Beranda / Romansa / Rembulan Untuk Mantan Pramuria / 36.Perkelahian di kamar kos

Share

36.Perkelahian di kamar kos

Penulis: Yeny Yuliana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-23 19:41:38
Dewi meraba saku celananya saat dering ponsel mengusik konsentrasinya bekerja. Tertera nama Reni sebagai penelepon di layar benda pipih tersebut. Segera ia menyingkir dari keramaian agar dapat fokus mendengar apa yang hendak disampaikan lawan bicaranya. Meski kini ia tidak lagi satu tempat kerja dengan Reni, namun Dewi tetap berusaha menjaga hubungan pertemanannya dengan Reni agar tetap terjalin baik.

"Hallo, Ren?"

"Hallo, Wi! Apa kabar? Kamu nggak lupa kan sama aku? Sudah enak nih hidupnya, makanya udah nggak pernah ngasih kabar ke aku," ucap Reni dengan bibir mengerucut.

"Maaf, Ren, akhir-akhir ini aku kerja soalnya. Kamu apa kabar?" tanya Dewi mengalihkan.

"Baik, Wi. Kebetulan aku lagi keluar, nih. Rencananya mau mampir ke kosan kamu."

"Oh, iya Ren. Nanti aku share lok. Udah dulu ya? Aku mau lanjut kerja, da." Dewi mengakhiri percakapan telepon dan berniat untuk kembali bekerja. Sayup-sayup terdengar suara sumbang yang cukup memantik rasa penasarannya dari arah loker. Ia pun meng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   37. Balas Dendam

    Reni berjalan gontai disebuah trotoar. Deru suara kendaraan tidak membuatnya merasa sedikitpun terganggu, lebih tepatnya, tidak ia pedulikan. Berbalut pakaian cukup minim. Sebuah hotpants dan kaos bewarna putih ketat. Sudah menjadi umum jika banyak orang dijalan menubrukkan pandangan mereka padanya. Paha dan bagian tubuh atas terekspos begitu jelas. Sesekali pengguna jalan membleyer kendaraan dan berteriak menggoda, namun semua itu tidak cukup membuatnya merasa terhibur. Justru bertambah dongkol. Bayangan tentang Eva yang meledak-ledak terus berulang secara brutal di dalam kepalanya. Jika menelaah lebih jauh, memang pantas jika Eva begitu membencinya. Sesama perempuan, Reni bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan Eva, namun itu tidak membuatnya urung merusak hari bahagia Eva. Cintanya terhadap pria bernama Riko membuatnya gelap mata, terlebih saat itu dia sedang mengandung janin hasil hubungannya dengan Riko. “Analoginya seperti kucing, Ren. Kucing nggak akan pernah nolak jika

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   38. Bisik-bisik tetangga

    Bel tanda istirahat berbunyi. Para siswa berhambur ke satu tempat yang sama. Kemana lagi kalau bukan kantin? Kantin memang pilihan yang tepat bagi para siswa untuk melewatkan jam istirahat. Beragam makanan dijual disana. Mulai makanan ringan sampai makanan berat. Riska berjalan ke sebuah bangku di paling pojok untuk menghindari tatapan para siswa laki-laki. Satu mangkuk berisi seblak sudah berada ditangan. Sudah tak sabar rasanya untuk segera menikmati hidangan berkuah itu.“Mau duduk dipojok lagi, Ris?’’ Riska mengangguk, sementara Dian berjalan membuntuti.“Seneng banget kamu duduk di pojok, Ris.’’Dian meletakkan mangkuk miliknya. “Seneng aja, Yan. Disini lebih tenang.’’ singkatnya.Riska malas menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Dia kerap kali menjadi buah bibir siswa laki-laki karena parasnya yang manis.Gadis itu mulai meniup sesuap makanan yang hendak ia suapkan ke dalam mulut. Sementara satu tangannya memegangi rambut, agar tidak tercelup kedalam kuah seblak.“Aih … Nggak di k

