Semua Bab Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah: Bab 21 - Bab 30

39 Bab

Bab 21

Pov AmaraSelepas melahirkan, aku dijemput oleh orang tuaku. Mereka tidak Terima atas apa yang diperbuat oleh keluarga Mas Sandi. Ini murni khilaf, aku tergiur manisnya mulut lelaki tampan milik temanku sendiri. Kini, imbasnya ada pada anakku, yang hingga sampai detik ini tidak memiliki ayah. Tidak hanya itu, semua keluarga pun kini menghindar, mereka mencemooh keluargaku yang turun temurun sebagai pelakor. "Kenapa kamu lakukan ini, Amara? Aib ini membuka aib yang lama." Mama menceramahiku ketika sudah di rumah. "Mah, ini kan bukan aib, Papa dan Mama menghadiri pernikahan siriku, iya kan?" pungkasku. "Mama dan Papa tidak tahu jika Sandi memiliki istri, kamu nggak pernah bilang itu," jawabnya membuatku bergeming. Ya, memang sengaja ini aku rahasiakan, itu semua sengaja, jika mereka tahu, pasti tidak akan merestuinya. "Mama nggak perlu khawatir, aku dan anakku pergi saja," ucapku. "Mama sudah dikeluarkan dari grup keluarga besar, mereka pikir, keluarga kita itu racun untuk memberi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-07
Baca selengkapnya

Bab 22

Pov AmaraAku bersama bayi mungilku pergi, entahlah aku tak tahu harus pergi ke mana, yang jelas tidak tinggal bersama kedua orang tuaku, karena hanya menjadi beban mereka saja. Kutinggalkan rumah orang tua, aku tidak ingin membuat mereka malu dan repot atas masalahku ini. Kususuri jalan berliku, teringat bahwa Mas Sandi berada di Polsek, aku pun berinisiatif ke sana. Namun, sebelum memasuki kantor polisi, aku mendapati keramaian di depannya. Sepertinya ada kecelakaan beruntun. Kemudian, aku turun dari taksi online, lalu bergegas ke kantor polisinya. Bukan tak peduli dengan kecelakaan, tapi tak mengenal siapa yang menjadi korban. Tangisan Rama kencang ketika aku melangkah ke arah pintu masuk kantor polisi. Kupaksakan terus melangkah, akan tetapi Rama, putraku terus menjerit. Aku cemas, khawatir di dalam malah membuat gaduh dan kebisingan. Jadi kuputuskan untuk tidak melanjutkan ke dalam. Aku duduk di kursi warung dekat pos polisi, sambil melihat orang berlalu lalang melihat kejad
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-07
Baca selengkapnya

Bab 23

Pov Amara"Bu Caca katanya," celetuk suster yang baru saja keluar. Resiko menjadi selingkuhan ya seperti ini. Tak punya hak untuk marah karena tidak disebutkan olehnya. Sementara Caca dipanggil, ia berjalan melewati aku yang berdiri menggendong bayi. Hubungan kami tidak seperti dulu lagi, sudah kubilang ini juga bagian resiko dari perselingkuhan. Hubungan persahabatan pun telah kikis seiringnya waktu. Kini, aku pun hanya berdua anakku saja menjalani ini semua. "Ca!" teriakku ketika Caca hampir masuk ke dalam. Langkahnya terhenti, kemudian menungguku untuk menghampirinya. "Ca, titip ini pada Mas Sandi," ujarku sambil menyelipkan cincin pernikahan pada Caca. Tangannya pun aku kepalkan kembali. Caca terpaku melihatku pergi setelah memberikan cincin itu. "Tunggu!" Caca memanggilku kembali. Kemudian suara sepatu terdengar menghampiriku yang baru saja melangkah 3 langkah. Aku menoleh padahal sangat cemas, khawatir Caca tambah membenciku. Kudengar langkahnya semakin cepat, aku pun balik
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-07
Baca selengkapnya

