Home / Rumah Tangga / Kami Tanpa Kamu / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kami Tanpa Kamu : Chapter 31 - Chapter 40

105 Chapters

31. Perjalanan Rizal

Langit mendung, angin berembus kencang menerbangkan dedaunan. Terkadang mengenai mobil yang tengah melaju di jalan tol menuju Magelang, Jawa tengah. Hujan rintik-rintik mulai turun perlahan membasahi bumi.Bagi pengendara mobil gerimis tidak menjadi masalah, namun bagi pengendara motor di jalan kecil samping jalan tol harus berhenti. Memakai setelan jas hujan ataupun payung. Tangan Rizal mengelus rambut Cheril yang tengah tidur di pahanya. Bocah itu nyenyak dalam pangkuan sang ayah. Perjalanan sudah memakan waktu 5 jam, tinggal satu jam lagi sampai ke rumah sakit tujuan. Supir yang disewa menguap, terlihat lelah mengemudi tanpa henti. Matanya melihat ke arah spion dalam. "Pak, kita isi bensin sebentar di pom depan."Rizal tak peduli, pandangan matanya melihat keluar jendela yang sudah basah karena air hujan. Mobil keluar dari jalan tol. Menuju jalan biasa dan mampir ke pom bensin. "Nanti beli makan di depan." Pinta Rizal. Sekarang sudah jam 12 siang, waktunya Cheril makan. Bocah
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

32. Hujan

Pandangannya beralih melihat ke arah luar jendela, hujan masih mengguyur kota Magelang. Pikirannya melayang, perasaan ingin hadir di hidup Hana dan memanfaatkan keadaan ini untuk merebut Hana tiba-tiba muncul. Cheril begitu ingin keluarga lengkap, dia dan Hana bersatu. Apakah mungkin bisa? Itu berarti dia menjadi perusak rumah tangga orang. Walaupun memang rumah tangga itu sedang retak. Terlebih bagaimana dengan Marsha yang sudah dia beri harapan? "Yah, udah." Kata Cheril. Makanan di piring habis tanpa sisa. Hal yang membuat Rizal kagum, biasanya anak seusia Cheril akan pilih-pilih makanan atau menyisakan makanan di piring. Cheril berbeda, dia sangat menghargai makanan. Selesai makan mereka mampir ke mushola, shalat dzuhur sebelum ke rumah sakit. Hujan masih deras di luar. Membuat jalan berlubang tergenangi air. "Yah, sepatu Elil." Bocah itu melihat ke teras mushalla. Sepatunya tidak ada. "Tadi Cheril taruh mana?""Cini."Dia menunjuk sepatu Rizal dan Pak supir. Hanya sepatu mil
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

33. Rizal Kecil

Langit gelap dengan gumpalan awan hitam yang menurunkan hujan, rumput hijau di halaman rumah sakit basah dan tergenang air. Cheril mengulurkan tangan merasakan tetesan air hujan dengan telapak tangannya, matanya mendongak ke langit. Belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti. Kepalanya menoleh ke belakang, tadi Ayahnya menyuruh dia keluar ruangan bersama supir. Menunggu di luar karena harus bicara berdua dengan neneknya. Tidak tahu apa yang dibicarakan sampai dia tidak boleh dengar. "Non Cheril keliling rumah sakit bareng Mbak, yuk." Ajak perawat neneknya yang berjongkok menyeimbangkan tubuh dengan Cheril. Bocah itu tidak kenal, kata Ayah tidak boleh ikut dengan sembarang orang. Nanti diculik. Cheril menoleh ke Seno, supirnya. Pria berkumis itu mengangguk. "Biar saya temani juga," katanya. Setelah mendengar itu Cheril baru mengangguk setuju, dia menerima uluran tangan perawat nenek. Berjalan keliling rumah sakit dan melihat banyak hal. Sementara itu di dalam kamar, suasana
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