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   39. Senja di tepi danau

    Dalam hidup, suka dan duka selalu datang silih berganti. Akan hambar rasanya jika setiap hari hanya dihiasi warna indah pelangi, tanpa badai topan yang sesekali datang menjelma sebagai bentuk ujian. Untukmu yang sedang bersedih, angkatlah kepalamu. Tuhan menghendaki kebahagian datang kapan saja dan kepada siapapun yang Dia kehendaki. Jalannya dipenuhi dengan kelokan, bahkan curam. Biarkan sabar menjadi sahabat dalam menapakinya. Bukankah butuh usaha untuk mereguk air sejuk yang terdapat di pegunungan tinggi?Mata Dewi berbinar penuh ketakjuban saat seorang pelayan di suatu toko perhiasan memperlihatkan berpasang-pasang cincin dengan bentuk yang menawan. Ketika ia menoleh, pria berpenampilan maskulin di sebelahnya hanya tersenyum sembari menaikkan alis. Memberi isyarat agar Dewi segera memilih satu diantara benda-benda berkilau yang ditunjukan kepadanya. “Dim, aku tidak sedang berulang tahun. Pun jika ini sebagai hadiah ulang tahun, ini terlalu mahal buat aku.” Gadis itu mengatupkan ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   40. Kesempatan Terakhir

    Dewi melepas apron saat jam istirahat kerjanya tiba. Bergegas dia berjalan dan menyimpan apron itu kedalam loker miliknya. Langkahnya terhenti saat mendapati Dhio berada disana. Tanpa pikir panjang, Dewi mendekati pria itu.“Dhio.” Sapa Dewi membuat pria itu terperanjat. Nampaknya pria itu terlalu focus pada ponsel yang ada ditangannya, sehingga tidak menyadari kedatangan Dewi.“Oh. Kamu, Wi.” Ucapnya datar dan kembali menatap layar ponsel.Dewi berdeham saat matanya mendapati pria itu kembali sibuk dengan ponselnya. Ternyata dehaman Dewi tidak berhasil membuat pria itu berbalik menatapnya. Gadis itu menggelengkan kepala dengan kesal.“Ada yang ingin aku tanyakan, Dhio.”“Silahkan.” Pria itu menjawab tanpa menoleh. Masih sibuk dengan ponsel dalam genggamannya. Kali ini Dewi merasa kesal dibuatnya. Bukankah akan lebih baik kita menatap lawan bicara saat berbincang?“Kamu serius kan, sama Anne?” Dewi berucap dengan sangat hati-hati. Khawatir jika Dhio tersinggung dengan ucapannya. “Maks

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   41. Hari bahagia berselimut lara

    Dimas menyusuri jalanan ramai dengan hati yang gelisah. Berulang kali ia mengusap kasar wajahnya. Baru saja pria itu menerima kabar kalau ibunya jatuh sakit. Perasaan bersalah kepada wanita yang telah melahirkannya pun muncul. Dimas memutuskan untuk keluar dari rumah sejak Mayang mengancam tidak akan lagi menganggapnya sebagai anak jika Dimas masih menjalin hubungan dengan gadis yang dianggapnya rendahan itu. Didalam ruangan yang didominasi warna putih seorang wanita tua yang amat ia kenali langsung menghadap kanan memunggunginya begitu Dimas menampakkan batang hidung. Dalam hati, Mayang merasa sangat senang dengan kedatangan Dimas. Mungkin putranya merasa menyesal dan bersedia meninggalkan gadis murahan itu saat mengetahui kondisi kesehatanya menurun.“Apa kata dokter, Pa?” tanya Dimas kepada ayahnya yang sedari awal menyambutnya dengan hangat.“Biasa, Dim. Darah tinggi Mama kamu kumat.” Jawaban Suhendar disambut dengan decahan oleh Mayang.Dimas menarik nafas dalam setelah mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   42. Dunia Sesempit Daun Kelor

    Dimas mengerjap beberapa kali saat netranya tidak menemukan raga sang istri disebelahnya. Sayup-sayup terdengar suara wajan dan serok beradu. Pria bertubuh tinggi itu berjalan ke arah sumber suara. Di dapatinya sang istri sedang memasak, masih menggunakan lingerie berwarna hitam yang dipakai semalam. Pria itu tersenyum melihat kelakuan istrinya. Aroma lezat masakan menguar di dapur minimalis bernuansa klasik tersebut. Dari belakang Dimas memeluk tubuh wanita tersebut. Membuatnya terperanjat, nyaris melempar alat masak yang saat ini ada dalam genggamannya. Untung Dewi cepat sadar. Seandainya reflek ia melempar alat masak tersebut, bisa=bisa wajah tampan suaminya ternoda dengan lepuhan minyak.“Kaget ya?” ucap Dimas sembari membelai leher jenjang istrinya dengan bibir dan hangat hembusan nafas.“Kagetlah, kamu tiba-tiba nongol begitu,” gerutu Dewi atas kemunculan Dimas yang datang tanpa terdengar suara derap kakinya. Dimas tersenyum sembari membelai gemas rambut istrinya yang diikat eko

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   43. Kado Pernikahan dari Sahabat

