Beranda / CEO / Cinta di hati suamiku / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Cinta di hati suamiku: Bab 21 - Bab 30

37 Bab

21. Musim semi telah tiba

Ditatapnya Baby Winter yang dalam gendongannya dengan tatapan dalam, dia ingin agar bayi itu terbangun dan memanggil ibunya agar tidak mendekati laki-laki manapun. Agar ibunya selalu berada di samping Paman Leo. Terlintas di pikiran Leo untuk sengaja membangunkannya, mengguncangnya dengan kuat atau mencubitnya sedikit dia rasa dapat membangunkan bayi itu. Namun, segera ditepisnya pikiran jahat itu, dia menyayangi Baby Winter seperti anaknya sendiri, kenapa memanfaatkan dan menyakiti seorang bayi demi keuntungannya sendiri. Oek ... Oek ....Leo tersentak dari lamunannya, ternyata Baby Winter bangun dengan sendirinya, bayi itu menggeliat dan menangis kuat, mulutnya mengerucut ingin menghisap sesuatu. Leo tersenyum lega, ternyata Baby Winter sangat mengerti dengan apa yang Paman Leo inginkan, ya? Sudut bibir Leo melengkung dengan lebar."Zahira, tolong panggilkan Mira, sepertinya Baby Winter sudah haus," perintah Leo.Zahira segera berlari memanggil Mira, wanita itu datang dengan tergo
Baca selengkapnya

22. Nasehat ustaz Zaki

"Halo? Siapa? Morgan? Ini beneran Morgan?"Mira tampak terkejut hingga terlonjak dari duduk santainya, matanya berbinar terang. Leo yang baru selesai memandikan Baby Winter menatapnya heran, dia tidak tahu apa yang diobrolkan Mira di telpon. Tetapi ketika Mira memanggil nama seorang lelaki, tatapan Leo tampak begitu muram, Morgan? Siapa lagi Morgan? Kenapa banyak laki-laki di sekitaran perempuan itu."Kamu sekarang di mana Morgan? Lama sekali tidak ada kabar darimu," ujar Mira masih di sambungan telepon."Tebak aku di mana?""Ya mana kutahu kau di mana? Kau menghilang seperti jin saja, ngomong-ngomong kau tahu nomor telpon aku dari mana?" ujar Mira sambil tergelak."Aish, aku lebih canggih dari jin, tahu! Aku sekarang ada di Paris.""Di Paris? Dekat aku dong.""Iya, aku sempat pulang ke Indonesia sebulan yang lalu, aku mampir ke rumahmu Kak, tetapi rumahnya sudah di huni orang lain, dan mereka tidak tahu keberadaanmu. Untungnya aku terluka dan di bawa ke rumah sakit dan bertemu temanm
Baca selengkapnya

23. Kedatangan Morgan

"Apa di negeri ini kekurangan pria? Sehingga kau berpelukan dengan seorang wanita?"Suara itu mengejutkan mereka berdua, seorang pemuda tampan dengan rambut cepak dan kulit coklat sudah berdiri di hadapan mereka, tubuhnya yang tegap dan tinggi tampak menjulang, Mira sampai mendongak untuk melihat wajah pemuda tampan itu."Morgan!" pekiknya setelah mengenali pemuda di hadapannya. Mira spontan menghambur memeluk pemuda itu, Zahira hanya terbengong, Mira sepertinya tidak sadar, bukankah pemuda itu hanya adik angkatnya? Tetapi Zahira tidak dapat melakukan apapun, gadis itu juga cukup terpesona dengan ketampanan dan kegagahan pemuda itu."Kakak Miraku yang cantik, kau masih cantik seperti dulu," Mira melepaskan pelukannya."Kau memang penjahat, Morgan! Setelah kau menghubungiku setahun yang lalu, kau tidak pernah menghubungiku lagi, ketika aku berinisiatif menghubungimu, kenapa nomormu tidak aktif lagi?" hardik Mira sambil memukul pemuda itu, tentu saja pukulan Mira hanya seperti belaian
Baca selengkapnya

