Semua Bab Pembalasan sang Kaisar Iblis: Bab 21 - Bab 30

32 Bab

BAB 21 - Dilema Adam

Kabar tentang keterlibatan Marquess Pierre dalam rencana Jean untuk memanaskan konflik di wilayah Denara cepat menyebar. Pierre dengan gesit memanfaatkan situasi ini untuk memainkan peran sebagai pahlawan rakyat yang berjuang untuk hak-hak mereka. Dalam pidatonya yang bergaung di seluruh Denara, dia berdiri di depan ribuan orang di alun-alun kota dan mulai berbicara."Rakyat Denara!" serunya dengan suara keras yang memenuhi alun-alun. "Kalian semua tahu betapa kerasnya kehidupan kita. Bangsawan-bangsawan ini, dengan kemewahan mereka, telah memeras kita untuk kepentingan mereka sendiri. Tetapi saya, Marquess Pierre, berdiri di sini hari ini sebagai suara kalian! Saya berjanji untuk memperjuangkan hak-hak kita, untuk mengakhiri penindasan yang telah terjadi selama ini!"Kata-kata Pierre disambut dengan sorakan dan tepuk tangan meriah dari rakyat yang berkumpul. Mereka terkesan oleh tindakan Marquess yang tampaknya berdiri di sisi mereka.Namun, di sisi lain, perkumpulan bangsawan Denara
Baca selengkapnya

BAB 22 - Kambing Hitam

Adam, Kaisar wilayah Denara, berada dalam posisi yang sulit. Meskipun dia berusaha menjaga keseimbangan antara Marquess Pierre dan bangsawan-bangsawan Denara, Pierre melihat kesempatan untuk meningkatkan dukungan dari rakyat. Dengan cepat, Pierre menyebarkan berita palsu bahwa Adam lebih memihak bangsawan dan berencana merenggut hak-hak rakyat.Sebaran berita tersebut mempengaruhi opini publik dengan cepat. Rakyat yang semula berpihak kepada Kaisar Adam mulai mempertanyakan kesetiaannya. Dukungan terhadap Pierre meningkat pesat, dan Kaisar Adam terpojok.Dalam upaya untuk memperkuat citra positifnya di mata rakyat, Adam memutuskan untuk mengadakan pertemuan terbuka di alun-alun kota. Namun, hal ini menjadi kesalahan fatal. Sebagai bagian dari rencana Pierre, sekelompok pemberontak menyerang rakyat tepat saat pertemuan berlangsung. Kejadian tersebut segera dikaitkan dengan Adam, meskipun dia sama sekali tidak mengetahui dan tidak terlibat.Rakyat yang melihat serangan pemberontak itu se
Baca selengkapnya

BAB 23 - Akhir yang diharapkan

Keesokan harinya setelah pengunduran dirinya, Kaisar Adam meninggalkan Denara secara diam-diam. Dia meninggalkan wilayah itu dengan perasaan hampa dan terluka, tidak pernah membayangkan bahwa tindakan yang tidak bersalah akan mengubah hidupnya sedemikian rupa.Adam dan beberapa bangsawan setia yang mendukungnya meninggalkan Denara menuju kekaisaran yang mereka tinggalkan di belakang. Mereka tidak bisa mengungkapkan rasa sakit yang mendalam yang mereka rasakan. Dalam perjalanan pulang, Adam berbicara dengan bangsawan-bangsawan tersebut, merenungkan apa yang telah terjadi."Siapa yang akan percaya bahwa aku, seorang Kaisar yang selalu berusaha untuk kebaikan rakyatnya, akan dituduh sebagai tiran?" tanyanya dengan nada yang penuh dengan kesedihan yang tak terucapkan.Bangsawan-bangsawan yang mendampinginya hanya bisa meratap, merasa putus asa oleh ketidakadilan yang telah mereka alami. Mereka merasa kehilangan rumah kedua mereka dan masa depan yang mereka bayangkan.Sesampainya di kekaisa
Baca selengkapnya