    “Aduh, Mas, pelan-pelan, sakit,” Dewi meringis kesakitan saat Dimas mengompres pipinya dengan handuk kecil yang sebelumnya dicelup dalam air dingin.Tamparan perih yang Risman daratkan pada wajah wanita itu menyisahkan lebam. Sudah bisa dipastikan tamparannya begitu keras.“Lagian. Kenapa sih, pake bersihin halaman segala. Kan kita bisa suruh orang buat bersihin.” Jawab Dimas sembari mengulangi kegiatan yang sama. Mengompres pipi yang sering dia ciumi. “Hih. Aku itu bosen, Mas, karena nggak ngapa-ngapain. Kamu sih, enak, kerja di kantor, ketemu teman-teman. Ada yang daiajak bercanda. Lah aku?” Dewi mengarahkan telunjuk pada wajahnya yang memperlihatkan ekspresi kesal.Dimas menggeleng pelan mendengar alasan istrinya. Setelah menikah, Dewi mulai agak cerewet, tidak semalu dulu. “Kan bisa cari hiburan, nonton video youtttup mungkin.”Dewi menghembuskan nafas pasrah. Setelah diingat, memang benar apa yang Dimas katakan. Dunia ini tidak bisa diarunginya dengan aman tanpa pria itu disisih

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   44. Anggita

    Tiga hari berlalu setelah bertemu dengan Risman wajah Dewi berangsur-angsur membaik. Bekas lebam sudah semakin memudar, hanya perlu sedikit polesan make up untuk menutupinya. Dewi segera menyusul Dimas di ruang makan seusai ia memantas diri. Seperti yang Dimas katakan tempo hari, Dimas mengijinkan Dewi untuk ikut ke tempat kerja.Aroma wangi yang menguar membuat pria yang sibuk berkutat dengan alat makan mengangkat wajah. Pandangannya menatap wanita yang berjalan mendekat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wanita itu terlihat bertambah cantik setiap harinya. Lama Dimas memperhatikan Dewi yang diam mematung setelah menyadari pandangan sang suami seolah melekat pada tubuhnya. “Ada yang aneh?” tanya Dewi sembari melempar tatapan ragu. Takut jika karyawan di kantor tempat Dimas bekerja menilai penampilannya norak.“Engga, Sayang. Buruan makan.” Jawab Dimas datar lalu kembali dengan sarapannya.Dewi mendengus pelan. Disaat seperti ini dia membutuhkan saran atau pujian dari Dimas. Tapi pr

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27

Bab terbaru

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   49. Aditya Putra Adimas

    Dimas menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan gelisah. Denga langkah seribu pria itu berjalan ke ruangan bersalin. Satu per satu kamar dia periksa demi mendapati sang istri, nyaris putus asa karena Dewi tak juga ditemukan. Kini langkahnya tiba di ruangan paling ujung. Pria itu menekuk lutut dengan kedua mata terpejam. Jantungnya memompa darah begitu cepat, bayangan dari rasa bersalah telah membiarkan istrinya yang saat ini sedang membutuhkannya terus berkelibat di kepala. Dewi tidak memiliki keluarga lain selain Dimas di kota itu. Suara rintihan dari seorang perempuan yang sangat familiar masuk ke dalam telinganya. Seketika kedua mata pria itu terbuka lebar dan menegakkan badan. Bergegas Dimas membuka gorden yang berada di sebelah kiri tubuh. Dilihatnya seorang wanita yang tengah menangis sembari berpegangan pada lengan Rina, salah satu karyawati di perusahaan tempatnya bekerja."Sabar, Bu. Bu Dewi pasti kuat." wajah wanita itu terlihat panik. Dia belum memiliki pengalaman mela

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   48. Diabaikan

    Di ambang pintu berpegangan pada kusen dan satu tangan mengelus perut yang terasa berdesir karena janin di dalam perut melakukan sebuah pergerakan, Dewi menatap nanar pada Dimas yang pergi berlalu melewatinya tanpa sepatah kata. Perasaan nyeri menyerang ulu hati mendapati sang suami beraut dingin, tidak sehangat biasanya. Dewi tidak menyangka jika Dimas akan semarah itu. Biasanya pagi-pagi sekali pria itu sudah mempersiapkan makanan untuk mereka sarapan, namun pagi ini terasa jauh berbeda dari biasanya. Hanya ada roti tawar dan selai kacang di balik tudung saji. Tidak ada lagi baki berisi beragam menu masakan seperti kemarin. Pria itu pergi ke tempat kerja tanpa berpamitan (walau di waktu lalu ucapan pamitnya kerap kali dibalas ketus, bahkan seolah terkesan Dewi abaikan), tetapi Dewi merasa lega. Keberadaannya masih berada dalam jangkauan perhatian pria itu. Tetapi itu kemarin, entitasnya saat ini seperti sebuah mahluk tak kasat mata. "Ini semua salahku. Seharusnya sejak awal aku m

