Home / Romansa / Ikatan di Atas Kertas / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Ikatan di Atas Kertas: Chapter 51 - Chapter 60

93 Chapters

PART 50

Tanisha mendorong pintu yang terbuat dari kaca hingga terbuka lebar. Saat ia memasuki rumah bagi para buku itu, matanya langsung disambut dan dimanjakan oleh ratusan—bahkan mungkin ribuan buku—yang tersusun rapi di rak-rak yang berjejer dengan rapi pula. Kedua mata bulatnya berbinar senang. Perasaannya begitu antusias dan tak sabar untuk menyusuri setiap rak buku yang ada di sana. Tanisha langsung berjalan menuju rak yang khusus buku-buku non-fiksi hingga yang fiksi. Hatinya amat gembira, ia seolah tengah memasuki surga dunianya. Mungkin saat ini kausudah dapat menebak sedang berada di manakah Tanisha. Ya, gramedia. Alasan perempuan itu pergi ke tempat ini adalah untuk mencari buku yang akan ia jadikan referensi bagi cerita yang hendak digarapnya. Entah kunjungannya yang ke berapa kali ke tempat ini, bahkan buku-buku yang sebelumnya pun sudah begitu banyak tersimpan di rak buku miliknya. Buku memang selalu menjadi sumber informasi yang sangat valid dan dapat dipercaya mengenai apa
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

PART 51

Derap kaki Tanisha bergerak begitu cepat. Wajahnya tertekuk menahan tumpukan kekesalan yang menggunung di dalam hatinya. Sementara itu, dengan wajah tak berdosanya, Rezvan terus mengikutinya dan tak henti-hentinya menyamakan langkah kakinya dengan Tanisha. Rezvan seolah tak ingin menyerah begitu saja. Sebelum perempuan itu menerima permintaan maafnya, ia tak akan berhenti untuk terus mendekati Tanisha dan mengucap kata maaf berkali-kali. Padahal, tanpa ia sadari, hal itu justru membuat empunya merasa makin dilanda rasa kesal. "Cha, maafin gue, ya? Ya, ya, ya? Gue janji gak akan gitu lagi." Ditatapnya Tanisha dari samping yang ia rasa malah makin mempercepat langkah kakinya. Perempuan itu nampak tak menghiraukan ucapannya hingga membuat Rezvan merasa tak tenang dan tak enak hati. "Acha, jangan gini, dong. Gue janji gak akan mukulin orang sembarangan lagi, deh. Ya? Ntar cantiknya ilang, lho, kalo ditekuk mulu kek gitu mukanya," ujar laki-laki tersebut dengan niat membujuk Tanisha. Na
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

PART 52

Tumpukan kitab di atas meja turut menemani keheningan yang dirasakan oleh perempuan berusia 23 tahun itu. Cahaya remang-remang dari lampu belajar menyoroti salah satu kitab yang tengah dibacanya. Kedua matanya sedari tadi terus mengerjap. Wajar saja, gadis itu sudah duduk di tempat itu sekitar 2 jam. Merasa kedua matanya menjadi perih, ia pun lantas menutup kitabnya lalu mengusap kelopak matanya. Matanya itu terasa berat, mungkin karena sudah tak sanggup menahan kantuk. Gadis bernama April itu kemudian mengalihkan perhatiannya pada sebuah buku diari yang berada di tumpukan buku lain dan terletak paling atas. Diari dengan sampul putih itu kemudian ia buka dan ia baca halaman demi halamannya. Tulisan-tulisan ia goreskan beberapa tahun lalu itu ia baca kembali. Sesekali tawa renyahnya bergema menghilangkan suasana sepi sejenak. Diari itu berisi tulisan-tulisan tentang Aqlan. April memang telah mengagumi laki-laki itu sedari dahulu. Namun, perbedaan antara dirinya dan Aqlan membuatnya
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

