Semua Bab Menjadi Istri Kedua Mantan Suamiku: Bab 11 - Bab 20

57 Bab

11. Kecurigaan Alisha

Alisha POVAku terlahir kaya, karena ayahku adalah seorang pebisnis handal, sehingga aku tak merasakan yang namanya hidup susah. Ketika aku genap berusia dua puluh tahun aku dijodohkan dengan anak dari teman sekolah ayahku. Awalnya aku menolak karena aku ingin menikah dengan laki-laki yang minimal punya level yang sama denganku. Tetapi saat aku melihat pria yang dijodohkan denganku adalah sosok yang sangat tampan, akhirnya malah aku yang meminta untuk segera mempercepat pernikahannya.Bahkan ketika aku tahu dia telah berstatus duda tanpa anak, aku tetap menerimanya, hitung-hitung untuk memperbaiki keturunan. Aku sangat mencintainya, bahkan aku tak ingin ada wanita manapun yang dekat dengannya, bahkan itu karyawan. Menurut ibu mertuaku, jika mantan isterinya hanyalah seorang petani miskin yang tinggal di pedalaman, jadi aku tidak begitu mengkhawatirkannya. Lagian menurut cerita mertua jika pernikahan sebelumnya suamiku hanyalah sebuah kecelakaan, katanya wanita itu hamil di luar nikah
Baca selengkapnya

12. Kecurigaan Alisha 1

Aku semakin emosi melihat ulah suamiku yang tidak biasanya."Katakan ada apa denganmu hari ini Azhar?" teriakku dengan emosi."Bukankah aku sudah katakan padamu jangan menggangguku?" jawab Azhar tak kalah nyaringnya.Aku terbelalak, biasanya Azhar tak akan membalasku seperti ini. Ini pasti karena wanita itu."Apa karena pelayan itu membuatmu bersikap padaku seperti ini hah?""Pelayan siapa yang kau maksud, apa karena kau anak orang kaya sehingga menganggap semua orang itu rendahan dimatamu?" bentak Azhar tak kalah garangnya.Aku melotot, apakah aku tak salah dengar ? Suamiku yang begitu penurutnya sekarang bagaikan seekor singa yang keluar dari hutan rimba. Aku seakan tersadar, bukankah sekarang dia adalah pemilik perusahaan Citra Karya ?"Ooh jadi dia rupanya yang membuatmu begini, camkan dengan baik di dalam hatimu Azhar. Tak akan kubiarkan seorangpun berhasil merebutmu dariku, tidak akan. Titik !""Siapa yang merebut siapa ? Apa kau sadar jika selama ini kau bertindak seolah-olah k
Baca selengkapnya

13. Rencana Alisha

Aku semakin curiga dengan sikap Azhar, malam ini aku tidur dikamar yang terpisah. Rencananya besok aku akan ke kantor. Aku bahkan tak perduli lagi suamiku sudah makan atau belum. Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan berdandan cantik, kupandangi wajahku di cermin, wajah ini jika dipoles dengan makeup pasti terlihat cantik dan anggun. Aku sangat bangga dengan kondisiku sekarang, semua bisa dibeli dengan uang. Kulihat suamiku sudah duduk di ruang makan untuk sarapan dengan pakaian kantornya, aku hanya melihatnya sekilas. Diapun pura-pura tak melihatku. Aku mengambil kunci mobil di lemari dan segera pergi tanpa bicara apapun. Kulirik jam tanganku. Waktu menunjukkan pukul 07.00. Aku pastikan jika manager personalia berada di kantornya, sekalian aku ingin melihat apakah wanita cantik itu masih punya nyali untuk datang di kantor. Seperti dugaanku, manager personalia sudah berada di ruangannya. "Mari nyonya, tumben datang pagi-pagi." Manager Personalia mempersilahkan aku duduk dikursi
Baca selengkapnya

