Home / Romansa / Rembulan Untuk Mantan Pramuria / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Rembulan Untuk Mantan Pramuria: Chapter 31 - Chapter 40

49 Chapters

31. Mencari Bukti

Seorang wanita tua menatap tajam seorang pemuda yang baru menampakkan batang hidungnya pagi ini. Dimas memutuskan untuk bermalam di kosan Dewi tadi malam. "Baru pulang?! Jangan bilang semalam kamu tidur dirumah gadis jalang itu ya!" hardik Mayang yang sama sekali tidak digubris oleh pemuda tersebut.Dimas memasuki kamarnya yang berada di lantai dua, dan bersiap sekedarnya untuk bekerja. Pria itu membasuh wajah dan menggosok gigi, dia memilih untuk melewatkan ritual mandi paginya. Dia berjalan keluar dari kamarnya begitu pakaian kerja rapi membalut tubuh."Dimas berangkat, Pa," pamitnya kepada sang ayah yang tengah membaca koran di teras. "Loh, nggak sarapan dulu, Dim?" pria tua itu mengangkat kedua alisnya."Nanti aja, Pa," jawab Dimas kemudian menghambur ke arah mobil miliknya. Tak berselang lama mobil itu melaju meninggalkan rumah. Mayang yang menyaksikan kepergian Dimas di ambang pintu, kini berjalan dan mengambil posisi duduk di kursi teras yang bersebelahan dengan suaminya. "A
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

32. Pengakuan

Erin terjaga saat sebuah dorongan mengguncang bahunya. "Bangun, Rin, kamu ngga kerja?! Sudah jam enam," ucap seorang perempuan yang sedari tadi berusaha membangunkannya. "Emh? Sudah pagi?" tanya Erin sembari mengucek kedua matanya. Megan hanya memutar bola mata menanggapi ucapan Erin. Mood Megan berubah 180° semenjak ia mengetahui kebusukan Erin semalam. Ingin sekali Erin segera pergi dari ruangannya.Erin bergegas pulang untuk bersiap berangkat kerja, waktu masih tersisa 1 jam. Sepeda motornya dipacu dengan kecepatan tinggi agar segera tiba dirumah. "Bu ... kenapa semalam Ibu tidak pulang? Abel kangen Ibu." ucap lirih seorang gadis kecil berusia 3 tahun begitu Erin tiba dirumah. "Dari mana saja kamu?! Udah nggak ingat anak?! Abel nangis nyariin kamu semalaman!" hardik perempuan paruh baya yang mengenakan daster batik."Berisik! Baru juga masuk rumah, udah ngajakkin berantem!" sarkas Erin tak mau disalahkan.Perempuan paruh baya itu berjalan mendekat sembari mengendus-endus ke ara
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

33. Ramona hamil?

Seorang wanita tua berjalan mondar-mandir sembari mengepalkan kedua telapak tanganya. Wajahnya nampak begitu gelisah. 10 menit yang lalu ia mendapat kabar bahwa Lusi sahabatnya akan pulang. Sudah menjadi sebuah tradisi, mereka berdua akan mengkhususkan 1 hari untuk bersenang-senang. "Nggak cape, Ma? Mondar-mandir, sudah seperti setrikaan," seru seorang pria dengan rambut yang mulai dipenuhi uban. Mayang mencebik ke arah suaminya. Perasaan gelisah itu kian menjadi, ia siap meluapkannya kepada sang suami kalau-kalau suaminya hendak berjalan mendekatinya.Dan benar saja, pria tua itu menuruni tangga dan memutuskan untuk mendaratkan pantatnya di sofa yang terletak tak jauh dari Mayang saat ini berpijak. Tanpa menghiraukan lagi sang istri, ia mulai membuka lembaran koran yang datang pagi itu. Sang istri yang merasa kesal berjalan mendekatinya dengan kaki yang dihentakkan. Dengan kasar Mayang merebut koran dari tangan suaminya."Papa itu harusnya peka! Istri lagi gelisah begini malah bikin
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

