Home / Pernikahan / Masa Lalu Yang Belum Usai / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Masa Lalu Yang Belum Usai: Chapter 131 - Chapter 140

147 Chapters

Bab 131

Seusai sarapan, Arhan pergi seorang diri ke teras depan. Laki-laki itu menerima satu panggilan yang kembali masuk ke ponselnya sejak dalam pertengahan ia menyuap hidangan Bi Ida pagi ini.Satu tangannya bertengger di pinggang. “Jadi tepatnya tanggal berapa itu kamu tidak tahu?” tanya Arhan seraya menilik penampilan di jendela depan. Ia mengamati setelan yang masih ia gunakan sejak kemarin. Tak sempat pulang hanya untuk mengambil baju ganti untuk tidur. Semalam ia terpaksa masih mengenakan pakaian yang sama karena rasa kantuk sudah tak bisa lagi diajak kompromi.“Oh jadi kejadiannya di bulan yang sama seperti reuni itu?” tanya Arhan yang diikuti anggukan setelahnya. “Oke. Informasinya udah sangat cukup, Bi. Terima kasih, ya.”Sebelum sambungan telepon itu diakhiri. Arhan kembali bersuara, “Hari ini jadwal saya apa saja, Bi?”“Tidak banyak, Pak. Hanya ada beberapa berkas yang harus di tanda tangani saja.”“Bukan sesuatu yang mendesak, kan?”“Bukan, Pak.”Arhan kembali mengangguk tanpa B
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 132

"Rencana kamu bagus, Sayang. Aku setuju. Tapi menurutku ada baiknya sekarang kita pulang dulu ke rumah. Bukan hanya aku, tapi kamu sama Elio juga." Ini merupakan kesempatan buat Arhan untuk membujuk istrinya pulang. Sepertinya jika tak sekalian diminta dan dibicarakan, mungkin saja istrinya akan tetap di rumah Bi Ida sampai batas waktu yang tidak diketahui. Sorot mata Namira, ia tatapi dengan lekat. Ada keraguan serta keinginan untuk kembali bersama. Wanita itu seolah tengah menimang segala kemungkinan yang akan terjadi di depan. Isi kepalanya saling beradu argumen tentang yang mana yang baiknya dilakukan. Arhan meraih tangan istrinya, ia mengenggamnya dengan lembut seraya jari jemarinya ia tatapi dengan perasaan yang putus asa. "Aku tahu kamu ragu, tapi aku sungguh-sungguh minta kamu buat pulang. Rumah sepi tanpa kalian, Sayang. Maaf karena aku sempat goyah. Kali ini aku janji semuanya hanya akan berpusat ke kamu sama Elio. Jadi ayo pulang." Satu tetes air mata jatuh mengenai pun
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 133

Lengkungan senyum di bibir Arhan menunjukkan kalau hatinya tengah berbahagia. Semula ia tak yakin dengan ajakannya untuk pulang, tapi setelah dilalui dengan tangisan, keraguan, bahkan hukuman dari Elio untuknya, Namira setuju ikut bersamanya pulang hari ini. Tidak sia-sia ternyata ia mengambil libur. Semua barang sudah dikemas dengan rapi dibantu oleh Bi Ida yang bersemangat setelah mendengar keputusan majikannya. Di beberapa situasi terkadang merasa tidak nyaman sebab bingung bagaimana ia harus mengambil sikap terhadap Namira meskipun di rumahnya sendiri. Namun di sisi lain, tak bisa dipungkiri jika melihat keduanya kembali bersama, menjalani kehidupan normal seperti biasa juga membuatnya senang. Sejenak Namira menatapi kamar yang diizinkan Bi Ida untuk ia tempati. Meskipun tidak sesuai dengan yang ada di rumahnya, tapi ruangan tidak terlalu besar itu begitu nyaman untuk ditinggali olehnya dan Elio. "Sekali lagi makasih, ya, Bi." Bi Ida mendaratkan tangannya di punggung Namira. Ia
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 134

