All Chapters of OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga: Chapter 21 - Chapter 30

53 Chapters

Sepele

"Bagaimana bisa sampai aku tak tahu? Atau aku lupa?" Aku mengingat keras. Apa aku pelupa karena sibuk atau ....Aku berusaha membuka chat dari Mbak Saras. Takutnya aku ngga baca atau terlewat. Tak ada chat dari dia? Kemudian aku mencari kontak Mas Rian juga tapi nihil."Kenapa?" tanya Mas Bayu yang mulai naik keranjang. Mungkin heran melihatku bermain ponsel dengan gugup."Ini, Mas. Kamu udah lihat grup kan?" tanyaku penasaran.Dia mengangguk. "Tentang acara lamaran Icha?" tanya Mas Bayu kemudian."Iya, Mas. Kamu tahu, kok ngga ngabarin aku. Kan kita bisa datang. Kalau begini kita jadi ketinggalan. Ngga enak sama mereka," ujarku."Aku juga baru tahu saat lihat di grup. Mereka ngga ngabarin kita, artinya kehadiran kita tidak diharapkan bukan?" Mas Bayu menatapku intens.Benar juga. Kalau mereka tak mengabari tentang acara itu. Artinya mereka tak ingin kami hadir. Tiba-tiba ada rasa nyeri di ulu hati."Sudahlah. Tak perlu di pikirkan. Lagian, bukannya kemarin mereka juga tak datang saat
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

Iri dan Fitnah

Apa? Kok Bisa? Aku langsung menatap pada mereka. "Kenapa? Apa kalian ngga butuh pekerjaan atau? Bukankah masalah gaji sudah kita sepakati kemarin?" tanyaku kemudian. Aku mengira mereka mungkin protes tentang gaji. Padahal menurutku sudah sepadan. Apa lagi karyawan baru."Bu-bukan itu, Bu. Kami hanya dengar desas desus yang membuat nyali kami menciut untuk bekerja disini. Kami memang sangat membutuhkan pekerjaan ini tapi ... Kalau nyawa kita taruhannya. Tentu kami tak mau. Apa lagi anak kita masih kecil-kecil." Salah satu dari mereka buka suara. Seorang wanita muda berusia 35 tahun, janda mati bernama Mariana. "Maksud kalian apa? Nyawa? Kerja di tempatku ini hanya butuh tenaga dan ketelatenan. Ngga ada hubungannya dengan nyawa!" Aku masih tak mengerti dengan apa yang mereka sampaikan. Bahkan Mas Bayu saja kini hanya bisa terdiam."Bukan begitu, Bu. Kami dengar jika pemilik toko ini menggunakan pesugihan. Maaf, Bu. Kami cuma takut di tumbalkan."Astaghfirullah!Aku baru nggeh jika ar
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

Menular

"Nah itu dia!" tunjuk Mbak Desi pada sebuah mobil pickup warna putih yang tentunya bukan milikku.Tunggu? Kenapa ada Natasya juga di mobil dan kenapa?Aku makin heran karena mobil yang datang adalah mobil yang tadi juga mengantar motor Hani. Kali ini mobil itu juga membawa motor baru. Apa tadi ada kesalahan hingga harus di tukar?Mas Bayu turun juga di ikuti Natasya. Wajah Mbak Desi terlihat sumringah sekali. Aku jadi curiga?"Mas Itu motor siapa?" tanyaku menunjuk pada motor jenis yang sama dengan motor Hani. Hanya beda warna. Hani pun keluar. Ia tampak kebingungan."Loh kok ngirim lagi? Emang salah ya, Bang?" tanya Hani pada Salwa motor itu."Nggak kok, Mbak." "Lah terus?" Hani penasaran. Sedangkan aku yang ingin bertanya pada Mas Bayu, dia tengah membantu menurunkan motor."Hei, Lu! Emang cuma kamu yang boleh di belikan motor sama Bayu. Natasya keponakannya juga berhak dong!" jawab Mba Desi dengan pongah.Seketika aku melonggo. Mas Bayu membelikan motor Natasya? Motor yang sama de
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