34. Ditangkap Polisi

Keheningan yang mencekam terus saja meruang. Tak seorangpun dari mereka yang berusaha membuka percakapan. Dari kaca sepion tengah, Risman dapat melihat dengan jelas sang istri tengah melipat tangan di depan dada. Wajah cantik yang mulanya datang dengan riang, kini berubah muram bercampur amarah tak dapat disembunyikan. Laju kendaraan terasa begitu cepat meski pria berbadan tambun itu memperlambat laju kendaraan yang ia kemudikan. Astaga, apa yang akan aku katakan nanti jika Ramona menceritakan semuanya kepada Lusi? batin Risman yang kini merasa pikiranya seolah buntu. "Brakk! Duduk, dan jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Ramona!" seru Lusi seraya membanting pintu, membuat dua orang lain yang ada disana terperanjat kaget. Situasi rumah yang nyaman dipenuhi dengan atmosfer yang mencekam. Hal itu sangat nyata dirasa oleh gadis yang baru saja dinyatakan hamil. Ramona terus saja menunduk sembari mengepalkan kedua tanganya di atas lutut. Dia tidak dapat menemukan satu alasan pun untuk
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

35. Curahan hati Lusi

Sebuah cangkir kosong nampak masih bertengger dimeja seorang pria berparas rupawan. Terlihat begitu rapih dengan dasi bergelayut diantara kerah baju. Bersandar dagu sembari termenung menatap sang pujaan hati yang masih berkutat dengan pekerjaannya sebagai gadis waiters."Dim, sudah lama?" sapa seorang pria pemilik cafe kehadirannya tidak disadari."Setengah jam yang lalu, Om," jawab Dimas sembari menegakkan badan. Pandangannya kembali memburu keberadaan si gadis. Membuat Roy tertawa ringan."Dia masih disana, nggak bakalan hilang," Dimas membuang nafas sembari meregangkan otot-ototnya. "Kejadian yang Dewi alami akhir-akhir ini membuat aku khawatir, Om.""Sebagai sesama pria, Om bisa mengerti kekhawatiran kamu, Dim. Tapi kamu tenang saja, Erin sudah tidak lagi bekerja disini." "Baguslah, Om. Minta ijin boleh nggak, Om? Aku sama Dewi ada perlu sebentar," "Oh, silahkan, Dim. Langsung pulang juga nggak papa. Dia bekerja terlalu keras hari ini." ucap Roy dengan gamblang. "Hehe, nggak en
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

36.Perkelahian di kamar kos

Dewi meraba saku celananya saat dering ponsel mengusik konsentrasinya bekerja. Tertera nama Reni sebagai penelepon di layar benda pipih tersebut. Segera ia menyingkir dari keramaian agar dapat fokus mendengar apa yang hendak disampaikan lawan bicaranya. Meski kini ia tidak lagi satu tempat kerja dengan Reni, namun Dewi tetap berusaha menjaga hubungan pertemanannya dengan Reni agar tetap terjalin baik. "Hallo, Ren?" "Hallo, Wi! Apa kabar? Kamu nggak lupa kan sama aku? Sudah enak nih hidupnya, makanya udah nggak pernah ngasih kabar ke aku," ucap Reni dengan bibir mengerucut. "Maaf, Ren, akhir-akhir ini aku kerja soalnya. Kamu apa kabar?" tanya Dewi mengalihkan."Baik, Wi. Kebetulan aku lagi keluar, nih. Rencananya mau mampir ke kosan kamu.""Oh, iya Ren. Nanti aku share lok. Udah dulu ya? Aku mau lanjut kerja, da." Dewi mengakhiri percakapan telepon dan berniat untuk kembali bekerja. Sayup-sayup terdengar suara sumbang yang cukup memantik rasa penasarannya dari arah loker. Ia pun meng
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

37. Balas Dendam

Reni berjalan gontai disebuah trotoar. Deru suara kendaraan tidak membuatnya merasa sedikitpun terganggu, lebih tepatnya, tidak ia pedulikan. Berbalut pakaian cukup minim. Sebuah hotpants dan kaos bewarna putih ketat. Sudah menjadi umum jika banyak orang dijalan menubrukkan pandangan mereka padanya. Paha dan bagian tubuh atas terekspos begitu jelas. Sesekali pengguna jalan membleyer kendaraan dan berteriak menggoda, namun semua itu tidak cukup membuatnya merasa terhibur. Justru bertambah dongkol. Bayangan tentang Eva yang meledak-ledak terus berulang secara brutal di dalam kepalanya. Jika menelaah lebih jauh, memang pantas jika Eva begitu membencinya. Sesama perempuan, Reni bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan Eva, namun itu tidak membuatnya urung merusak hari bahagia Eva. Cintanya terhadap pria bernama Riko membuatnya gelap mata, terlebih saat itu dia sedang mengandung janin hasil hubungannya dengan Riko. “Analoginya seperti kucing, Ren. Kucing nggak akan pernah nolak jika
last updateLast Updated : 2023-02-26
Read more

