Home / Romansa / Pernikahan Sandiwara / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pernikahan Sandiwara: Chapter 1 - Chapter 10

17 Chapters

Lamaran Pernikahan

"Aku akan pergi sekarang!" pekik Brianna sambil keluar dari rumah."Jangan lupa bawa uang yang banyak!" pekik Eddy dari ambang pintu. "Kau tahu, ayahmu harus minum alkohol, kan? Dan itu tak gratis, Nak."Brianna hampir menangis rasanya saat ayahnya membanting pintu rumah dengan sangat keras."Kalau sampai pintu itu rusak, jangan pernah minta aku untuk membayar perbaikannya. Okey?" umpat Brianna sambil sejenak mengacungkan jari tengahnya.Sial, batin Brianna."Kau berangkat kerja, Bri?" tanya si tua John, pria yang tinggal sendiri di ujung jalan. "Kudengar ini pertunjukan terakhirmu, ya? Huh? Kau dipecat?"Gosip itu lagi. Sudah lama ada gosip beredar bahwa ia akan dipecat.Gadis itu menoleh pada John yang melangkah melewati dirinya. Brianna memang hampir membeku sejak masih berada di dalam rumah. Pemanasnya mati dan ia tak bisa memperbaikinya karena tak punya cukup uang.Ia menguatkan dirinya. Brianna tak boleh berhenti sekarang atau ia harus melihat ayahnya mengamuk dan membanting sel
Read more

Mulai dari Sekarang

"Kau tahu siapa aku?" tanya Brianna pada pria yang ada di hadapannya."Brianna Westbrook. Aku tahu namamu. Aku sudah mengawasi dirimu sejak pementasan putri salju untuk pertama kalinya. Sekitar seminggu yang lalu, Nona," ucap pria itu dengan yakin.Cukup tampan. Ah, tidak. Bagi Brianna, pria ini sangat tampan. Sepertinya bukan tipe laki-laki biasa saja."Aku bahkan tak tahu siapa namamu." Brianna bergidik."Matthew. Matthew Duncan Macmillan," jawab pria itu."Dengar, Tuan MacMillan. Hei, tunggu. Katamu siapa namamu tadi?"Sebuah nama yang akhir-akhir ini sering muncul di televisi. Pria ini memang bukanlah pria yang sembarangan. Ia akan menerima warisan sebesar USD 20 milliar jika ia menikahi seorang wanita sebelum akhir tahun ini. Lalu, yang ia katakan baru saja? Tentang pernikahan? Pria ini berniat melamar Brianna?"Ya, benar. Aku pria itu. Pria yang harus menikah sebelum akhir tahun ini. Kau bisa ikut denganku? Sekarang?""Kau membuatku takut, Tuan."Brianna baru saja akan menolak p
Read more

Cuaca Musin Dingin

Brianna sedang menerka apa yang terjadi sekarang. Ia sedang membutuhkan uang untuk melunasi hutang ayahnya pada rentenir. Tapi haruskah ia melakukan ini?Matthew Duncan MacMillan membuat gadis itu melepas baju atasnya dan bersembunyi di bawah selimut.Pria itu mendekat ke arah ranjang. Tak lupa melepas kemejanya. Pria itu seolah tak takut kedinginan. Suhu ruangan kamar itu cukup hangat untuk melepas pakaiannya dan tidur di bawah selimut macam ini."Ini kamar ibumu?" tebak Brianna. Tak salah jika ia berpikiran begini. Kamar ini tampak terlalu feminin dengan warna merah mudanya.Matthew tersenyum mendengar tebakan Brianna."Kau berpikir begitu?"Brianna menatap wajah pria yang ada di sampingnya itu. Gugup."Apa yang akan kita lakukan setelah ini?" tanya Brianna."Menurutmu?" tanya Matthew sambil membetulkan selimut ke tubuhnya. Ia seolah ingin menyelimuti tubuh bagian bawahnya dengan sempurna.Brianna membuang mukanya. Ia tak ingin tampak terlalu antusias melakukan ini dengan calon suam
Read more