Arhan termangu seraya berjalan mendekat ke arah istrinya yang hanya berdiri tak jauh dari mobil, tepat di depan rumah yang beberapa hari wanita itu tinggalkan. “Kenapa, Sayang?” tanya laki-laki itu ikut berhenti, memandangi bangunan dua lantai yang semalam tidak berpenghuni.Sejenak wanita itu terdiam, memandangi sekitar, lantas wajahnya berpaling pada sang suami. Keduanya saling beradu tatap. Jika Arhan memandang dengan sorot mata polos dengan wajah bingung, Namira justru menarik masing-masing sudut bibirnya membentuk senyuman seraya menggelengkan kepala. “Nggak ada apa-apa.”Sejak ia memilih kabur hari itu, belum lama setelah sampai di rumah Bi Ida. Perasaan ingin menemui Arhan sangat besar ketimbang keputusannya yang sudah dipikirkan matang-matang. Ada perasaan takut juga yang tiba-tiba memenuhi hatinya saat itu. Memikirkan kemungkinan buruk kalau tindakannya untuk membuat suaminya jera justru berakhir dengan perpisahan yang tidak ia harapkan. Bayangan tentang laki-laki itu yang te
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 135

Bi Ida dan Pak Marwan datang bertepatan dengan Arhan yang keluar dari kamar. Langsung saja laki-laki itu turun ke lantai bawah untuk menghampiri keduanya. “Belanjaannya sudah di bawa semua, Bi?” tanya Arhan dalam pertengahan tangga. Selain memang penasaran seberapa banyak yang dibeli, ia juga secara tidak langsung memberitahu dua orang yang sibuk di dapur atas kehadirannya.Dua pasang mata itu menoleh kemudian tersenyum. Pak Marwan melanjutkan aktivitasnya menyusun bahan belanjaan ke kulkas, sementara Bi Ida sedikit menjauh dari area dapur untuk menghampiri majikannya. “Sudah, Mas. Tidak banyak yang dibeli karena stok minggu kemarin masih ada. Kulkas juga masih penuh. Kebanyakan beli untuk Elio saja sesuai yang Mbak Nami minta.”Bi Ida celingukan setelah Arhan mengangguk dan berjalan ke arah sofa. Sambil mengikuti langkah majikannya, ia bertanya, “Mbak Nami sama Elio mana, Mas?” tanyanya yang tidak menemukan Ibu-anak yang beberapa hari menginap di rumahnya itu.“Tidur, Bi. Padahal sem
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 136

“Mas.”Panggilan itu berhasil mengambil alih atensi Arhan yang sibuk bermain gim di ponsel. Kepalanya sontak memutar demi melihat langkah gontai Namira yang menuruni tangga. Tanpa pikir panjang ia langsung melempar benda pipih itu sembarang kemudian merentangkan tangan, menyambut sang istri yang segera masuk dalam pelukan.“Nyenyak tidurnya, Sayang?” tanya Arhan seraya mengecup berulang kali pucuk kepala wanita yang rambutnya berantakan namun tetap terlihat cantik. Pelukan itu semakin erat kala tangan Namira ikut melingkar di perutnya.Namira hanya mengangguk lemas di dada suaminya. Sekedar menjawab ‘iya’ sepertinya membutuhkan banyak energi bagi wanita itu. Namun ternyata dugaannya salah kala satu pertanyaan keluar dari mulut istrinya. “Bi Ida udah pulang?”Oh! Lihatlah istrinya itu. Bukannya menjawab pertanyaannya dengan benar, tapi justru malah bertanya tentang orang lain yang memang sudah tidak ada di sana. “Udah dari tadi. Kenapa?” Mau semenjengkelkan apapun Namira, ia tetap deng
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 137

