All Chapters of Maafkan Aku yang Telah Jatuh Cinta: Chapter 11 - Chapter 20

28 Chapters

Bab 11

Lia kembali ke apartemen-nya. Perasaan yang tak baik, pikiran kalut. Semuanya menjadi satu. Dia hanya berusaha terlihat baik di hadapan Meylani. Dia membuka pintu apartemen, dengan kunci cadangan yang dibawanya. Dia menilik keberadaan Mey. Makanan masih utuh! Lia mendapati, makanan di atas meja yang dia siapkan sebelum pergi tadi, ternyata belum di sentuh oleh Meylani. “Mey, kamu enggak apa-apa? Kenapa kamu belum makan?” Lia segera memeriksa kondisi Mey yang sedang berbaring di tempat tidur. “Mey, tanganmu dingin sekali. Kita ke rumah sakit, ya, aku khawatir.” Mey tidak menjawab. Lia tergopoh-gopoh. Diambilnya ponsel dan menghubungi seseorang. Dia menyiapkan seluruh keperluan Mey dan memasukkannya ke dalam ransel ukuran sedang, yang terpampang di atas almarinya. Dia dengan cepat, mengambil barang-barang penting yang dilihatnya. Lia dengan sigap membuka pintu, saat bel berbunyi. “Makasih, Pak. Bisa aku dibantu, membawa ini ke m
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

Bab 12

Kala Lia dan Willy tengah terlelap, Meylani terbangun. Dia menatap satu per satu, seorang di sisi kanannya, dan seorang lagi di sisi kirinya. Willy? Dia Menginap? Mey terkejut dengan keberadaan Willy. Benar-benar pria ini. Aku sangat salut dengan perjuangannya. Terus kenapa, kursi itu malah dianggurin? Mey menggeleng tak percaya. kursi panjang yang seharusnya bisa mereka gunakan, malah dibiarkan tidak terpakai. Sedangkan mereka berdua, menyiksa diri, tidur dalam keadaan duduk begitu. Mey menggenggam tangan Lia. Sekali lagi, rasa syukurnya tak henti dia lantunkan. Terima kasih, ya Allah. Malam terus bersenandung, bersama detik-detik, yang saling berkejaran. Hingga akhirnya berakhir, saat gelap berganti dengan terang. Subuh, Willy sudah terjaga lebih dahulu. Disusul Lia, yang kemudian, menghadap ke Penguasa Kehidupan. Mereka berdua, bertemu di musala. “Mas Will, enggak balik? Hari ini k
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Bab 13

Lia menatap Leo. Dia memberi isyarat, meminta Leo memulai kalimatnya. Katanya ingin bertemu. Sudah bertemu, malah diam! Kembali, Lia mengoceh sendiri. Entah apa lagi yang harus dia lakukan, agar ke dua makhluk di depannya, tidak hanya diam. “Kalau kalian hanya diam begini, aku pergi!” “Jangan, Li!” Sahut dua orang itu, serentak. Lia terkekeh. Tidak habis pikir, kelakuan dua orang dewasa itu. Kembali membisu. “Lagi-lagi diam! Kalian mau apa sih? Aku ingin pergi membersihkan diri! Sikap kalian ini, lebih bocah dari bocah sekalipun!” Lia mulai meninggikan suaranya, dongkol. Leo mengangkat tangannya. Meminta maaf. Dia mengangguk, tanda dia ingin bicara. Dia berjalan menuju Mey. Tapi, Mey mengalihkan wajahnya. Leo duduk, di kursi samping tempat tidur Mey, berusaha menggapai tangan istrinya, tapi wanita itu menghindar. “Sayang, aku benar-benar minta maaf. Aku sangat bersalah. Aku begitu terluka melihatmu saki
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Bab 14

