All Chapters of A Billionaire Bodyguard For The Supermodel: Chapter 81 - Chapter 90
95 Chapters
Drama di Pagi Hari
Tuan Aroon tak hentinya memandang Axel dengan tatapan remeh. "Ragamu saja yang muda tapi otakmu kolot. Kau tak tahu atau memang bodoh," cemoohnya dengan tarikan sudut bibirnya. "Dia baby-ku, kekasihku."Axel tiba-tiba langsung merasakan ulu hatinya seperti ditikam benda tajam ribuan kali. Otaknya berpikir liar; apa benar amore-nya telah sunguh-sungguh menerima pria tersebut. Panggilan keduanya terdengar menggelikan sekali di telinga Axel dan sialnya itu mampu sedikit menggoyahkan harapan Axel. "Baby, apa yang kau lakukan di sini?" Tuan Aroon menepikan minatnya terhadap wajah pilu Axel dan memilih mengelus puncak kepala Alessandra. "Apa kau ada perlu dengan mantan bodyguard-mu, hm?"Tuan Aroon berkata tenang seolah tadi tak melihat adegan yang telah membuat hatinya seperti dibakar. Alessandra menggeleng lalu mendekat dan menyelipkan tangannya pada siku Tuan Aroon. "Mari kita masuk. Aku haus dan lapar," ajaknya tanpa memberi jawaban atas pertanyaan Tuan Aroon. Tuan Aroon pun menyungg
Read more
Kabar Mengejutkan
Bulu-bulu lentik yang membingkai kelopak indah itu terlihat bergerak perlahan. Alessandra terlihat sedang mengerjapkan matanya. "Baby." Tuan Aroon yang sedari tadi siaga di sisinya langsung membelai kepalanya dengan lembut. Alessandra kini terlihat sedang mengingat-ingat sesuatu hingga akhirnya ia bertanya, "Kita sekarang ada di rumah?"Tuan Aroon mengangguk sambil tangannya tak hentinya membelai surai yang sudah tergerai bebas dari tatanan model sanggul chignon. "Kau pingsan, Baby. Aku langsung membawamu pulang."Alessandra memegang pelipisnya. "Pi-pingsan?" ulangnya terbata seraya mencoba mengingat apa yang sudah terjadi padanya. Tuan Aroon saat ini berganti mengarahkan tangannya pada perut Alessandra. Ia kemudian berkata, "Sebentar lagi ada yang akan memanggilmu mommy."Alessandra menatap mata Tuan Aroon dengan mengernyit isyarat tak mengerti. "Kau hamil, Baby," terang Tuan Aroon seraya memandang wajah pucat itu lekat-lekat. Sontak saja hal itu membuat Alessandra terlonjak kag
Read more
Calon Ayah
"Tekanan darahnya normal. Suhu tubuhnya pun normal. Tak ada yang perlu dikhawatirkan." Dokter Ricardo berbicara pada dua orang yang merupakan ayah dan putra. "Jika semuanya normal, lalu kenapa dia muntah-muntah?" Murdock bertanya cemas. "Menurut pengalamanku menangani banyak pasien yang sudah tak terhitung jumlahnya, aku pernah beberapa kali menemui hal serupa yang dialami Axel," tutur Dokter Ricardo. "Yaitu mereka merupakan seorang calon ayah."Axel yang semula menampilkan mimik biasa saja dan tak tertarik dengan obrolan dua sahabat itu seketika terkesiap ketika mendengar penuturan itu. "Apa maksudmu, Ricardo?" Murdock menuntut kejelasan. "Mengacu pengalamanku di lapangan, Axel seperti sedang mengalami couvade syndrome atau bahasa sederhananya; kehamilan simpatik. Gejala yang dialami calon ayah berupa seperti gejala wanita hamil, seperti mual, dan gejala lain yang lumrah dialami wanita hamil."Murdock langsung memandang putranya dengan sorot mata seolah bertanya sesuatu dan Axel
Read more
Kelanjutan Karir Alessandra
Pada hari itu Alessandra mengalami mual yang hebat dan Tuan Aroon siaga berada di sisinya. "Kau lihat, mommy-mu bolak-balik ke wastafel. Jangan nakal dan menyiksa mommy-mu, Sweetie." Tuan Aroon berbicara menunduk pada perut Alessandra seolah sedang berbicara dengan seseorang. Ia kemudian mengecup perut itu. Alessandra yang sedang telentang melihat itu dengan perasaan haru--menyaksikan betapa Tuan Aroon menyayangi janin di rahimnya, padahal janin itu bukan darah dagingnya. Alessandra kemudian menimpali, "Sweetie?"Tuan Aroon pun menoleh padanya. "Panggilan sayangku untuknya," sahutnya dengan mengulas senyum dan Alessandra membalas senyumnya. "Jika dia baby boy akan terdengar feminin ketika Daddy memanggilnya dengan sebutan itu," kata Alessandra menimpali. "Kalau begitu, biar kupanggil dia sweetie boy," sahut Tuan Aroon. Kemudian Tuan Aroon kembali menunduk pada perut Alessandra. "Kau dengar, Sweetie Boy. mommy-mu protes persoalan panggilan apa yang cocok untukmu. Dia begitu meny
Read more
"Janin Ini Bukan Milikmu!"