Menjelang malam, kala senja masih bertahan dengan indah sebelum tergantikan dengan langit gelap. Wanita yang sejak siang memprediksi tentang seluruh tubuh suaminya akan dimonopoli oleh sosok kecil yang tengah belajar berjalan itu benar adanya.Lihatlah dua laki-laki yang terpaut usia sangat jauh itu tengah tertawa riang di depan TV. Tidak tahu menertawakan apa hingga suaranya begitu mendominasi seluruh ruangan.Namira yang melihat pemandangan seperti itu dari area dapur semula mendengus, tapi selanjutnya tersenyum dengan simpul. Perasaan bersalah kini lebih banyak menguasai dirinya kala melihat interaksi serta raut suami beserta anaknya yang begitu bahagia. Ia bisa merasakan perasaan rindu itu tersirat diantara keduanya.“Minuman kalian sudah siap.” Namira berujar tak kalah riang, menghampiri dua orang yang seketika berebut ingin menjadi yang pertama untuk sampai padanya.Seusai tidur di pelukan suaminya siang tadi, saat rengekan Elio terdengar. Pasangan suami istri itu bergantian men
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 138

Bi Ida dan Pak Marwan ikut bergabung di ruang tengah setelah menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Tak banyak yang mereka lakukan di pagi ini, apalagi Pak Marwan yang sebagai sopir Arhan.Laki-laki paruh baya itu akan mengikuti jadwal majikannya. Jika tak mengantar ke kantor, sesekali hanya membantu Bi Ida atau terkadang membersihkan halaman depan dan juga belakang. Padahal itu bukan tugasnya, tapi karena merasa bosan tidak ada kegiatan lain ketika majikannya hanya diam di rumah, jadi ia mencoba untuk melakukan banyak hal supaya tempat tinggal pasangan suami istri yang ia layani tampak nyaman dipandang dan ditinggali.Duduk berhadapan dengan majikannya ternyata masih terasa gugup bagi Pak Marwan dan juga Bi Ida. Meskipun terbilang sudah lama bekerja, jika berbicara dengan gaya formal tetap saja nampak tak nyaman. Mereka harus menimang apa kiranya yang akan disampaikan. Tak ayal pikiran tentang pekerjaannya yang tidak bersih atau makanan yang tidak enak selalu saja membuat wanita paru
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 139

“Doain lancar dan selamat sampai tujuan, ya, Mas.”Namira mengutarakan permohonan dari ketakutan sebab akan menempuh perjalanan berjam-jam tanpa didampingi suaminya. Ia hanya akan ditemani oleh Pak Marwan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Tentu ini juga menjadi pengalaman pertama selama menikah. Biasanya kemanapun dan mau sejauh apapun pasti Arhan akan selalu berada di sampingnya untuk menemani dan berbagi tugas atas Elio. Namun kali ini sepertinya ia akan mengendalikan dirinya sendiri sebelum laki-laki itu menyusul ke Bandung.Pelukan Namira semakin lama semakin erat. Tak mau berpisah dengan suaminya yang justru tengah merasakan kegembiraan sebab tingkah laku wanita itu yang manja. Berbeda dengan bayangannya saat laki-laki itu mengajaknya pulang. Ia kira yang akan didapatkan itu gerutuan, tatapan sinis, bahkan menghindari dirinya, tapi ternyata semua itu terjadi sebaliknya. Contohnya seperti sekarang ini.“Selalu aku doakan, Sayang. Nanti di sana minta tolong sa
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 140

Sepeninggal istri dan anak juga Pak Marwan. Laki-laki yang kedapatan pergi besok untuk menyusul Namira kini tengah duduk di meja makan.Lebih tepatnya Arhan mengikuti langkah Bi Ida hingga dapur. Ia duduk di sana sementara wanita paruh baya itu menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda karena kepergian majikannya.Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak ada yang berniat membuka suara. Apalagi Bi Ida meskipun sudah lama bekerja dengan Arhan, jika di hadapkan dengan laki-laki itu tetap saja bingung mau memulai pembicaraan apa untuk memecah keheningan.Suasana diantara mereka terkesan canggung meskipun Bi Ida saat ini tengah membelakangi majikannya. Arhan pula tak memedulikan apa yang dilakukan pembantunya di sana. Laki-laki itu hanya merasa kesepian setelah kepergian istri beserta anaknya, jadi di sanalah ia sekarang. Mengalihkan kekosongan dengan kehadiran wanita yang sibuk dengan aktivitasnya.Arhan memainkan ponsel sejak tadi. Ia mulai melancarkan aksi untuk membuat Raya
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status