 “Will, kita harus mempertimbangkan saran Meta dan Oskar.” “Itu tidak mungkin! Rumah Bahagia sudah sepulun tahun, bahkan lebih dari itu. Kita sudah menjalani semuanya dengan baik dan sempurna selama ini. Kita tidak mungkin mengubah begitu saja, filosofi yang sudah menjadi icon Rumah Bahagia!” “Tapi, kita harus berkaca pada kenyataan, Will. Bahwa semua tidak sesempurna yang kita lihat selama ini. Jika kenyataan itu terkuak ke publik, apakah tidak akan merusak citra Rumah Bahagia?” “Tapi sampai sekarang, semuanya baik-baik saja!” “Ini untuk besok dan kelangsungan Rumah Bahagia, Wil. Kamu tahu, alasan Lia tidak pernah mau ke bagian Konseling? Karena filosofi Rumah Bahagia yang menganggunya. Kita seperti membuat sekat, bahwa hanya yang punya hidup sempurna, yang bisa ada di tempat ini.” “Sekali aku bilang tidak, tetap tidak! Semua sudah berlangsung lama, jangan seenaknya diubah hanya karena perkataan Oskar dan Meta. Mereka itu belum
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Bab 15

Tiba di rumah sakit, Leo langsung ditangani di ruang unit gawat darurat. Bilal mendampingi Leo. Sedang Willy tampak berbicara dengan perawat di bagian administrasi. “Maaf Mas, ini sudah aturan rumah sakit.” Terdengar suara perawat, menjelaskan beberapa hal pada Willy. “Mbak, aturan itu bisa disesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Mbak jangan ngajari saya tentang aturan!” “Iya, Mas.” Wanita muda itu, berusaha tenang, dengan suara Willy yang terdengar emosional. “Jadi, bisa kan?” “Tidak bisa, Mas. Jika Mas berkenan, turun ke kelas yang lebih rendah saja. Di sana, satu kamar bisa dua pasien.” “Aku maunya di kamar ini! Berapa pun saya bayar!” “Bukan masalah biaya, Mas. Ini sudah aturannya.” “Aturan-aturan! Sejak tadi itu saja yang bisa kamu ucapkan!” Suara Willy mulai menukik. Seluruh mata tertuju padanya. Rumah sakit yang hening berubah ricuh karenanya. “Mas, maaf ini rumah sakit. Mohon lebih tenang,” pinta seoran
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

Bab 16

Sebuah langkah, membuat seluruh mata tertuju ke pintu. “Assalamu’alaykum.” “Wa’alaykumussalam.” Tersentak! Mas Willy? Kembali, Lia, dikagetkan dengan kehadiran pria itu. Bukannya, aku sudah mengabaikannya kemarin? Lia menggeleng tidak percaya. “Mas Will, masuk,” sambut Mey. “Gimana kabar kalian berdua?” “Alhamdulillah sudah baik, Will. Oh ya btw, makasih ya sudah membantu Bilal ngurus aku.” “Sebagai teman, ya memang harus begitu,” sahut Willy. Lia, masih saja terpaku. Hatinya, belum sepenuhnya move on, dari sikap Willy kemarin. “Oh ya, ini aku bawa makanan, untuk sarapan.” Mey tersenyum. Matanya tertuju pada ke-diam-an Lia. “Pastinya, bukan untuk aku dan Leo, kan?” tebak Mey. Wajah Willy berubah, memerah. Dia menggaruk kepalanya. “Li, kok diam saja? Tuh, Mas Will bawain sarapan.” Lia, tersenyum, terpaksa. Dia menghela nap
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

Bab 17

“Melati hanya ingin Kak Lia tidak lagi sendiri. Pesan terakhir ibu, kita harus saling menjaga, Kak. Dan sekarang, sudah ada Mas Hanan yang menjaga Melati. Giliran Kak Lia, menemukan seseorang. Ya Kak?” “Adikku, menikah bukan hanya mengangkat kesendirian. Harus ada kesempurnaan hati, untuk saling menerima di dalamnya.” “Kak, Melati ingin mendengar kejujuran. Apakah Kakak belum menjauh, dari perasaan pada Kak Bilal?” Jeda. Kalimat Melati, kembali menguak rangkaian perjalanan kenangan, yang telah meninggalkan jejak luka. “Adikku, Kakak sudah berada di hari ini. Masa lalu, hanyalah cerita kenangan. Bukan cerita nyata hari ini.” “Jadi, apa alasan Kakak belum membuka hati?” “Sekarang, Kakak baru berusaha ke jalur itu.” “Aku hanya berharap satu hal Kak. Kakakku segera menyudahi kesendiriannya. Sudah cukup, penantian dan kesabaran Kak Lia selama ini. Ya Kak?” “InsyaaAllah, Mel. Udah ya. Kakak mau istirahat dulu.”
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Bab 18