Lima hari sudah Axel mendapati perutnya merasakan mual sampai ia pun absen ke perusahaan karena memang kondisinya membuatnya tak nyaman beraktivitas."Couvade syndrome." Ia melafalkan istilah yang beberapa waktu lalu disebut Dokter Ricardo sambil terlihat berpikir. "Apa benar analisa Dokter Ricardo bahwa aku sedang mengalami gejala itu."Axel yang saat ini sedang telentang di sofa panjang dalam kamarnya itu terlihat resah. Kemudian ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu menggulir layarnya. "Jika benar analisa Dokter Ricardo pada kondisiku, apakah itu artinya dia benar hadir dalam rahimmu?" ucapnya sambil memandang foto Alessandra penuh kerinduan. Beberapa minggu ini batinnya sangat tersiksa oleh rindu yang menggebu kepada amore-nya, dan sialnya ia tak berdaya mengobati rindu itu. Ia tak kuasa untuk menemui kembali Alessandra setelah momen terakhir ia bertemu Alessandra kala itu. Ia begitu sakit mendengar suara lembut Alessandra memanggil seseorang dengan panggilan yang
Read more
Poor Sabrina
Sejoli lintas generasi terlihat sedang menetralkan deru napasnya setelah melewati percintaan panas penuh erangan maskulin dan feminin bersahutan saling kejar. Lalu Revano tampak menutupi tubuhnya dan tubuh si wanita pemuas dahaga nafsunya yang dibanjiri peluh dengan selimut hingga dada. "Kau luar biasa, Sabrina," puji Revano. "Kurasa obsesimu pada wanita itu telah pudar. Apa aku benar?" Pada percintaan yang baru saja mereka lakukan, Sabrina merasa ada hal yang berbeda. Revano mencumbunya dengan lembut dan seperti ada cinta di dalamnya, tak seperti percintaan sebelum-sebelumnya yang tak jarang ada kekerasan dan seperti buru-buru hanya untuk menyalurkan nafsu. Bahkan pada tiga minggu lalu beberapa kali Revano mengerang masih menyebutkan nama Alessandra. "Siapa?" Revano mengernyit tak suka. "Come on, Bos. Semua penghuni Top Stories juga tahu siapa wanita yang menjadi obsesi atau bahkan ambisimu," desah Sabrina. Terdengar ada nada cemburu dalam suaranya. "Jangan membahas wanita lain
Read more
Alessandra tanpa Tuan Aroon sementara
Pagi ini sudah lebih dari sepuluh menit Alessandra mengalami mual hebat akibat kehamilannya. Di saat seperti ini biasanya ada Tuan Aroon di sisinya yang selalu siaga. Namun, pagi ini pria itu tak ada di dekatnya. Sudah semenjak dua hari ini ia sedang berada di luar kota untuk mengecek ketersediaan bahan baku kosmetik. Hal yang tak bisa ia wakilkan pada siapapun. "Ugh. Begini rasanya jadi wanita hamil," lirihnya sambil melihat perutnya yang masih datar setelah menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Tak terasa ia kini mengarahkan tangannya pada perut. Ia lalu mengusapnya dengan lembut. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan semenjak ia dinyatakan berbadan dua. "Kau benar hadir di sini?" ucapnya sambil terus mengelus. Matanya terlihat berkaca-kaca. Ia masih terus mengelus perutnya. "Maaf, baru menyapamu," ucapnya lagi. Kini matanya tak hanya berkaca-kaca, namun mata itu telah meneteskan airnya."Aku bahagia kau hadir. Sangat bahagia. Kau mengobati rasa kehilanganku terhadap seseor
Read more
Cek Kehamilan Bersama Ayah si Janin