Bab 24

Pov AmaraBaru saja ingin melihat sosok pria yang nyeletuk kata-kata tak enak didengar itu, Caca tiba-tiba saja menghubungiku. Aku pun turun dari mobil tanpa melihat lelaki yang tadi menghinaku. "Tuh duitnya," cetusku sambil melemparkan uang seratus ribuan. Kemudian aku turun dari mobilnya sambil mengangkat telepon dari Caca. "Halo, Ca, ada apa?" tanyaku sambil merapikan rok panjang ketika turun dari mobil. "Amara, kenapa lo tadi pergi? Mas Sandi ingin bicara," ucap Caca. "Nggak apa-apa, Ca. Gue udah mutusin untuk ninggalin semuanya, termasuk Mas Sandi, maafin gue ya Ca," lirihku pelan. Kemudian, aku melihat mobil yang tadi aku tumpangi masih berada di hadapanku. "Ca, tunggu sebentar, ya!" Aku menunda pembicaraan sebentar, lalu menghampiri mobil itu lagi. Kemudian, kugedor-gedor pintu mobilnya sampai dibukakan jendela. Ia masih memakai masker, kacamata, dan topi. "Lo ngapain masih di sini?" tanyaku. "Ca, nanti gue telepon balik ya, biasa ada masalah sedikit di perjalanan." "Iy
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-08
Baca selengkapnya

Bab 25

Pov CacaSebelum terjadinya penangkapan dan kecelakaan. "Udahlah, gue nggak apa-apa, Ca." Alfa menenangkan kecemasanku. "Bener, nih?" tanyaku lagi meyakinkan hati ini, sebab Alfa terluka juga karena suamiku. "Kenapa sih? Khawatir ya?" ledek Alfa. "Lagi sakit masih aja ngeledek," sahutku sambil mencubit perutnya. Kemudian, telepon Alfa berdering. Ia segera meraih dan mengangkat teleponnya. Aku yang tidak mau menguping pun memilih duduk di sofa seberang brankar yang ditiduri oleh Alfa. Sambil menunggu Alfa yang masih bicara melalui sambungan telepon, aku pun menanyakan penangkapan Mas Sandi dan Mama mertuaku pada Papa Tyo. [Pah, bagaimana Mama dan Mas Sandi?][Sudah tertangkap, ini Papa sedang di kantor polisi, Mama dan Sandi nggak mau ngaku, penyakitnya selalu begitu.][Semoga mereka sadar, Papa yang sabar ya, Pah. Aku di sini nungguin Alfa dulu.]***Aku tertidur di sofa karena lelah, nunggu Alfa juga tadi lumayan lama angkat teleponnya. Setelah sekitar setengah jam lebih aku t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-08
Baca selengkapnya

Bab 26

"Maksud Kak Sony apa ya?" tanyaku penasaran. Apalagi dia baru keluar dari penjara. Rasanya patut dicurigai jika ia bicara yang aneh. "Sandi, dan Amara, kecelakaan bukan nggak sengaja, itu Kakak yang bikin celaka!" Astaga, aku yang masih berada di rumah sakit pun seketika terkejut, lalu segera menjauh dari ruangan Amara. "Kak, kenapa nekat gitu? Aku udah baik-baik saja, kalau kakak ketangkep lagi gimana dengan Mama?" tanyaku. Telepon pun terputus. Aku terduduk lemas, memikirkan ucapan Kak Sony. Bagaimana ini, masalahku sudah hampir selesai, tapi Kak Sony malah bikin masalah baru lagi. Dendam terus yang Kak Sony pikirkan, baru selesai masa hukuman 4 tahun, ia malah bikin ulah lagi. Aku memutuskan untuk pamit, sepertinya harus menyelesaikan ini dengan mamaku. "Amara, aku pamit dulu, oh ya, Rama tidak diizinkan di sini dulu, aku bawa lagi ya," pintaku. Membawa ke ruangan Amara dirawat saja, aku sudah sembunyi-sembunyi. Sebab, bayi yang masih merah tidak diperkenankan masuk. Aku sampa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-10
Baca selengkapnya

Bab 27

POV Caca"Halo, kenapa malah ketawa? Kamu nelepon nggak nyebutin nama, ini siapa?" tanyaku penasaran. "Gue Doni, oh ya gue boleh tahu nggak sekarang kakak lo di mana?" tanyanya balik. Doni? Bukankah dia temen Kak Sony yang pernah memintaku jadi istrinya?"Nggak tahu, kenapa emang?" tanyaku semakin penasaran."Nggak, nggak apa-apa," jawabnya. Sepertinya ada yang nggak beres. "Oh gitu, ya sudah, gue mau jenguk mertua, udah dulu, ya," ucapku."Mertua lo gimana keadaannya?" Aku terkejut ketika mendengar pertanyaannya. Tahu dari mana dia tentang mertuaku?"Mertua gue udah mendingan, kok elo tahu ya mertua gue sakit?" tanyaku balik. Telepon pun terputus.Aneh sekali Doni, kenapa cepat sekali mematikan teleponnya. Aku jadi penasaran, apa kuhubungi Kak Sony aja ya?Aku usap layar ponsel lagi, dan mencari kontak Kak Sony. Kemudian aku tekan di panggilan yang bergambar telepon warna hijau. Namun, tak juga diangkat olehnya. Akhirnya aku urungkan niat, dan kembali ke tujuan awal, yaitu jenguk m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-10
Baca selengkapnya