14. Kekhawatiran Azhar

Azhar POV Pagi ini aku sengaja bangun lebih awal dan bersiap-siap ke kantor, aku langsung menuju ruang makan tanpa menunggu Alisah memanggilku. Kulihat dengan sudut mataku Alisha keluar dengan pakaian rapi, melewatiku tanpa bicara apapun. Akupun pura-pura tak melihatnya dan memilih menikmati sarapanku. Selesai sarapan aku langsung ke kantor. Rupanya Erwin belum tiba. Aku berjalan menuju lift dan langsung naik menuju ruanganku di lantai tujuh. Ruanganku terlihat sangat bersih dan rapi, aromanyapun begitu menenangkan. Aku berharap Mita yang membersihkan ruangan ini, tapi aku ingat jika Erwin telah menyuruhnya untuk berhenti. Tengah membuka-buka dokumen terdengar ketukan di pintu ruanganku. "Masuk !" Pintu dibuka, dan nampaklah manager personalia memasuki ruanganku dengan tergesa-gesa. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dia sampaikan. "Duduklah." "Nyonya baru saja keluar dari ruang personalia," lapor manager yang bernama Aslam. Aku terkejut dan menatap Aslam dengan ra
Baca selengkapnya

16. Azhar dan Tisa

Azhar POV Siang itu, aku dan Erwin berembuk untuk mencari cara agar bisa menyatukan aku dan Mita. Kuserahkan semua rencana dan eksekusinya pada Erwin. Rencana kami mulai dari Ibunya Mita. Maka peran Salsa dibutuhkan dalam hal ini, dan menurut laporan Salsa pada Erwin, jika dia telah berhasil meyakinkan Ibunya Mita, dengan menceritakan sebagian kebenaran agar tidak membuat ibunya ketakutan. Dan berkat bantuan Dr. Rian pula, kami berhasil menyuruh Mita ke Jakarta bertemu dengan teman baiknya Dr. Rian. Aku bersembunyi diruang perawat, tatkala melihat Mita agak ragu dengan perintah Dr. Rian. Namun karena dorongan ibunya yang kini mendukungku, akhirnya Mita pergi juga. Saat Mita dan dua pengawalnya pergi, aku menghampiri mantan ibu mertuaku. Aku memeluknya sambil menangis, kujelaskan semua yang terjadi sehingga dia hanya bisa menangis dan menepuk bahuku. "Mohon restui aku bu, aku ingin kembali mempersunting putri ibu." Mantan ibu mertuaku tak berkata apapun, mungkin dia ragu karena
Baca selengkapnya

15. Transfusi Darah

Pertemuanku bersama Dr. Rian berlangsung di ruang praktek Rumah Sakit Umum PB. Rupanya Erwin sudah memberi tahu adiknya itu, sehingga Dr. Rian tidak bertanya apa-apa lagi tentang diriku. "Sebenarnya, penyakit Thalasemia bisa disembuhkan dengan cara transplantasi sum-sum tulang belakang, jika anda tidak keberatan, saya akan memeriksa anda apakah anda bisa menjadi pendonor yang tepat untuknya." Demi untuk anakku aku bersedia melakukannya, pagi itu aku menjalani pemeriksaan apakah type sum-sum tulangku cocok untuk Tisa. Namun sayangnya hasil pemeriksaan menunjukkan ketidak cocokan. "Apakah ada keluarga lain yang bisa kami temukan kecocokannya dengan puteri anda ?" tanya Dr. Rian. Aku mengangguk, aku yakin ibuku bisa menjadi pendonor yang tepat untuk puteriku, tapi bagaimana aku memberitahunya? "Sambil mencari pendonor yang tepat, kita lakukan transfusi darah pada anak anda," ucap Dr. Rian. Aku hanya meringis mendengarnya, anak sekecil itu harus menjalani hal itu sungguh sangat memi
Baca selengkapnya

17. Situasi Genting

Setelah teleponku dengan ibu tersambung, aku bernafas lega. Menurut ibu, transfusi darah untuk Tisa sementara berlangsung. Kami lalu melewati jalan tol agar cepat tiba di rumah sakit. "Tuh kan, tidak ada apa-apa, kamu sih terlalu khawatir," cibir Salsa."Ya, harus dimaklumi Sa, kamu kan belum ngerasain yang namanya nikah dan punya anak. Pastilah akan menghadapi situasi seperti yang dirasakan Mita sekarang," ucap Nabila sambil matanya tetap fokus di depan kemudi.Sedangkan perawat kulihat, tertidur di jok belakang di samping Salsa. Aku duduk di depan samping Nabila.Aku tiba dan langsung disambut ibu, kulihat wajah ceria wanita yang telah melahirkanku ini sehingga membuatku tenang. Aku yakin Tisa pasti baik-baik saja walau aku tak mendampinginya.Saat aku hendak masuk ke dalam ruangan, kulihat Dr. Rian keluar dengan wajah panik."Oh untunglah ibu Mita sudah datang, Tisa dalam kondisi kritis."Aku segera menghambur ke dalam ruangan, seorang perawat nampak memasangkan alat monitor jantu
Baca selengkapnya

