Semua Bab Love Breaking Contract: Bab 21 - Bab 30

33 Bab

20. Di Rumah Sakit

Aku bermimpi aneh. Naik turun gunung, keluar masuk hutan, dan menyebrangi danau hening dengan perahu kayu kecil. Seperti mencari sesuatu yang tidak kuketahui. Mataku masih terpejam ketika mimpi itu perlahan mengabur dan sebagai gantinya terdengar suara 'bip bip' pelan tidak jauh dari tempatku berbaring. Sial, dadaku terasa sangat nyeri. Begitu pula dengan tangan, bibir, dan kedua kakiku. Meskipun sakit dan merasa tidak berdaya, aku ingin meneriakkan sumpah serapah ketika ingatan mengenai kejadian dengan Rody kemarin menyeruak masuk ke dalam ingatanku. Dokter dan perawat yang masuk ke dalam ruanganku harus bersyukur kepada bibirku yang sobek karena telah mencegah 'nyanyian' preman terminal keluar dari mulutku. Setelah mengecek beberapa hal, mengamati papan dengan dahi mengernyit, dokter itu menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi fisikku, kemudian pergi dengan menyampaikan salam yang menurutku terlalu ramah. Oke, sekarang aku mulai marah. Aku sudah mendengar tentang be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-23
Baca selengkapnya

21. Pasif-Agresif

"Kira-kira apa arti mimpi itu, Genta?" Tanyaku sambil menyesap secangkir teh. Genta memandangku seolah aku sudah gila, atau sedang mabuk. "Ah..," jawabnya sambil menyusun kembali tumpukan kertas yang terbawa angin. Bekerja di halaman belakang rumah begini memang tidak ideal, tapi aku sudah bosan karena tidak keluar rumah begitu lama. "Maaf, Bu Fiona. Tapi saya bukan ahli tafsir mimpi," Genta menumpuk kertas itu di meja lalu menindihnya dengan vas bunga. "Dan lagi, bukankah Anda sedang dalam pengaruh obat ketika bermimpi mendayung di danau itu?" Tanya Genta membuatku tidak sabar. "Sudahlah. Tidak usah kau pikirkan," kataku menyerah. Tentu saja, aku sudah tahu maksud dari mimpi yang merupakan manifestasi dari kegusaran yang sudah kurasakan belakangan ini. Aku hanya butuh penegasan. Walaupun merupakan kesalahanku sendiri karena mencari penegasan kepada mantan playboy Grayscale. Sebenarnya, Genta juga terlihat tidak tertarik dengan cerita tentang mimpiku. Dia tampak senewen karen
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-24
Baca selengkapnya

22. Vila

Matahari bersinar dengan terik. Jenis yang menyilaukan dan membakar kulit, walaupun jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Tidak mengherankan, aku sedang berada di tepi pantai. Vila tempat kami bersembunyi, atau dengan alasan yang kami katakan kepada orang-orang: "bulan madu" atau "menyendiri untuk menyembuhkan trauma", tergantung kepada siapa kami berbicara, terletak di tepi pantai. Yang, jujur saja, sangat bagus. Aku terbengong-bengong melihat vila besar dengan pemandangan halaman belakang sebuah pantai landai yang sangat sepi (mungkin karena area pribadi? Aku tidak tahu pasti). Aku pasti akan melompat kegirangan kalau saja kakiku tidak sedang patah. Tapi kesenangan tersebut hanya kurasakan sebentar saja, ada banyak hal yang mengingatkanku kalau ini bukanlah liburan untukku. Apalagi bulan madu. Pertama, aku sempat demam ketika hendak berangkat ke bandara. Tapi sudah membaik pada saat kami naik ke dalam pesawat. Terimakasih kepada obat yang diberikan oleh dokter Heru, d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-25
Baca selengkapnya