Bab 28

Kemudian, ada petugas yang masuk. Kami menghentikan pembicaraan sebentar, setelah itu lanjut kembali."Kata sopir truknya, yang nyuruh dia bernama Doni," ucap pria berseragam coklat. Astaga, ternyata Kak Sony tidak sendirian. Ia mendompleng nama Doni, kenapa ia mau mengorbankan namanya untuk Kak Sony?Aku menelan salivaku seketika, kemudian mengatur napas yang agak sedikit sesak. Ada perasaan cemas melanda ketika polisi menyebutkan nama pelakunya. Aku hanya mencemaskan nasib anak-anak kelak, ini semua karena kecerobohan Kak Sony, kini aku dibuat tak tenang olehnya."Kalau gitu, aku pamit dulu, Mah, Pah, Om Ivan, Pak." Semua yang berada di ruangan aku sebut tanpa terkecuali, ini untuk melepaskan kekhawatiran yang berlebihan. Aku pergi dengan membawa berita buruk tentang kecelakaan ini. Belum lagi Amara nanti, kalau orang tuanya berbuat hal yang sama bagaimana? Astaga, kini pikiranku kusut seperti benang layang-layang yang berserakan di jalan.Setelah keluar dari ruangan, aku melangkah d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-10
Baca selengkapnya

Bab 29

"Memang anak saya kenapa ya, Pak?" Mama pura-pura tidak mengetahuinya."Iya, Pak, Kakak saya kenapa?" sambungku."Jadi, menurut pengakuan Doni, orang kedua yang menyuruh sopir truk menabrak mobil Pak Tyo, saudara Sony lah dalang dari semua ini," cetusnya. Aku pura-pura syok mendengar penuturan pihak kepolisian."Coba kami telepon Kak Sony ya, Pak," usulku."Percuma, sudah tidak aktif, tadi kami sudah coba menghubunginya," cetusnya.Kemudian, kami terus mencari kontak rekan dari Kak Sony, siapa tahu bantuan dari keluarga dapat meringankan hukuman Kak Sony nantinya. Teringat bahwa pihak kepolisian tahu bahwa biang keladinya adalah Kak Sony, aku jadi punya inisiatif untuk menanyakan keluarga pelapor, apakah mereka sudah mengetahui akan hal ini?"Pak, kalau boleh tahu, apakah keluarga pelapor telah mengetahui hal ini?" tanyaku."Sudah, Bu. Justru Pak Tyo yang memberikan alamat rumah Ibu," sahutnya.Papa Tyo yang memberikan alamat mama? Apakah Papa Tyo membenciku?Aku atur napas, agar tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-10
Baca selengkapnya

Bab 30 Ending

POV Caca"Untuk apa kami marah? Karena tahu kakakmu telah mencelakai kami?" tanya papa."Ca, apa yang dilakukan kakakmu sungguh menyadarkan kami, terutama Mama, betapa berharganya kamu, tapi aku dan Sandi malah menyia-nyiakan kamu," sambung mama.Ada mamaku yang terharu mendengar penuturan Mama Sarah, terlihat dari paras wajahnya yang kini berkaca-kaca."Mah, Pah, apakah ini tandanya aku harus tetap mempertahankan pernikahanku dengan Mas Sandi?" tanyaku.Papa tertawa kecil, ia melambaikan tangannya untuk segera menghampirinya."Papa tidak pernah memaksakan kamu untuk balik dengan Sandi, itu hak kamu sebagai wanita yang pernah disakiti, kamu berhak bahagia juga dengan siapapun yang kamu mau," ujar papa.Kemudian Mama Marni menghampiriku, ibu yang selalu mendampingi ketika aku terperosok masalah. Ia yang lebih dulu pasang badan untuk membantuku. Begitu pula dengan Kak Sony, mungkin ia melakukan hal ini karena kasih sayangnya padaku begitu besar."Benar kata Pak Tyo, kamu dan anak-anak b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status