34. Mudik Lebih Cepat

Kali ini Rizal berani menatap mata ibunya, meski terlihat tegar di luar. Hatinya terasa tercabik. Kerinduan yang lama terpendam berubah menjadi kebencian. Pertanyaan yang tersimpan berubah menjadi hardikan. "Kamu... mengalami semua itu?" "Aku bukan anak yatim, kenapa harus tinggal di panti asuhan sampai besar?" tanyanya. Itulah pertanyaan yang sering terlintas di pikirannya, dia sama seperti anak lain. Memiliki kedua orang tua yang lengkap. Tapi kenapa dibesarkan di panti asuhan? Kenapa Tuhan begitu tidak adil padanya. Dia sering menyalahankan semua yang terjadi."Maaf...." Ibunya menangis tersedu-sedu. "Maaf... Anakku. Maaf...." Ibu terus menangis. Air mata Rizal menggenang di sudut matanya, segera dihapus sebelum jatuh. Kalimat maaf dari ibunya terasa menjadi hujan di hatinya yang gersang. Segala pertanyaan dan rasa sakit terjawab. Hidupnya yang gelap tanpa kasih sayang, merasa bahwa tidak diinginkan dan dibuang. Kini dia tahu bahwa sebenarnya ibu menyayanginya. Tidak sepenuhn
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

35. Cengkraman

Bayi dalam gendonganku menyusu dengan semangat, berjenis kelamin perempuan dengan berat 3,1 kilo gram. Lahir lebih cepat dua minggu dari perkiraan normal. Terpaksa cecar karena ketuban kering. Mungkin karena banyak pikiran dan aku tidak menjaga kondisi tubuh, juga karena stres dengan semua masalah yang sedang terjadi. Bayiku keluar lebih cepat. Aku tahu Diandra sudah berusaha semaksimal mungkin, mengurusku selama seminggu di rumahnya dan menyembunyikan keberadaanku dari Mas Malik. "Ratih pulang duluan, besok akan ke sini lagi. Gara-gara kamu uangku habis." Kata Mas Malik mendengus kesal. "Aku akan berusaha menggantinya, jadi ceraikan aku." Mendengar itu matanya nyalang menatap, seakan bisa memakanku bulat-bulat. Aku memalingkan wajah, melihat ke arah lain dengan embusan napas. Lelah mengatakan hal yang sama berulang-ulang."Aku tidak akan melepaskan dirimu apapun yang terjadi." Ancamnya. Beberapa hari yang lalu, Diandra membawaku ke rumah sakit yang ada di kota Metro. Dekat denga
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

36. Ramaniya

Pagi harinya aku dikejutkan dengan tamu yang tidak pernah disangka. Berdiri di depan pintu dengan dahinya yang berkerut, melihatku dari atas sampai bawah. Memang penampilanku tidak terurus. Aku cuma pembantu di rumah ini, mana mungkin bisa berdandan. "Hana, apa kabar?" "Kak Afrizal kenapa ke sini? Apa Kakak ingin mengembalikan Cheril? Ini kan belum lebaran." Apa dia tidak menerima Cheril dan mau mengambalikan anak itu? Kupikir Cheril diterima, ternyata tidak. Padahal tinggal seminggu lagi lebaran. Kasihan Cheril yang ingin lebaran bersama ayahnya. Keinginan kecil anak itu tidak bisa terwujud. Miris."Tidak, aku tidak akan mengembalikan Cheril ke sini. Aku hanya ingin bertanya, apa--""Siapa yang bertamu?" tanya Mas Malik. Aku segera menoleh ke belakang. "Masuk dulu, Kak." Aku mempersilakan Kak Afrizal masuk ke dalam, matanya melihat ke sekeliling ruangan sebelum duduk di kursi. Mbak Ratih keluar kamar dengan menggendong anakku. "Anda siapa?" Tanya Mas Malik setelah duduk. "Saya
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

37. Teman Elil

Akhir-akhir ini hujan terus turun, mengguyur kota Bandar Lampung. Rizal pulang tanpa membawa Hana, menemui Cheril yang langsung menyambutnya di depan pintu. Ada pengasuh yang sudah dia sewa, Bi Mita. Warga asli Bandar Lampung berumur separuh baya dan melalui proses seleksi. Total ada tiga pekerja di rumah ini. Satu pria penjaga rumah dan gerbang, satu tukang masak dan beres-beres rumah dan satu lagi khusus untuk merawat Cheril. "Ayah, Ibu ana?" tanya Cheril. Tangan kecil itu membawa boneka yang kemarin meraka beli di mall.Rizal mengelap lengannya yang terkena air hujan, lalu berjongkok. Menyeimbangkan tubuhnya dengan bocah itu. "Ibu belum bisa bareng kita, tunggu sampai lebaran, ya?" Wajah Cheril tampak murung, senyumannya hilang. Padahal sudah berharap bisa berjumpa dengan ibunya ketika ayah pamit akan ke rumah Om Malik. "Iya, Elil unggu." Jawabnya. Kepala kecilnya mengangguk. Rizal mengusap kepala bocah itu sembari tersenyum, tidak mungkin menceritakan keadaan yang sebenarnya.
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