23. Breaking Moment

Mataku mungkin bengkak sebesar bola tenis tapi aku tidak peduli. Aldo menatapku dengan penuh perhatian sementara aku masih terisak. "Kau.. Tidak merasa jijik padaku?" Tanyaku lagi, ketika aku sedikit lebih tenang. "Yang menjijikan adalah Rody," Aldo menggenggam kedua tanganku dengan erat, menambahkan penekanan pada kata-katanya. "Tidak ada hal lain yang ingin kulakukan selain memelukmu dan mengatakan bahwa kau akan baik-baik saja." "Lalu kenapa tidak kau lakukan?" Tanyaku. "Kau mengalami semua ini karena aku tidak mampu melindungimu," Aldo menunduk. Bahu lebarnya tiba-tiba tampak tidak terlalu kokoh.Aku jadi iba padanya. Yang kualami memang sangat buruk, tapi bagi Aldo ini sama buruknya.Kami sama-sama terluka. "Bukankah kita sepakat kalau semua ini adalah salah Rody?" Sekarang giliranku menghibur Aldo. "Dan kau juga adalah orang yang menyelamatkanku, kalau bukan karena kau, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi." Tentu saja aku tahu apa yang akan terjadi. H
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-25
Baca selengkapnya

24. Hasrat

Apa gunanya ke pantai kalau tidak bermain-main di atas pasir dan bersantai sambil minum air kelapa? Aku malah menghabiskan waktu seharian dengan tiduran seperti orang sakit. "Kau memang sedang sakit. Tadi pagi kau demam, ingat?" Kata Aldo ketika aku berusaha menjelaskan bagaimana caranya menghabiskan waktu ketika sedang liburan di pantai. Dia kembali menjadi Aldo yang manis dan protektif. Aku akan dengan senang hati tinggal di dalam kamar seharian kalau saja ada kegiatan yang lebih menarik yang bisa kulakukan di sini. Tahu apa maksudku, bukan? Dengan kondisi sekarang ini-kami yang sudah berbaikan-tentu saja aku memiliki harapan besar ketika Aldo menuntunku masuk ke dalam kamar. Tapi ternyata dia hanya ingin tidur sambil berpelukan. Oh, Aldo yang manis. Aku menikmatinya, tentu saja. Tidak ada yang lebih nyaman di dunia ini selain berada di dalam rengkuhan dada bidang milik Aldo. Aku mengutuk diriku sendiri yang berharap untuk dapat tinggal di dalam pelukan Aldo untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-28
Baca selengkapnya

25. Aftertaste

Benar kata Aldo, dia memang tidak segan-segan. Dia melakukan hal-hal yang tidak pernah kubayangkan-atau kulakukan-sebelumnya. Dan, melakukan 'itu' di meja dapur adalah salah satunya. Tentu bukan hanya di situ saja Aldo menunjukkan ketidak-seganannya. Setelah membuat punggungku sakit karena berbaring di atas meja kayu jati yang keras, dia membopongku masuk ke dalam kamarnya. Saat kupikir kami seharusnya tidur, dia melanjutkan aksinya.Seharusnya dia menunjukkan belas kasih mengingat semalam adalah pertama kali kami melakukannya. Benar-benar deh. Bagaimana dia bisa menahannya selama ini? Aku berguling menjauhinya. Matahari sudah mulai tinggi dan aku ingin menutup tirai untuk mengurangi cahaya yang masuk melalui kaca jendela. "Mau ke mana?" Tanya Aldo setengah terpejam. "Sudah siang, memangnya kau tidak harus kerja?" Tanyaku sambil menyingkirkan tangannya dari atas perutku. Tapi dia malah semakin melingkarkan tangannya. "Tidak. Aku kan sedang bulan madu," katanya dengan wa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-02
Baca selengkapnya

26. Kembali ke Realita

Tidak kusangka hari ini kami sudah harus meninggalkan vila ini. Tempat yang awalnya terasa menyebalkan karena tidak sesuai dengan ekspektasiku-aku mengharapkan vila di pegunungan yang dingin-tapi malah terasa seperti rumah ketika kami sudah hendak pergi. Kemarin, melalui Galih, Pram Sastrajaya menyuruh kami segera kembali. Karena berita tentang kejadian waktu itu sudah mereda, dan karena Aldo harus segera kembali bekerja. Aku pun sudah merindukan Grayscale. Walaupun bukan perusahaan besar, tapi aku menyukai atmosfer di sana. Walaupun aku belum bisa membayangkan harus bersikap seperti apa jika bertemu dengan Rody nanti-dan aku tidak mau membayangkan barang secuil wajahnya-aku harus tetap berani melangkahkan kakiku. Setidaknya, itu yang harus kulakukan untuk mengatasi mimpi buruk yang belakangan kualami. Mimpi buruk yang, untungnya, seringkali terlupakan berkat sentuhan-sentuhan Aldo. Walau mungkin kurang tepat menyebutnya dengan 'sentuhan'. Aku mengamati baju tidur baruku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-04
Baca selengkapnya