Alessandra sungguh tidak mengira bahwa orang yang mengantarkannya hingga sampai rumah sakit adalah sopir gadungan. Terlebih orang itu adalah Axel, orang yang paling ia hindari selama ini.'Bagaimana bisa, huh! Orang itu memang banyak akal.' Alessandra bermonolog dalam batinnya. Alessandra kini melihat Axel menghadapnya dengan memamerkan senyum sambil menaikturunkan satu alisnya. "Kau memang tak pernah berubah." Alessandra berkata dengan nada ketus. "Tepat sekali! Aku memang selalu menempatkanmu di hatiku, tak akan ada yang berubah." Alessandra membuang muka. Tak ingin mendengar yang ia anggap omong kosong itu. "Penipu," gerutunya sembari mengarahkan pandangannya pada luar jendela. Axel kemudian memakaikan topi pada kepala Alessandra dan memakaikan masker. "Hari ini sepertinya rumah sakit terlihat banyak pengunjung," ucapnya. Axel kemudian terlihat keluar dari mobil setelah menutupi sebagian wajah tampannya dengan masker, ia lalu membukakan pintu mobil untuk Alessandra, hingga se
Read more
Harta Tak Ternilai
Alessandra yang masih terpejam dan dibalut selimut tebal merasakan cahaya hangat menerpa wajahnya, kemudian ia pun menghalau dengan telapak tangannya sambil bermonolog, "Apa ini sudah pagi?""Ini sudah tengah hari, Baby. Jam dua belas siang."Mendengar suara orang yang beberapa hari ini hanya dapat ia dengar dari telepon itu pun membuat Alessandra seketika membuka mata. "Daddy?"Alessandra melihat Tuan Aroon memeluknya dan tersenyum padanya. Pantas saja ia merasakan selimutnya semakin tebal dan hangat. Apa mungkin Tuan Aroon memeluknya semalaman? pikirnya. "Kapan Daddy datang?" "12 malam, Babe." Tuan Aroon kian mengeratkan pelukannya sambil menghirup aroma yang beberapa hari ini ia rindukan. "Ish. Kenapa Daddy tidak membangunkanku semalam?" "Ketika aku membuka pintu kamar ini, fokus mataku langsung tertuju padamu yang sudah terlelap. Dalam keadaan tidur pun kau terlihat cantik, Babe." Tuan Aroon kini mempertemukan wajah keduanya saling berhadapan. Tangannya membelai wajah wanita h
Read more
Andrew dan Sabrina
“Mobil sialan!” Axel memukul keras setir, mengumpat kesal saat mobil yang dikemudikannya itu mati tiba-tiba. Padahal, ia harus menghadiri acara grand opening hotel rekannya. Dia mengedarkan pandangan di sekelilingnya, pepohonan lebat menjulang di kanan-kirinya. Dia masih berada di wilayah leluhurnya. Hutan ini milik keluarganya dan rumahnya berdiri megah di tengah hutan ini. Tangannya terulur membuka pintu. Saat sebelah kakinya menjejak tanah, tiba-tiba tubuhnya diseret lalu pukulan bertubi-tubi dialamatkan ke wajahnya. Tubuh Axel terjengkang ke belakang, pukulan beralih ke perutnya. Darah muncrat dari hidungnya. Aroma darah segar tercium di udara. Perutnya terasa nyeri. “Kau pikir, kau akan selamat dariku, heh?“ Tuan Aroon menjulang di depannya dengan tatapan bak serigala. Hasratnya menghabisi Axel bangkit setelah mendapat laporan dari orang-orangnya. Tak sia-sia waktu berjam-jam ia gunakan menunggu di balik pepohonan setelah memasang jebakan. Akhirnya dia menyeringai saat ban it
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status