24. Pulang ke tanah air

Tiga tahun kemudian ....Mira tampak begitu lelah namun wajahnya tersenyum ceria, perjuangannya selama empat tahun di negeri orang berakhir sudah, ijazah megisternya sudah di tangan dan acara wisuda yang ditunggu-tunggu tadi siang sudah terlaksana. Winter Sonata, anak gadisnya yang kini berusia empat tahun tampak tertidur di gendongan Bibi Marni. Yah, mereka sekarang hanya bertiga. Zahira lulus satu tahun lalu dan kembali ke tanah air, Leo menerimanya di kampusnya sebagai tenaga pengajar. Zahira sebenarnya keberatan meninggalkan sahabatnya itu, dia ingin mendampingi Mira sampai Mira selesai, namun ternyata pihak kampus sudah memanggilnya, dia tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan yang datang.Leo sendiri sudah ketanah air enam bulan sebelum Zahira pulang, kecerdasan dan kepintaran Leo membuat studinya cepat selesai, Mira sangat mengagumi kecerdasan adik iparnya itu, andai saja kecerdasannya dapat di transfer padanya sepuluh persen saja, mungkin Mira dapat menyelesaikan kuliahnya lebih
Baca selengkapnya

25. Pesta

Siang hari Mira mengajak Zahira untuk berbelanja baju untuk pesta nanti malam, Zahira merekomendasikan butik busana muslim langganannya. Zahira bukanlah wanita lugu yang tidak tahu tentang fashion dan mode, pergaulannya di masa lalu tidak terlepas dari fashion dan mode karena dia juga seorang model busana di kota kelahirannya, Surabaya. Wajahnya yang cantik, seperti ras campuran timur tengah, dengan postur tubuh tinggi begitu menjanjikan di dunia modeling, namun kisah cintanya yang begitu suram membuatnya mengubur dalam-dalam dunia yang ditekuninya, apalagi semenjak dia bertekad untuk berhijrah, dunia pendidikan menjadi pilihan yang nyaman lahir bathinnya.Mira tahu banyak jenis mode dan fashion dari Zahira, walaupun gadis itu tidak menekuni dunia modeling lagi, namun kesukaannya pada fashion tidak pernah lepas dari hidupnya, dia masih berlangganan majalah mode, terutama busana muslim yang tengah dia gandrungi. Ketika memasuki butik, Zahira memilihkan beberapa gaun dan gamis yang sesu
Baca selengkapnya

26. Pertemuan

Melihat kedatangan mereka, Mira spontan memegang dan mencengkeram tangan Leo dengan keras, lelaki itu paham apa yang dipikirkan wanita di sampingnya."Kenapa dia datang ke sini juga?" Suara Zahira membuat Mira terperangah, Mira segera menatap gadis di sebelahnya, Zahira menatap rombongan Hendriyanto dengan tatapan rumit."Kau tahu jika lelaki itu suamiku?" tanya Mira berbisik pada Zahira."Suamimu? Yang mana?" Zahira tampak kebingungan, membuat Mira juga bingung, jadi siapa yang Zahira maksud."Yang memakai jas abu-abu silver," ujar Mira "Benarkah? Itu suamimu Mira? Dia tampan sekali, auranya juga mendominasi," kata Zahira mendesakkan kekaguman."Iya, terus siapa yang kau maksud tadi?" "Benar-benar kebetulan yang tak terduga, lelaki di belakangnya itu mantan pacarku." Suara Zahira bergetar, dia sepertinya sedikit shock melihat mantan pacarnya juga hadir di sini."Siapa? Darmawan atau Waluyo?" kejar Mira."Kau juga kenal mereka? Mantan pacarku Waluyo," bisik Zahira."Apa? Aku tidak
Baca selengkapnya

27. Bertemu senior

Hendriyanto dengan perlahan menghampiri Leo, Sarah ingin mengikutinya tapi ditahan oleh Waluyo."Sarah, duduk di sini saja!" cegah Waluyo."Apaan, sih. Aku ingin ke sana mendampingi suamiku," seru Sarah."Tidak perlu, mari duduk saja di sini, statusmu bukan istri resmi Hendri, Hendri akan menemui rektor universitas ini, sebaiknya kau tidak merendahkan harga diri suamimu itu," kata Waluyo."Biarkan dia ikut, Waluyo!" Sergah Darmawan, lelaki itu tersenyum sarkas.Darmawan sudah lama menanti kehancuran Hendri dan Mira, hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggunya. Tidak ada yang menyangka bagaimana gembiranya Darmawan melihat bidadari pujaannya itu, berbagai rencana kembali disusunnya kembali di otaknya, hatinya meletup bahagia, kerinduan terlarangnya membuat hatinya bertambah tidak karu-karuan."Aku akan pergi!" ujar Sarah tanpa bisa dicegah.****"Selamat malam, Pak Leo. Selamat atas kenaikan jabatan anda," ujar Hendriyanto mengejutkan semua orang.Hendri benar-benar menguatkan dirinya
Baca selengkapnya

