kerja. "Mir kamu sudah mau berangkat?" aku bertanya basa-basi. "Maaf hari ini Mas tidak bisa mengantarmu!" sesalku. "Mas
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

Sebuah Kenyataan

Akhirnya kamar dimana Dirga dan Almira berada ketemu. Hatiku bimbang, apa harus didobrak saja pintunya atau diketuk secara baik-baik? Ditengah kebimbangan, kemudian samar-samar telingaku mendengar suara yang membuat penasaran.Entah apa yang mereka bicarakan, suaranya terdengar tidak begitu jelas. Karena penasaran, aku langsung menempelkan telinga ke daun pintu, berharap bisa mendengar suara mereka dengan jelas, dan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, sayang. Setelahnya aku tidak mendengar apa-apa lagi. Entah apa yang terjadi, keadaan seketika senyap membuat perasaan semakin cemas.Apa sebenarnya yang terjadi? Apa benar Almira sudah berbuat curang dengan orang yang sudah memusuhiku untuk membalas dendam atas rasa sakit hatinya padaku? Tapi, jika iya mengapa justru hatiku berkata lain. Ya Tuhan tunjukan kebenaran-Mu!Tanpa bukti aku hanya bisa menduga. Apapun caranya aku harus bisa mencari kebenarannya. "Apa yang sedang Bapak lakukan?" Tiba-tiba sapaan seorang laki-laki, yang tern
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

Perempuan bukan halte

Dengan langkah cepat aku kembali ke kamar. Namun, begitu sampai di kamar aku langsung kembali dibuat terkejut. Karena, tak melihat keberadaan Almira, kemana dia? Cemas itulah yang kurasakan."Mira?" teriakku sembari melangkah masuk mencarinya di kamar mandi. Tapi, tidak ada, bahkan di balkon juga tidak ada. Pikiran negatif mulai merasuki, bagaiman kalau Almira diculik Dirga?Aku terduduk di sisi ranjang dengan perasaan lemas juga cemas. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh deringan ponsel di saku celana.Aku pun segera mengeluarkan benda pipih tersebut, berharap Almira. Namun, ternyata Dinda."Mas, kamu sebenarnya dimana sih? Dari tadi aku nungguin. Tapi, Mas malah gak dateng-dateng?" Dinda langsung bertanya begitu sambungan telpon terhubung."Eum ... M-mas lagi nyariin Almira.""Nyariin Mbak Almira? Nyariin gimana sih Mas Maksudnya?" tanya Dinda terdengar penasaran."Almira hilang.""Ha, Hilang? kok bisa? Ya udah sekarang Mas dimana, biar aku susul kesana!""Sebentar! Nanti Mas share lok!"
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status