BAB 24 - Pengkhianatan Jean

Adam kembali ke kekaisaran dengan demo dari segala wilayah terkait kasus Denara. Di Kekaisaran Vanrize, Adam ditahan sebagai penjahat dan akan diturunkan dari tahtanya. Pengalihan jabatan Kaisar. Kembali di Kekaisaran Vanrize, Adam datang dengan harapan besar bahwa kebenaran akan terungkap dan bahwa ia akan mendapatkan dukungan yang pantas sebagai Kaisar yang dituduh dengan tuduhan palsu. Namun, apa yang menantinya di sana adalah penghianatan yang lebih dalam dan rasa kekecewaan yang mendalam.Segera setelah tiba di istana, Adam ditahan oleh pasukan keamanan yang setia kepada Jean, orang yang telah menggulingkannya dari tahta Denara. Dia diperlakukan dengan kasar, dipaksa menyerahkan simbol kekuasaannya, dan dikurung dalam sel yang gelap."Saya adalah Kaisar Vanrize yang sah! Saya telah dituduh dengan tuduhan palsu di Denara, dan saya akan membuktikan bahwa saya tidak bersalah," teriak Adam dengan keras, meskipun dia tahu bahwa suaranya hanya akan bergema di dinding sel gelap itu.Se
Baca selengkapnya

BAB 25 - Sel Penjara

Dalam sel yang gelap itu, Adam merasa semakin terisolasi dan putus asa. Setiap hari yang berlalu membawanya lebih dalam ke dalam jurang kegelapan dan kehampaan. Ia merasa dirinya hanyalah bayangan dari Kaisar yang pernah memerintah dengan gagah berani.Saat itu pagi hari, matahari belum menyinari dunia luar, dan Adam hanya dapat merasakan udara dingin dan lembab yang merayap masuk melalui celah-celah di tembok selnya. Dia terbaring di lantai yang keras dan kotor, tanpa baju dan hanya memiliki baju tidur tipis yang digunakan untuk menghadapi dinginnya sel gelap.Tiba-tiba, pintu sel terbuka dengan keras. Adam mengangkat kepalanya dan melihat seorang prajurit pasukan keamanan Vanrize yang berdiri di ambang pintu. Matanya tajam, dan dia memegang tombak dengan tangan yang mantap."Bangun, Kaisar," kata prajurit itu dengan nada yang tegas. "Pengadilan Anda akan dimulai hari ini."Adam bangkit perlahan, tubuhnya lemah dan kaku karena lamanya penahanan. Dia mengikuti prajurit itu keluar dari
Baca selengkapnya

BAB 26 - Terungkap

Selama beberapa minggu berikutnya, para faksi loyalis Kaisar Adam bekerja keras mempersiapkan langkah-langkah berikutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa waktu bekerja melawan mereka, dan semakin lama Jean berkuasa, semakin sulit untuk membuktikan kebenaran.Countess Elara, selalu menjadi pemimpin kelompok ini, mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang masih memiliki keraguan terhadap pemerintahan Jean. Mereka berkumpul di kediaman salah satu bangsawan yang setia kepada Kaisar Adam, dalam ruangan gelap yang hanya diterangi oleh beberapa lilin yang berkedip-kedip."Kita harus mencari cara untuk mengungkap kebenaran," kata Countess Elara, suaranya penuh tekad. "Kita harus menemukan bukti yang kuat bahwa surat perintah suksesi kekaisaran yang digunakan oleh Jean adalah palsu."Salah satu bangsawan yang hadir mengangguk setuju. "Tapi bagaimana kita bisa mendapatkan bukti yang sah? Jean sangat waspada dan memiliki mata-mata di seluruh istana."Countess Elara men
Baca selengkapnya

BAB 27

Dalam persembunyian mereka di hutan yang gelap, Adam dan para pendukung terakhirnya merencanakan langkah selanjutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat dan bijaksana, karena Jean tidak akan tinggal diam.Adam, dengan rasa tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, memimpin pertemuan ini. "Kita memiliki bukti bahwa surat perintah suksesi kekaisaran yang digunakan oleh Jean adalah palsu. Kita harus membawanya kepada bangsawan-bangsawan yang masih memiliki keraguan terhadap pemerintahannya."Mereka merencanakan untuk melakukan perjalanan diam-diam ke beberapa kota di Vanrize untuk bertemu dengan bangsawan-bangsawan yang setia kepada Adam dan yang menolak tunduk pada Jean. Mereka akan membawa bukti tentang surat perintah palsu tersebut dan mencoba meyakinkan mereka untuk bergabung dalam perjuangan mereka.Selama perjalanan mereka, mereka harus tetap waspada terhadap mata-mata Jean yang mungkin mengintai di setiap sudut. Mereka bergerak dengan hati-hati, me
Baca selengkapnya