28. Tatapan mata Hendriyanto

"Hanya kamu saja yang tidak seperti itu, makanya aku sangat mengagumimu, hanya kau Mira, yang tidak bisa kutaklukan. Bisakah kau buka lagi kesempatan agar aku bisa mengejarmu lagi?" Jovan menatap Mira dengan serius, bagi lelaki itu jika Mira mau menjadi kekasihnya, maka itu akan menjadi akhir petualang cintanya, dia akan serius membina rumah tangga.Mendengar perkataan Jovan membuat pipi Mira merona menahan malu, dia berusaha tidak menanggapinya. Jovan memang tampan dan pintar, dahulu lelaki itu menjadi idola diantara gadis-gadis di jurusan desain interior, namun tidak bagi Mira, dia tidak menyukai lelaki cassanova seperti Jovan."Ah, ya Allah! Aku lupa!" pekik Mira sambil menepuk jidatnya."Apa?""Tasku tertinggal di toilet, aku ambil dulu ya?" Mira segera berbalik dan setengah berlari menuju toilet."Aku akan menunggumu di sini!""Tidak usah! Pergi saja dulu!"****"Apa itu rektor yang baru?" ulang Sarah, karena pertanyaan yang tadi belum di jawab oleh Hendriyanto."Kenapa kau ke si
Baca selengkapnya

29. Ciuman panas

"Kau pergi sudah bertahun-tahun, apakah kau tidak merindukan suamimu?" Suara Hendriyanto terdengar parau.Mira menenguk salivanya, mendengar perkataan Hendri membuat tenggorokannya terasa kering. Bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan itu? Lelaki ini tidak tahu saja setiap malam Mira selalu menangis dalam diam merindukannya hingga mati rasa. Tetapi mana mungkin Mira akan mengakuinya, dia harus menguatkan diri demi harga dirinya. "Kemana kau pergi selama ini? Kau menghilang seperti ditelan bumi."Mira tersentak menatap manik mata lelaki yang berjarak begitu dekat dengannya, tatapan mata itu? Mira dulu pernah melihat tatapan seperti itu dari lelaki itu, mungkinkah?"Apa pedulimu, aku pergi ke mana? Bukankah ini yang kau mau? Agar aku pergi menjauh darimu? Aku sudah tidak bisa melahirkan anakmu, untuk apa aku masih bertahan disini? Untuk kau siksa? Atau untuk kau hina?"Mira sudah cukup meradang,lelaki dihadapannya benar-benar tidak tahu malu,apakah dia lupa apa yang telah dia perbuat d
Baca selengkapnya

30. Mengejar dengan elegan

Mira memasuki aula acara dengan linglung, tungkainya terasa lemas dan pikirannya menjadi kacau. Wajahnya memerah antara menahan amarah dan hasrat terpendam. Setelah mencapai mejanya, dia melihat Leo sudah duduk di sana, sebelahnya duduk dengan manis kakak seniornya Jovan. "Darimana saja kau? Ke toilet kok lama sekali?" tanya Zahira kuatir."Mira! Apakah tasmu ketemu? Aku sudah menunggumu lama," seru Jovan yang merasa senang melihat wanita incerannya, matanya nampak berbinar."Iya, ada kok. Aku hanya turun ke lobi sebentar, kepalaku tiba-tiba sakit," jawab Mira sambil memijit kepalanya."Apakah kepalamu masih sakit? Kalau begitu kita pulang saja agar kau bisa istirahat," kata Leo sangat kuatir."Ah, tidak usah Leo, ini adalah acaramu, tidak baik kau meninggalkan tamu-tamumu. Aku baik-baik saja," ujar Mira dipaksakan tersenyum."Ah, iya. Gimana kalau kamu pulang duluan diantar Jovan? Bagaimana Jovan?" seru Leo.Bagai mendapat durian runtuh, tubuh Jovan bahkan menegak, wajahnya bertamba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status