Kiriman

Aku dan Ibu langsung keluar dan melihat keatap, namun tak ada asap ataupun apa diatas sana."Ibu tadi dengar kan?" tanyaku memastikan. "Dengarlah. Masa suara sekencang itu ngga denger?" Kini Mas Bayu juga tergoboh dengan hanya menggunakan sarung dan telanjang dada."Tadi ada apa, Fit? Kok kaya ada yang nyalain petasan?" tanya Mas Bayu dengan mata masih sempit."Ngga tahu, Mas. Tapi di cari ngga ada apa-apa. Aku sama Ibu sampai bingung." jawabku."Ya sudah, Fit. Kita masuk saja. Berdo'a saja jika tadi bukan apa-apa," ujar Ibu. Aku dan Mas Bayu menganguk."Kamu tidur telanjang dada begitu. Apa ngga masuk angin, Mas?"tanyaku pada Mas Bayu yang tak biasa. "Ngga tahu nih, Fit. Malam ini tidur kok rasanya gerah banget," jawab Mas Bayu yang kemudian membantu aku menutup pintu.Ternyata hawa panas seperti ini memang tengah kami rasakan. Setelah selesai menutup pintu. Kami bersiap masuk kekamar. Tentu, Hani membawa kunci sendiri agar bisa masuk kerumah.Saat kami akan terlelap dalam mimpi.
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

Mengatur strategi

Gegas aku keluar untuk mengeceknya. Namun, nihil. Orang itu sudah entah kemana. Aku justru celingukan sendiri."Mbak, makasih ya!" ujar Ririn yang sudah nangkring di jok motor suaminya."Iya, Rin. Hati-hati!" Aku pun menjawab. Kemudian memilih kembali masuk. Aku ingat betul sosok yang tadi berdiri di sebrang jalan dengan menetap lurus ke toko. Siapa dia? Memiliki tujuan buruk kah?Hanya karena tanah kuburan yang kutemukan. Kini hatiku menjadi penuh curiga dan suudzon. Bahkan dengan para pelayan pun aku menaruh kecurigaan. Benar-benar perbuatan orang syirik itu menyiksa dan sangat merugikan."Kamu ngapain?" tanya Ibu yang mungkin heran melihatku berdiri mematung."Ngga papa, Bu. Tadi ada orang di sebrang jalan. Aku curiga, jadi tadinya mau aku tanyain." "Terus mana orangnya?""Ngga ada, Bu. Pas aku mau samperin udah ngilang." Aku duduk dengan lemas."Mungkin tengah menunggu seseorang. Kemudian saat kamu akan kesana orangnya sudah datang. Jangan suudzon berlebih. Bersihkan hati kita da
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

Selalu dimanfaatkan

"Begini, Fit. Entah kenapa orang yang sudah fix mau bayar tanah yang kutawarkan. Di telfon sudah deal, sudah lihat tanahnya juga mensurvei bahkan berjanji bawa uang dan bertemu di tempat yang di janjikan tapi saat bertemu langsung memilih mundur. Bahkan ada yang terang-terangan bilang jika aku penipu!" Mas Bayu berkata dengan nada sedih."Kok bisa, kamu nipu apa?" tanyaku penasaran."Nah itu, Fit. Aku ngga tahu. Mereka tiba-tiba seolah benci padaku. Padahal sebelumnya baik-baik saja.""Ya sudah, Mas. Sebaiknya kita berfikir positif. Mungkin memang belum rejeki. Sabar ya, Mas." Aku menenangkan Mas Bayu. Tentu takut jika dia akhirnya memilih jalan untuk berbuat syirik.Memang yang kami alami ini tak nalar di pikir. Tapi, kami masih punya Allah. Ada dia yang maha pemberi jalan segalanya."Iya, Fit. Ya sudah Ayuk kita tidur!" Ajak Mas Bayu. Aku memilih untuk melakukan salat sunah dahulu. Takutnya jika nanti kesiangan dan dapat melaksanakannya.***Sesuai instruksi yang sudah kami sepakati
last updateLast Updated : 2022-07-21
Read more

Pura-pura

Aku berfikir keras. Mengingat laki-laki yang foto bareng bersama Mas Rian. "Ah! Aku ingat. Bukankah dia ...?" Aku ingat sekali wajahnya. Dialah orang yang berdiri dengan pakaian aneh di depan warungku saat Ririn tengah belanja. Terus siapa dia? Bagaimana Mas Rian mengenalnya?Aku mengetuk-ngetuk kepala. Mencoba menerka hubungan mereka. Bagaimana?Duh! Kok kepalaku jadi pusing.[Muda, sukses dan juga dermawan. Adikku ... Sukses terus ya!] Aku membuka Status Mas Rian yang masih dengan laki-laki itu."Mas!" Panggilku pada Mas Bayu yang tengah memegang ponsel dan duduk sambil menikmati kopi."Kamu kenal sama dia, Mas?" tanyaku memastikan. Sambil menunjukan fotonya.Dia mengamati sebentar. Kemudian mengeleng."Enggak, Fit. Memangnya kenapa kok sama Mas Rian? Mungkin teman kerjanya kali." Mas Bayu menerka-nerka."Justru itu, Mas. Laki-laki itu adalah orang yang aku lihat dengan pakaian aneh kemudian menghilang!" cekatku.Mas Bayu langsung mengadah. Ia kembali melihat ponselku. Mungkin mema
last updateLast Updated : 2022-07-21
Read more