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   47. Wanita Tak Tahu Diuntung

    Pagi itu Dewi bangun dan mendapati sarapan sudah tersedia di atas nakas di samping tempat tidur. Dimas menjadi suami siaga semenjak tahu istrinya hamil. Pria itu selalu menyempatkan diri untuk memasak jika waktu subuh tiba, atau membeli masakan di warteg jika dia tak sempat. Hal itu dilakukan Dimas tanpa pamrih, meski hingga hamil memasukki trimester terakhir pun Dewi masih hemat bicara dengannya. Segala sikap dingin Dewi diakari oleh kesalah pahaman Dewi terhadap Dimas dan Anggita. Pria itu hampir putus asa. Berulang kali Dimas menjelaskan, jika antara dirinya dengan Anggita tak ada hubungan sepesial, namun hanya punggung sang istri yang dia dapat. Perlahan Dewi beringsut mendekati nakas tanpa ada keinginan untuk melepas pantat yang menempel pada benda yang ada di bawah tubuh. Perlahan dia mengambil baki makanan dengan sangat hati-hati, khawatir jika makanan di dalamnya tumpah. Namun alis tebalnya tiba-tiba bertaut, mendapati secarik kertas di sekatan baki logam.'Mas sudah siapka

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   46. Dua Garis Merah

    Akhir-akhir ini Dewi merasa tidak enak badan. Tubuhnya mudah lelah, nafsu makan berkurang, mual disertai sakit kepala, bahkan tak jarang gadis itu muntah. Gejala-gejala tersebut selalu datang mengganggu harinya, dan semakin parah di waktu pagi.Sudah selama satu minggu Dewi tinggal di kosan Eva, Dewi enggan untuk kembali pulang. Rasa kecewanya terhadap Dimas yang membabi buta menjadikan dia lupa atas segala kebaikan sang suami."Wi, apa kau tidak ingin memeriksakan kondisimu ke dokter?" tanya Eva dengan raut wajah menunjukkan kekhawatiran. Gadis itu membaca gejala-gejala kesehatan yang Dewi alami akhir-akhir ini sebagai tanda kehamilan. Namun, melihat kondisi hati sahabatnya yang masih didera kecewa, Eva tidak ingin mengatakannya terlebih dahulu. Biarkan Dewi mengetahui sendiri."Tidak, Va, aku baik-baik saja." jawab Dewi yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah menumpahkan isi perutnya, bubur ayam yang menjadi sarapannya pagi ini.Jelas sekali gadis itu berbohong. Wajahnya yang

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   45. Salah Paham

    Dewi langsung memeluk Eva saat gadis itu muncul dari balik pintu. Membuat gadis itu terkesiap, dengan kehadiran Dewi yang tanpa aba-aba siang itu.Alis Eva bertaut, apa yang sudah membawa sahabatnya ini datang? Melihat gadis itu menangis terisak, Eva tahu betul, Dewi sedang tidak baik-baik saja saat ini. "Kita bicarakan di dalam ya?" bujuk Eva kepada Dewi yang langsung berbalas anggukan. Eva kembali di hadapan Dewi dengan segelas air. Dengan bibir mengulas senyum, Eva menyerahkan gelas berisi air tersebut kepada Dewi. "Kamu minum ya?" kembali Eva membujuk Dewi saat menyerahkan segelas air putih kepada perempuan itu. Dewi mereguk air minum sekali tandas. Menangis sepanjang hari benar-benar membuat tenggorokannya kering. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Eva dengan hati-hati. Pembawaan gadis bertubuh jangkung tersebut terdengar sangat hangat, sehingga Dewi tanpa ragu menceritakan masalah yang dia alami kepada Eva. "Rumah tanggaku ... sedang tidak baik-baik saja saat ini." ucap D