Rumah Bahagia. Willy kembali dengan wajah murung. Aura penuh cinta, berubah menjadi kekecewaan. Viona langsung menuju ruangan Willy. Setelah melihat pria itu melintas di depan ruangannya, seperti tidak bahagia. Tiba di ruangannya, Willy langsung menghempaskan dirinya di kursi kebesarannya. Dia membuka tirai jendela. Melihat kemacetan parah di sekitar kantornya. “Will, kamu baik-baik saja?” “Baik!” jawab Willy, singkat. Cara menjawab Willy menegaskan, hatinya tidak sedang baik-baik saja. “Syukurlah. Oskar akan menemuimu melaporkan perkembangan kasus beberapa klien.” “Aku menunggu sekarang!” Viona mencoba meraba prahara Willy. Tapi, dia tidak ingin mencari masalah dengan banyak bicara. Dia pun segera memanggil Oskar. Tak lama, dua anak muda, sudah ada di ruangan Willy. “Maaf, Mas….” Oskar tidak melanjutkan kalimatnya. Dia menatap ke arah Viona, yang ada di hadapanya. Willy tampak penasara
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

Bab 19

Lia menarik napas. Entah bagaimana lagi, dia bisa menghadapi pria itu. Dia sadar, Willy pria yang baik. Jiwa keras dan karakter pemimpin dalam dirinya menciptakan keengganan menerima kegagalan. Sebuah bantahan dianggap menodai harga dirinya. Suasana menjadi hening. “Apa yang bisa aku lakukan, agar Mas Will memaafkan Oskar, sehingga Mbak Viona bisa bertahan?” Lia benar-benar tidak memiliki cara lain. Dia tidak bisa tanpa Viona. Dan berat baginya, melihat Oskar dikorbankan hanya untuk memenuhi keegoisan Willy. “Terima lamaranku!” Tersentak! Jantung Lia, serasa berhenti berdetak. Permintaan yang sungguh keterlaluan. Katanya profesional? Pria munafik! ujar Lia, dalam hati. Dia mulai merasa dongkol dengan sikap tidak adil Willy. “Bukankah Mas Will sendiri yang bilang, profesionalisme?” “Ya terserah kamu saja. Mau atau tidak!” Ya Allah, pria ini! “Aku menerima dengan s
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

Bab 20

Dalam perjalanan menuju apartemen, Lia tampak hanya terpaku, menatap kosong ke arah spion. Willy sesekali menoleh ke arah wanita itu. “Lia?” Suara Willy membuat Lia terjaga. “Iya Mas Will?” “Aku mau ngajak makan malam, bisa?” Lia melihat jam di tangannya. “Ini sudah jam lima sore, Mas. Kita akan dapat magrib di jalan.” “Aku punya tempat yang bersih dan punya musala yang nyaman. Sekalian makan malam di sana.” Lia menarik napas. “Oke, Mas Will.” Willy kembali tersenyum mendengar persetujuan Lia. Lalu lintas tampak sibuk sore menjelang magrib. Membuat perjalanan Lia dan Willy sedikit terhambat. Azan magrib berkumandang, membuat Willy mengubah rute, mencari masjid terdekat. “Li kita salat di sini saja ya, sebelum lanjut ke restoran.” “Oke.” Lia langsung turun dari mobil, menuju area tempat wudhu wanita. Beberapa saat berlalu, dia berjalan menapaki teras masjid yang sangat lapang, menuju titik pusat tempat salat. “Mb
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status