18. Apakah ini Skenario Tuhan ?

Dr. Rian POV Saat proses transfusi darah berlangsung, gadis mungil itu memintaku untuk terus bersamanya dan menyuruh semua orang meninggalkan ruangan. Tak ada yang menyangka jika gadis mungil ini meminta sesuatu hal yang menurutku sangat tidak masuk akal, tapi ketika kulihat air matanya jatuh berderai, hatiku seketika itu luluh. Apalagi ketika Erwin menceritakan padaku jika ayah dan ibu Tisa sudah lama bercerai dan ayahnya ingin menikahi ibunya lagi. "Dokter bisa membantuku nggak?" Kutarik kursi agar lebih dekat ke arah ranjang. "Bantu apa sayang?" "Pasien kritis itu yang bagaimana dok? " Aku ternganga mendengar pertanyaan konyol anak ingusan ini. "Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi." "Apa itu dok?" Dr. Rian menghela nafas perlahan, bagaimana caranya menjelaskan pada anak kecil seperti ini? "Ee...seperti pasien yang tiba-tiba sesak nafas lalu membutuhkan pertolo
Baca selengkapnya

19. Jadikan Aku Yang Kedua

Aku dan Azhar keluar dari ruangan dokter dengan tubuh lemas, Azhar merangkulku, lalu kami duduk sedikit jauh dari ibu dan Erwin. "Mita, demi anak kita. Izinkan aku memperbaiki kesalahan yang pernah kulakukan, maukah kau menerimaku sebagai suami dan ayah untuk anak-anak kita ?" tanya Azhar dengan penuh harapan. Aku tak tahu ini sesuatu hal yang menggembirakan atau tidak ? Saat ini pikiranku seakan melayang di angkasa. "Maafkan untuk semua yang pernah kulakukan, saat itu aku tak punya pilihan. Mama mengancam akan bunuh diri jika aku tak menceraikan dirimu," tutur Azhar panjang lebar. Kutatap matanya, biasanya mata itu tak bisa berbohong. Dan kulihat, ada keseriusan disana. Aku ragu, haruskah aku merebut kebahagiaan wanita lain ? Rasanya aku tak sanggup melakukannya. "Dengarkan Mita, jika ini terlalu berat bagimu, aku akan menceraikan Alisha." Aku terkejut dan menatap netranya dengan serius. Airmata Azhar menetes di kedua pipinya. Akupun mengucurkan air mata, sungguh aku tak sangg
Baca selengkapnya

20. Malam Pertama Yang Aneh

Azhar POV Ketika Mita meminta untuk dijadikan yang kedua, aku terkejut. Diluar sana banyak wanita yang menginginkan yang pertama dan terakhir, dan malah untuk wanita kedua terkadang senang ketika calon suaminya menceraikan isterinya. Tapi wanita yang kukenal dulu ini benar-benar berbeda. Mungkin karena dulu aku hidup tidak terlalu lama dengannya, sehingga aku belum memahami karakternya. Tapi yang aku tahu dia adalah wanita yang baik dan dari keluarga baik-baik. Melihat kondisi anakku yang kritis membuatku bertekad untuk menceraikan Alisha, tapi Mita malah menolaknya. Kalimatnya yang membuat hatiku tersayat adalah, " Jangan lakukan itu, walau bagaimanapun dia adalah wanita yang sama denganku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya ketika seorang laki-laki yang kita cintai tiba-tiba menceraikan kita tanpa sebab." Mita seakan menancapkan sebuah belati dijantungku, terdengar sakit. Entah dia menyadarinya atau tidak, tapi aku percaya jika dia tak bermaksud menyinggung perasaanku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status