PART 53

Rasa canggung berselimut keheningan seolah mengelilingi Tanisha dan Aqlan sedari memtari baru menampakkan dirinya. Masing-masing sibuk melalukan rutinitas di pagi hari tanpa memedulikan satu sama lain. Hari-hari yang mereka lewati secara sendiri-sendiri membuat hubungan yang sempat begitu dekat kini kembali merenggang. Tanisha tengah sibuk mencuci piring bekas memasak dan sarapan. Suara gemericik air serta denting sendok dan piring yang saling bersentuhan mengisi keheningan di area dapur yang cukup luas ini. Sementara itu, Aqlan asyik membaca-baca buku berisi materi untuk ia sampaikan pada anak didiknya nanti. Sudah menjadi hal yang biasa baginya untuk membaca-baca sekilas sebelum berangkat mengajar. Tanpa Tanisha dan Aqlan sadari, kerenggangan yang terjadi di antara keduanya justru telah membuat hubungan yang lain menjadi dekat. Tanisha dengan Rezvan yang makin hari makin saling bertaut pikiran, dan Aqlan dengan April yang walaupun keduanya saling diam, tetapi masing-masing selalu
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

PART 54

"Jujur, aku paling gak bisa kalo udah ditanya kayak gitu, Bang."Tanisha tertunduk lesu sambil memukul pelan lengan Aqlan yang berada di pahanya. Laki-laki yang tengah berjongkok di hadapan Tanisha itu dapat melihat raut kesal di wajah sang istri. "Terus? Kamu jawab pertanyaan Ummi kayak gimana?" tanya Aqlan sembari menggenggam tangan Tanisha. Perempuan itu menghela napas panjang. Kejadian di dapur siang tadi masih berputar di kepalanya. Di saat tak mampu berkata-kata kala mendapat pertanyaan dari ibu mertua. Ketika itu, Tanisha hanya mampu menjawab dengan alasan Allah belum memercayakan seorang anak padanya atau belum takdirnya. Namun, ia juga merasa bersalah karena telah berbohong mengenai hal itu. Ia merasa menjadi seseorang paling kejam di saat Raidah justru bersikap begitu baik padanya. "Ya udah, gak usah dipikirin. Mending kita jadiin harapan orang tua kita, hm?" ucap Aqlan mencoba menggoda perempuan itu. Tanisha yang merasa kesal pun lantas mendorong Aqlan hingga hampir ter
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

PART 55

Tanisha memasukkan pakaian-pakaiannya ke dalam koper besarnya. Semua barang-barang yang ia bawa ke rumah ini dimasukannya ke dalam tas. Gerakannya seperti terburu-buru, disertai derai air mata yang tak hentinya membasahi kedua pipinya. Ucapan-ucapan Aqlan yang bernada larangan tak ia pedulikan. Bahkan Tanisha berkali-kali mendorong tubuh laki-laki itu saat berusaha menghentikannya. Berkali-kali ia pun mengeluarkan kata-kata cacian pada suaminya itu. "Cha, tolong! Jangan kayak gini. Kita bisa selesain ini baik-baik."Tanisha yang semula sedang mengemas sisa barangnya lantas berdiri tegak dengan raut wajah yang nampak dingin. Matanya berubah sipit saking banyaknya ia mengeluarkan air mata. "Selesain baik-baik kamu bilang? Map itu udah kamu robek, Bang! Sadar gak, sih?!" Tanisha berteriak sekencang-kencangnya, seolah tengah mengeluarkan beban yang selama ini dipendamnya. Aqlan mengusap wajahnya frustrasi. Kali ini ia benar-benar tak bisa menangani amarah istrinya yang begitu memuncak
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more

PART 56

"Tehnya, Cha."Afzar meletakkan secangkir teh dengan dua sendok gula pasir ke atas meja. Perempuan yang tengah duduk di kursi sambil menghadap ke arah jendela lantas menoleh ke sampingnya sekilas. Laki-laki itu tampak menghela napas lelah. Afzar mendekati Tanisha, lalu berjongkok di hadapannya. Perempuan itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut seolah udara pagi ini begitu dingin. Padahal nyatanya udara di pagi hari cukup segar dan tak terlalu dingin. Kedua mata Tanisha masih terlihat sembab. Ia juga terlihat tak bersemangat seperti biasanya. Perbedaan yang cukup drastis semenjak Afzar bertemu dengannya terakhir kali tentu membuatnya agak heran dan curiga. "Ada apa, sih, Cha? Kok, dari semalem diem mulu. Tadi ditanya sama Bunda pun jawaban kamu kayak gak yakin gitu. Kamu sama Aqlan baik-baik aja, kan?" tanya Afzar memecah keheningan di antara mereka. Tanisha tersenyum tipis. Kepalanya menunduk disertai helaan napas yang meluncur dari mulutnya. Selimut di tubuhnya ia naikkan dan
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