27. Santi

Orang itu ternyata adalah seorang perempuan berparas cantik. Aku mengingatnya sebagai orang yang memiliki wajah imut yang tidak sejalan dengan sifatnya yang meledak-ledak. "Berikan pekerjaan padaku," katanya lagi, dengan nafas memburu. "Apa-ah, tenang dulu," aku memberikan kode kepada Meylia untuk melepaskan cengkraman tangannya, lalu menyuruhnya keluar, demi keamanan dirinya sendiri. Bagaimanapun, orang itu memiliki sabuk hitam taekwondo. "Apa yang kau lakukan di sini?!" Semburku pada Santi, orang tidak waras yang barusan menyerbu ruangan kantorku. "Aku orang yang loyal, kau tahu itu bukan?" Matanya masih menyala-nyala karena emosi. "Mm.. Oke?" Kataku lambat-lambat. "Aku sudah begitu bersabar menghadapi Jasmine, tapi kali ini aku sudah tidak bisa toleransi lagi," rambutnya yang dipotong bob pendek bergoyang-goyang ketika dia berbicara dengan penuh semangat. Agak sulit menganggap serius ledakan amarah dari seorang perempuan bertubuh mungil dan memiliki wajah imut yang ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-05
Baca selengkapnya

28. Chihuahua dan Pomeranian

"Kupikir mereka sudah tidak bertemu selama berminggu-minggu," bisik Santi pada Galih, tapi suaranya masih bisa kudengar. "Tuan Aldo tidak bisa berpisah dari Nyonya sehari saja, apalagi berminggu-minggu. Itu tidak mungkin," balas Galih. Mereka berdua mencondongkan diri satu sama lain agar bisa saling mengata-ngatai kami. Aku dan Aldo jadi tidak bisa fokus membaca buku menu yang kami baca bersama karena di depan kami ada dua orang yang tiba-tiba bisa jadi akrab karena menggosipkan kami berdua. "Aku bisa mendengarmu," kata Aldo menatap tajam ke arah Galih. Galih hanya cuek berpura-pura melihat ke langit sedangkan Santi berpura-pura menekuni buku menunya. "Sudah kubilang tidak usah membawa mereka," Aldo merengut memandang buku menunya. Aku jadi merasa bersalah. "Apa jadwal Aldo setelah dari Wale's?" Tanyaku kepada Galih. "Tidak ada jadwal lain, Nyonya," jawab Galih, jari telunjuknya berhenti menelusuri menu. "Kalau begitu, bawa dia pulang begitu rapatnya selesai," aku meniru
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-15
Baca selengkapnya

29. Kunjungan Nyonya Besar

Semua berjalan dengan mulus dan lancar. Seperti seorang atlet profesional menggelindingkan bola bowling dan kemudian "Strike!" sepuluh pin bowling pun jatuh bersamaan. Aldo bekerja dengan sangat baik di Grand Luxy, bahkan dapat melebihi ekspektasi Pram Satrajaya. Semua berawal dari idenya untuk meningkatkan citra "feels like home" yang mulai pudar dengan menggaet Ramoda, produsen perabot eksklusif bercita rasa seni tinggi. Yang juga terkenal tidak pernah sudi melakukan hubungan komersial dengan korporat besar mata duitan macam Luxy Group. Terimakasih kepada Genta, yang dapat mengambil hati Ramoda. Kehadirannya sebagai manajer operasional, dan bukan aku sebagai direktur (dan juga menantu Luxy Group) yang datang untuk berunding memberikan kesan bahwa kami memang berniat untuk bekerjasama, bukan untuk membajak image yang dimiliki oleh Ramoda. Begitulah, tidak lama setelah peluncuran kampanye "Gather as Family", Aldo dapat memenangkan tantangan yang diberikan ayahnya. Aku sempat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status