Pria Mabuk

"Hei, Nona Westbrook."Brianna menoleh pada Matthew, pria yang akan menikahinya sehari setelah perayaan natal itu."Aku tak kasihan padamu. Asal kau tahu."Brianna terdiam. Ia tak tahu harus merespon Matthew dengan bagaimana. Gadis itu hanya teringat saat ibunya menghilang hari itu."Aku tak sabar ingin bekerja denganmu, Tuan. Agar aku bisa memperbaiki pemanas rumahku yang rusak."Matthew menatap lurus ke depan. Pria itu segera menutup kaca mobilnya dan mengemudikan mobilnya. Ia harus menyiapkan pernikahannya dengan Brianna. Segera atau ibu tiri dan para saudara tirinya akan mengambil alih semua aset milik keluarga Matthew.Pria itu menghentikan mobilnya sejenak dan melirik Brianna yang masih saja mematung di depan pintu rumahnya."Apa aku salah pilih pemeran utama wanitanya? Sepertinya, keluarganya terlalu banyak masalah," gerutu Matthew. Pria itu mendengus dan kembali mengemudikan mobilnya.Brianna memantapkan hatinya untuk segera masuk ke dalam rumahnya. Ia sudah kedinginan sejak t
Read more

Pagi Buta

"Bri!"Teriakan Eddy beserta dentuman suara pintu yang pria itu ciptakan membuat tidur Brianna terusik."Brianna Westbrook! Bangunlah!"Brianna menyingkap selimut yang sepertinya sejak semalam menutupi wajahnya."Brianna!"Pintu kamar Brianna sudah hening sekarang. Mungkin sudah setengah jam ayahnya berusaha mendobrak pintu kamar Brianna.Matanya yang masih ingin terpejam itu harus terpaksa terbuka sekarang. Brianna harus mencuci muka dan sikat gigi sebentar. Ia bisa menebak bahwa ayahnya sedang ditagih para penagih hutang. Maka dari itu, Brianna berinisiatif untuk menyiapkan sejumlah uang yang ia ambil dari brankas kecilnya."Dimana pria sialan yang pagi-pagi sekali sudah menagih hutang itu, Yah?"Senyuman Matthew seolah menjelaskan semuanya. Bukan penagih hutang yang datang ke rumah ini."Untuk apa pria ini pagi-pagi begini ke rumah?" batin Brianna."Hei, Bri. Aku tak peduli kau mengenal pria ini dari mana. Dia kaya raya. Aku sering melihatnya di televisi dan dia berkata bahwa akan
Read more

Huh?

"Benarkah? Dia berkata begitu?" tanya Brianna skeptis sambil memutar bola matanya.Gadis itu membalikkan badannya lagi. Mencoba menghindar dari pertanyaan Matthew dan berniat melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda sambil masih memikirkan Grey."Apa yang dilakukan Grey? Ia bahkan tak menghubungiku sejak putus," gumam Brianna sambil mencuci tangannya tanda pekerjaannya pagi itu usai."Kau bilang apa?"Matthew begitu mengejutkan. Pria itu tiba-tiba muncul di sebelah Brianna."Nona Westbrook.""Kau suka sekali memanggilku dengan sebutan Westbrook. Panggil saja aku Brianna," ucap Brianna."Dengarkan aku, Brianna." Matthew berusaha untuk berbicara serius sambil menyandarkan tubuhnya di meja dapur. "Kau masih ingat tentang surat kontrakmu, bukan? Kau dibayar dan tidak gratis. Aku tak mau dibilang akan menikah dengan seorang wanita yang masih punya kekasih. Selesaikan masalahmu dengan pria bernama Grey dengan lambang hati itu. Aku cemburu, Nona Westbrook."Brianna melirik langkah kaki
Read more

Huh?