PART 57

"Sejak kapan kamu sama Aqlan bermasalah?"Afzar mengusap-usap kepala adiknya yang tengah bersandar di dada bidangnya. Tatapannya yang tajam mengarah lurus ke depan. Suara isak tangisnya Tanisha seolah telah membuat aura kakaknya terbangun. "Udah lama.""Kenapa baru cerita sekarang?" Tanisha mengangkat kepalanya menatap wajah sang kakak sejenak. Kemudian, ia kembali menyandarkan kepalanya ke tempat yang cukup nyaman itu sambil memeluk erat perut Afzar. "Aku nggak mau ngerepotin Abang ataupun Bunda sama Ayah. Aku pikir, aku bisa nanganin masalah aku sendiri," kata gadis itu dengan suaranya yang parau. Terdengar helaan napas yang lolos dari mulut Afzar. Tangannya yang besar turun, beralih mengusap lengan adik perempuannya tersebut. "Harusnya kamu gak perlu punya pemikiran kayak gitu. Kapan pun Abang bakalan siap denger keluh kesah kamu. Kenapa? Karena Abang tau kamu masih agak labil untuk bisa menangani masalah serumit itu," sahutnya lembut. Afzar merasa tak habis pikir dengan adikn
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

PART 58

Sepulang dari bertemu Aqlan, Tanisha hanya duduk diam sambil bersandar pada tembok dekat pintu balkon sedari tadi. Keduanya matanya begitu fokus menatap rintikan hujan yang turun membasahi bumi dengan derasnya. Ia nampak melamun. Entah sedang melamunkan apa. Afzar yang juga sedari tadi berdiri dekat pintu kamar sambil memandangi sang adik, menghela napas berat. Pikirannya terasa dipenuhi dengan permasalahan Tanisha yang seolah tiada berujung. Sulit baginya untuk memutuskan sesuatu yang begitu besar. "Cha, mau sampe kapan kamu gini? Abang sedih liat kamu gini terus," ujar Afzar, lalu berjalan mendekati adiknya. Laki-laki itu mengikuti arah pandang Tanisha. Hujan deras disertai angin yang cukup kencang membuat dedaunan berterbangan. Langitnya begitu mendung, persis seperti suasana hati Tanisha saat ini. Ya, itulah yang ada di pikiran Afzar. "Bunda sama Ayah bakalan ikut sedih kalo kamu cuma diem di kamar kayak gini. Ayo, keluar! Cerialah seperti biasanya!" ucapnya berusaha memberika
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more

PART 59

Suara krusak-krusuk di kamar Aqlan begitu jelas terdengar. Lantai kamar dipenuhi dengan berbagai macam benda yang berserakan. Sebuah koper berukuran sedang terlihat terbaring di samping ranjang. Sementara itu, Tanisha yang sudah berada di tempat ini sejak satu jam yang lalu masih sibuk mengemasi barang-barangnya yang belum sempat ia bereskan. Ia begitu sibuk dengan kegiatannya tersebut seolah ia lupa ada Aqlan yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah sedihnya. "Masih ada lagi?" tanya Afzar yang tengah membantu Tanisha mengemasi barang-barangnya. Posisinya saat ini tepat di meja kerja adiknya. "Dikit lagi. Kalau udah, langsung masukkin aja barang-barangnya ke koper, ya, Bang," sahut Tanisha agak dingin. Afzar mengangguk, lalu menghela napas panjang. Agak berat sebenarnya untuk mengikuti keinginan adiknya yang memilih mengemasi barang-barangnya miliknya dari rumah Aqlan. Berkali-kali dirinya mencoba meyakinkan Tanisha agar memikirkan hal ini lebih matang lagi, tetapi jawaban y
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status