38. Keluarga Rizal Yang Lain

Sepanjang perjalanan, Cheril terus berceloteh. Menceritakan apa saja yang terlintas di benaknya. Rizal menyukai itu. Dibandingkan pertama bertemu, sekarang Cheril jauh lebih aktif. Tidak pemalu lagi dan berani meminta sesuatu padanya. Pertumbuhan seperti itu yang Rizal inginkan untuk Cheril, menjadi balita yang riang dan serba ingin tahu. Dulu Cheril tidak seperti itu. Pendiam dan takut melakukan kesalahan, takut dipukul dan dimarahi. Seperti trauma. Kasih sayang yang Rizal berikan terus menerus membuat Cheril perlahan berubah, senyumannya terlihat bahagia bukan terpaksa. Sorot matanya berbinar bukan lagi rasa takut. Hanya satu yang kurang bagi Cheril, yakni keluarga lengkap. Pertumbuhan paling utama bagi seorang anak yakni memiliki ayah dan ibu. Hal yang sulit diwujudkan untuk Cheril. Setelah satu jam akhirnya mereka sampai di panti asuhan, tepat jam empat sore. Bunda menyambut kedatangan Rizal, anak asuh yang paling sukses dibandingkan lainnya. "Assalamualaikum, Bun." "Waalaik
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

39. Alat Penyadap

Setelah menyusun rencana dengan Kahfi selesai, Rizal memutuskan pulang bersama Cheril. Bocah kecil itu tertidur di mobil dengan memeluk bonekanya. Sampai di bandar Lampung pukul sepuluh malam.Lampu kelap-kelip menghiasi sepanjang perjalanan. Kota yang mengajarinya arti dewasa dan mandiri. Mencari nafkah sendiri dan meraih gelar S1. Juga tempatnya bertemu dengan Hana... cinta pertamanya. Mobil berbelok memasuki daerah Kedamaian, rumah yang dia hadiahkan untuk Cheril berada. Berharap bisa pulang ke sini dengan Hana juga. Rizal takut terlalu berandai-andai, kesalahannya di masa lalu begitu besar. Bisa jadi penderitaan Hana dan Cheril di rumah Malik akibat dari kesalahannya. "Selamat malam, Tuan." Penjaga rumah, Bang Manto membukakan gerbang. "Malam." Mobil masuk ke dalam halaman rumah, langsung ke garasi. Lalu Rizal menggendong Cheril sampai ke lantai dua. Menidurkan bocah yang terlelap itu di ranjang. Menyelimuti dengan penuh kasih sayang sebelum pergi dan menutup pintu. Rumah mew
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

40. Percikan Api

Sebenarnya alat penyadap itu juga terhubung langsung dengan ponselnya, namun dia tidak bisa mengecek karena keterbatasan waktu. Terlebih tadi malam ternyata Yuno mengeluh tidak bisa mengerjakan tugas kantor sendirian. Alhasil pekerjaan tetap dibagi dan dia kerjakan sampai sahur. Jika tidak dibantu maka ketika cuti bersama Yuno akan tetap bekerja, tidak bisa mudik ke Lampung. Kasihan keluarga di sini jika sampai Yuno tidak pulang."Seperti dugaan, mereka memperlakukan Hana dengan kasar. Bayi Hana tidak boleh digendong ibunya selain saat menyusui, juga membuat Hana menjadi pembantu di rumah itu dengan terpaksa." Mendengar itu tangan Rizal mengepal, ingin segera menghancurkan Malik dan keluarganya. "Baiklah, terus awasi mereka dan laporkan pada saya setiap hari.""Baik."Pria bertopi hitam itu beranjak pergi meninggalkan rumah, Rizal membereskan berkas di meja sebelum Cheril pulang. Tadi pagi dia menyuruh Bi Mita membawa Cheril jalan pagi. Membiarkan anak itu menghirup udara segar supay
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status