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   44. Anggita

    Tiga hari berlalu setelah bertemu dengan Risman wajah Dewi berangsur-angsur membaik. Bekas lebam sudah semakin memudar, hanya perlu sedikit polesan make up untuk menutupinya. Dewi segera menyusul Dimas di ruang makan seusai ia memantas diri. Seperti yang Dimas katakan tempo hari, Dimas mengijinkan Dewi untuk ikut ke tempat kerja.Aroma wangi yang menguar membuat pria yang sibuk berkutat dengan alat makan mengangkat wajah. Pandangannya menatap wanita yang berjalan mendekat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wanita itu terlihat bertambah cantik setiap harinya. Lama Dimas memperhatikan Dewi yang diam mematung setelah menyadari pandangan sang suami seolah melekat pada tubuhnya. “Ada yang aneh?” tanya Dewi sembari melempar tatapan ragu. Takut jika karyawan di kantor tempat Dimas bekerja menilai penampilannya norak.“Engga, Sayang. Buruan makan.” Jawab Dimas datar lalu kembali dengan sarapannya.Dewi mendengus pelan. Disaat seperti ini dia membutuhkan saran atau pujian dari Dimas. Tapi pr

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   43. Kado Pernikahan dari Sahabat

    “Aduh, Mas, pelan-pelan, sakit,” Dewi meringis kesakitan saat Dimas mengompres pipinya dengan handuk kecil yang sebelumnya dicelup dalam air dingin.Tamparan perih yang Risman daratkan pada wajah wanita itu menyisahkan lebam. Sudah bisa dipastikan tamparannya begitu keras.“Lagian. Kenapa sih, pake bersihin halaman segala. Kan kita bisa suruh orang buat bersihin.” Jawab Dimas sembari mengulangi kegiatan yang sama. Mengompres pipi yang sering dia ciumi. “Hih. Aku itu bosen, Mas, karena nggak ngapa-ngapain. Kamu sih, enak, kerja di kantor, ketemu teman-teman. Ada yang daiajak bercanda. Lah aku?” Dewi mengarahkan telunjuk pada wajahnya yang memperlihatkan ekspresi kesal.Dimas menggeleng pelan mendengar alasan istrinya. Setelah menikah, Dewi mulai agak cerewet, tidak semalu dulu. “Kan bisa cari hiburan, nonton video youtttup mungkin.”Dewi menghembuskan nafas pasrah. Setelah diingat, memang benar apa yang Dimas katakan. Dunia ini tidak bisa diarunginya dengan aman tanpa pria itu disisih

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   42. Dunia Sesempit Daun Kelor

    Dimas mengerjap beberapa kali saat netranya tidak menemukan raga sang istri disebelahnya. Sayup-sayup terdengar suara wajan dan serok beradu. Pria bertubuh tinggi itu berjalan ke arah sumber suara. Di dapatinya sang istri sedang memasak, masih menggunakan lingerie berwarna hitam yang dipakai semalam. Pria itu tersenyum melihat kelakuan istrinya. Aroma lezat masakan menguar di dapur minimalis bernuansa klasik tersebut. Dari belakang Dimas memeluk tubuh wanita tersebut. Membuatnya terperanjat, nyaris melempar alat masak yang saat ini ada dalam genggamannya. Untung Dewi cepat sadar. Seandainya reflek ia melempar alat masak tersebut, bisa=bisa wajah tampan suaminya ternoda dengan lepuhan minyak.“Kaget ya?” ucap Dimas sembari membelai leher jenjang istrinya dengan bibir dan hangat hembusan nafas.“Kagetlah, kamu tiba-tiba nongol begitu,” gerutu Dewi atas kemunculan Dimas yang datang tanpa terdengar suara derap kakinya. Dimas tersenyum sembari membelai gemas rambut istrinya yang diikat eko

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   41. Hari bahagia berselimut lara

    Dimas menyusuri jalanan ramai dengan hati yang gelisah. Berulang kali ia mengusap kasar wajahnya. Baru saja pria itu menerima kabar kalau ibunya jatuh sakit. Perasaan bersalah kepada wanita yang telah melahirkannya pun muncul. Dimas memutuskan untuk keluar dari rumah sejak Mayang mengancam tidak akan lagi menganggapnya sebagai anak jika Dimas masih menjalin hubungan dengan gadis yang dianggapnya rendahan itu. Didalam ruangan yang didominasi warna putih seorang wanita tua yang amat ia kenali langsung menghadap kanan memunggunginya begitu Dimas menampakkan batang hidung. Dalam hati, Mayang merasa sangat senang dengan kedatangan Dimas. Mungkin putranya merasa menyesal dan bersedia meninggalkan gadis murahan itu saat mengetahui kondisi kesehatanya menurun.“Apa kata dokter, Pa?” tanya Dimas kepada ayahnya yang sedari awal menyambutnya dengan hangat.“Biasa, Dim. Darah tinggi Mama kamu kumat.” Jawaban Suhendar disambut dengan decahan oleh Mayang.Dimas menarik nafas dalam setelah mendengar

DMCA.com Protection Status