"Benarkah? Dia berkata begitu?" tanya Brianna skeptis sambil memutar bola matanya.Gadis itu membalikkan badannya lagi. Mencoba menghindar dari pertanyaan Matthew dan berniat melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda sambil masih memikirkan Grey."Apa yang dilakukan Grey? Ia bahkan tak menghubungiku sejak putus," gumam Brianna sambil mencuci tangannya tanda pekerjaannya pagi itu usai."Kau bilang apa?"Matthew begitu mengejutkan. Pria itu tiba-tiba muncul di sebelah Brianna."Nona Westbrook.""Kau suka sekali memanggilku dengan sebutan Westbrook. Panggil saja aku Brianna," ucap Brianna."Dengarkan aku, Brianna." Matthew berusaha untuk berbicara serius sambil menyandarkan tubuhnya di meja dapur. "Kau masih ingat tentang surat kontrakmu, bukan? Kau dibayar dan tidak gratis. Aku tak mau dibilang akan menikah dengan s
Read more

Gaun Pernikahan

Gaun Pernikahan. Sesuatu yang tak pernah Brianna bayangkan sebelumnya. Ia pikir, pernikahan adalah salah satu hal yang tidak bisa ia dapatkan di dunia ini mengingat keluarganya yang berantakan. Tapi, berakhir dengan seorang pria yang membayarnya untuk bermain peran dan menjalankan pernikahan palsu adalah di luar nalar setiap orang."Dia pengantin tercantik yang pernah memakai gaun dari tempat ini, Tuan," bisik pelayan butik pada Matthew.Brianna menoleh pada kaca yang ada di samping tubuhnya.Ucapan pelayan toko itu seolah membenarkan apa yang Brianna lihat sekarang. Ia begitu cantik dalam balutan gaun putih ini. Aksen bebatuan kecil membuat gaun ini tampak berkilau. Apalagi rambut pirang Brianna tengah dicepol seperti sekarang. Bagian bahunya yang terbuka membuat dirinya tampak anggun."Kau sedang berbohong, bukan?" Matthew terkikik. Ia paham ini adalah sebuah teknik pemasaran. Pelayan m
Read more

Undesireable

Brianna menunggu steak-nya dipotongkan oleh Matthew. Entah berapa pasang mata yang menyaksikan perhatian Matt pada Bri."Silakan," ucap Matthew dengan mesra pada Brianna.Gadis itu tak habis pikir dengan apa yang tengah terjadi pada dirinya.Harusnya yang bermain peran kan dirinya. Bukan Matthew.Laura MacMillan, ibu tiri Matthew yang sedang menyuap steak yang masih berdarah itu hampir tersedak dengan perlakuan anak tirinya itu pada calon istrinya."Kau ingin minum, Bu?" tanya Aaron pada ibunya.Laura menggeleng. Ia menolak untuk minum air putih. Matanya yang kecil dan tajam itu memperhatikan gerak-gerik Matthew dan Brianna."Sudah berapa lama kalian saling kenal?" tanya Laura memulai pembicaraan setelah ia mengusap mulutnya dengan kain lap."Cukup lama," ucap Matthew. "Namun, benih-benih cinta
Read more

Shailene is Shadow

"Kita berdua tidur satu ranjang?"Matthew menganggukkan kepalanya."Kenapa? Kau keberatan? Bukankah itu tertulis di surat kontrak? Kau tak membacanya?" Matthew melepas dua kancing kemejanya. "Kau sudah membersihkan tubuhmu, bukan? Pakailah pakaian tidur yang pelayan siapkan untukmu dan naiklah ke ranjang."Pria itu kemudian berjalan ke kamar mandi dan berniat membersihkan dirinya.Tak butuh waktu lama untuk menggosok gigi. Cukup dua menit. Ia kemudian membersihkan wajah yang sudah rupawan itu. Hanya sebulir sabun cuci muka dan beberapa kali cipratan air di wajahnya.Bayangan wanita berambut pirang sekilas melintas di pikiran Matthew. Pria itu berusaha menepisnya. Wanita yang pernah ada di kehidupannya itu kini sudah menikah. Tak ada yang perlu dipikirkan sekarang. Ia harus berpikir tentang pernikahan sandiwaranya dan juga calon istri pura-puranya, Brianna."
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status