Pengajian

"Panji, adik tiri?" Aku bergumam sendiri."Maksud, Mbak. Adik tirinya Mba Sarah?" tanyaku memastikan. Walau tadi dia bilang adik tiri kita. Tapi, kenapa aku tak percaya. Selama ini Mas Bayu tak pernah cerita punya adik tiri?"Ya Allah, kamu budeg. Adik tiri Aku juga Bayu!" Aku melongo, mendengar jawaban Mbak Desi. Adik tiri! Kata-kata itu terus terngiang di telingaku."Kok aku baru tahu kalau Mas Bayu punya adik tiri?" tanyaku lagi dengan menatap Mbak Desi."Ya mungkin Bayu lupa. Karena dulu saat Panji lahir itu Bayu masih balita. Apalagi setelah itu Papa dan Mama meninggal. Tentu akhirnya kami tak dapat mengetahui kondisi Panji. Baru kemarin-kemarin ia muncul dan mengakui semuanya bahwa dia juga saudara kami." Aku mengangguk. Mungkin apa yang dikatakan Mbak Desi benar. Mas Bayu tak tahu tentang ini. Tapi ... Apa selama itu hingga mereka tak pernah saling berkirim kabar."Papah tuh dulu menikah lagi. Mama tahu dan shok berat. Akhirnya saat hamil Ririn, Mama penyakitan dan meninggal s
last updateLast Updated : 2022-07-21
Read more

Siapa yang melakukan

"Siapa yang meninggal, Mar?" tanyaku setelah Mariana menutup telfon. Bahkan dia terlihat terbengong. Mungkin kaget atau shok."Mar?" Aku goyangkan tubuhnya. Baru ia tersadar."A-anu, Mbak. Yang meninggal itu ... Itu, Uli." ucapnya terbata.Mulutku menganga, tak menyangka dengan apa yang baru di sampaikan Mariana."Kamu jangan bercanda, Mar?" tanyaku berusaha meyakinkan diri. Walau aku tahu, Mariana juga tak mungkin bercanda."Bener apa yang kamu katakan, Mar? Bahkan tadi pagi kita juga ketemu kan. Saat mau berangkat. Dia mengeluh pekerjaannya di rumah bos baru yang membosankan?" Kali ini Sopi yang berkata. Mereka memang sering bersama walau rumahnya agak jauh. Katanya pekerjaan disini yang membuat mereka dekat satu sama lain."Be-bener, Mbak. Bener, Sop. Ini keluargaku yang mengabarkan. Mereka sedang takziah kesana.""Kamu mau langsung kesana?" tanyaku pada Mariana. Ia mengangguk. "Ya sudah, aku juga ikut. Mas!" Aku langsung memanggil Mas Bayu."Mas! Antar kerumah Uli!" ucapku pada M
last updateLast Updated : 2022-07-21
Read more

Perubahan

PoV Bayu."Panji!" Itu nama yang di sebut Fitri sebagai adik tiriku. Tadinya aku tak ambil pusing. Toh, selama ini dia tak pernah mengangu keluargaku. Baik keluarga inti seperti Mas Rian dan yang lain ataupun keluargaku, keluarga kecil.Tapi, hari ini aku di kejutkan dengan penuturan Fitri dan juga pengakuan karyawanku. Bahwa semua masalah itu datang dari Panji.Jiwa lelakiku tentu berontak. Bagaimanapun aku geram dengan tingkahnya yang membuat usaha yang kurintis bangkrut. Tapi ... Aku penasaran atas motif apa yang membuat Panji begitu dendam padaku?Masih kuingat. Saat itu usiaku sekitar delapan atau sembilan tahun. Saat seorang perempuan datang kerumah. Dia mengungkapkan tentang acara seribu hari ayahku. Tapi, dengan tegas saat itu Mas Rian yang sudah dewasa menolak. Aku tak tahu pasti saat itu apa yang di permasalahkan.Wanita itu di usir keluar dari rumah kami. Rumah yang sekarang di tinggali Ririn. Rumah sederhana namun menyimpan banyak kenangan disana.Dulu, Ibu memiliki sawah
last updateLast Updated : 2022-07-21
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status