38. Bisik-bisik tetangga

Bel tanda istirahat berbunyi. Para siswa berhambur ke satu tempat yang sama. Kemana lagi kalau bukan kantin? Kantin memang pilihan yang tepat bagi para siswa untuk melewatkan jam istirahat. Beragam makanan dijual disana. Mulai makanan ringan sampai makanan berat. Riska berjalan ke sebuah bangku di paling pojok untuk menghindari tatapan para siswa laki-laki. Satu mangkuk berisi seblak sudah berada ditangan. Sudah tak sabar rasanya untuk segera menikmati hidangan berkuah itu.“Mau duduk dipojok lagi, Ris?’’ Riska mengangguk, sementara Dian berjalan membuntuti.“Seneng banget kamu duduk di pojok, Ris.’’Dian meletakkan mangkuk miliknya. “Seneng aja, Yan. Disini lebih tenang.’’ singkatnya.Riska malas menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Dia kerap kali menjadi buah bibir siswa laki-laki karena parasnya yang manis.Gadis itu mulai meniup sesuap makanan yang hendak ia suapkan ke dalam mulut. Sementara satu tangannya memegangi rambut, agar tidak tercelup kedalam kuah seblak.“Aih … Nggak di k
last updateLast Updated : 2023-03-03
Read more

39. Senja di tepi danau

Dalam hidup, suka dan duka selalu datang silih berganti. Akan hambar rasanya jika setiap hari hanya dihiasi warna indah pelangi, tanpa badai topan yang sesekali datang menjelma sebagai bentuk ujian. Untukmu yang sedang bersedih, angkatlah kepalamu. Tuhan menghendaki kebahagian datang kapan saja dan kepada siapapun yang Dia kehendaki. Jalannya dipenuhi dengan kelokan, bahkan curam. Biarkan sabar menjadi sahabat dalam menapakinya. Bukankah butuh usaha untuk mereguk air sejuk yang terdapat di pegunungan tinggi?Mata Dewi berbinar penuh ketakjuban saat seorang pelayan di suatu toko perhiasan memperlihatkan berpasang-pasang cincin dengan bentuk yang menawan. Ketika ia menoleh, pria berpenampilan maskulin di sebelahnya hanya tersenyum sembari menaikkan alis. Memberi isyarat agar Dewi segera memilih satu diantara benda-benda berkilau yang ditunjukan kepadanya. “Dim, aku tidak sedang berulang tahun. Pun jika ini sebagai hadiah ulang tahun, ini terlalu mahal buat aku.” Gadis itu mengatupkan ke
last updateLast Updated : 2023-03-08
Read more

40. Kesempatan Terakhir

Dewi melepas apron saat jam istirahat kerjanya tiba. Bergegas dia berjalan dan menyimpan apron itu kedalam loker miliknya. Langkahnya terhenti saat mendapati Dhio berada disana. Tanpa pikir panjang, Dewi mendekati pria itu.“Dhio.” Sapa Dewi membuat pria itu terperanjat. Nampaknya pria itu terlalu focus pada ponsel yang ada ditangannya, sehingga tidak menyadari kedatangan Dewi.“Oh. Kamu, Wi.” Ucapnya datar dan kembali menatap layar ponsel.Dewi berdeham saat matanya mendapati pria itu kembali sibuk dengan ponselnya. Ternyata dehaman Dewi tidak berhasil membuat pria itu berbalik menatapnya. Gadis itu menggelengkan kepala dengan kesal.“Ada yang ingin aku tanyakan, Dhio.”“Silahkan.” Pria itu menjawab tanpa menoleh. Masih sibuk dengan ponsel dalam genggamannya. Kali ini Dewi merasa kesal dibuatnya. Bukankah akan lebih baik kita menatap lawan bicara saat berbincang?“Kamu serius kan, sama Anne?” Dewi berucap dengan sangat hati-hati. Khawatir jika Dhio tersinggung dengan ucapannya. “Maks
last updateLast Updated : 2023-03-08
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status