Aku masih mencoba memintanya menghentikan aksi tak senonohnya itu, tetapi seolah menulikan diri. Barulah saat aku menangis, ia baru melepaskanku. “Maaf,” katanya. Aku masih mengusap bibirku. Sampai kemudian pria itu kembali ke tempat duduknya. “Mas enggak seharusnya seperti ini.” Ia memberikan tisu, tetapi itu hanya bisa mengeringkan air mata, tetapi tidak dengan harga diriku. “Aku suamimu, Alea.” “Tapi, di perjanjian kamu yang menuliskan sendiri, kalau kita tidak akan melakukan sentuhan apa pun. Lalu, kenapa hari ini kamu melanggarnya?” “Maaf, aku benar-benar hilang kendali. Aku tidak suka dituduh gay.” “Kalau, memang enggak merasa. Bisa kan diam saja, aku juga hanya orang lain. Apa bedanya aku dengan mereka?” “Kamu bukan orang lain bagiku.” “Kita memang suami istri, tapi bahkan meski kita tinggal serumah. Kita enggak pernah melakukan hubungan selayaknya pasangan menikah bukan. Hubungan seperti ini enggak bisa disebut pernikahan. Jadi berhentilah memperlakukanku seperti in
Last Updated : 2022-12-25 Read more