BAB 28

Dalam kegelapan hutan yang penuh misteri, Adam dan para pengikutnya bersembunyi, merencanakan serangan besar-besaran untuk merebut kembali tahta yang sah dari tangan Jean. Mereka tahu bahwa hanya dengan tindakan tegas dan keberanian mereka dapat menghentikan tirani Jean dan mengembalikan keadilan ke Vanrize yang terhimpit oleh kekuasaannya.Kegelapan malam memenuhi hutan, hanya diterangi oleh gemerlap api unggun kecil yang mereka nyalakan untuk memasak dan memanaskan diri. Adam duduk di antara para pengikutnya, wajahnya yang penuh tekad memancarkan keyakinan."Kita harus bertindak cepat," ujar Adam dengan tegas. "Jean semakin kuat dengan setiap hari yang berlalu, dan kita tidak bisa membiarkan tiran ini terus merajalela di tahta yang seharusnya menjadi milik kita."Para pengikutnya yang tersisa mengangguk setuju. Mereka telah melewati banyak rintangan dan risiko, dan semangat mereka tidak pernah pudar."Kami telah berhasil meyakinkan banyak bangsawan untuk bergabung dalam perjuangan k
Baca selengkapnya

BAB 29

Dalam kegelapan malam, di luar gerbang istana Vanrize, Adam bersiap untuk pertempuran besar yang akan menentukan nasib Vanrize. Dia berdiri bersama Zenon dan pasukan iblisnya, yang siap untuk membantunya melawan pasukan Jean yang kuat.Adam melihat ke arah Zenon dan berkata, "Waktunya kita memulai ini. Kita harus merebut kembali istana dan mengakhiri pemerintahan tirani Jean."Zenon mengangguk dan menggerakkan tangannya. Dengan cepat, pasukan iblisnya meluncur ke dalam kegelapan, menuju pasukan Jean yang berjaga di sekitar istana. Mereka muncul secara tiba-tiba, menyerang dari segala arah, dan pertempuran pun pecah.Suara teriakan, benturan senjata, dan hujan panah mengisi udara saat dua kekuatan bertempur dengan sengit. Adam memimpin pasukannya, pedangnya berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia merobek masuk ke dalam barisan pasukan Jean, berjuang dengan penuh semangat dan tekad."Demi Vanrize yang bebas!" teriak Adam, menginspirasi pasukannya.Zenon, dengan kekuatan iblisnya, membawa
Baca selengkapnya

BAB 30

Adam terduduk sendiri di ruang gelap, matahari yang menyinari kamar yang seharusnya indah ini sekarang hanya memberikan bayangan kepada penghuni ruangan yang penuh dengan keputusasaan. Buih-buih air mata mengisi matanya, mengingatkannya pada momen-momen pahit yang terus-menerus terulang dalam ingatannya.Dia adalah Pangeran Adam Adrellina Van, sang Putra Mahkota. Dahulu, hidupnya diwarnai dengan kemewahan dan kehormatan. Tapi sekarang, dia terjebak dalam kekacauan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Rakyatnya telah memberontak, dan mereka menyalahkan Adam sebagai dalang di balik pemberontakan di wilayah utara.Adam terisak pelan, mencoba menelan pil pahit ketidakadilan yang menghantamnya. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Bagaimana dia, yang pernah dicintai oleh rakyatnya, bisa berakhir sebagai pihak yang dicaci maki dan ditolak begitu keras?Kembali ke saat dia didemo oleh seluruh rakyat, itu adalah momen yang tak terlupakan. Mereka menghina dan mencemoohnya, melemparkan kata-k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status