Home / CEO / Mendadak Kaya Usai Bercerai / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mendadak Kaya Usai Bercerai : Chapter 81 - Chapter 90

104 Chapters

Delapan Puluh Satu

Kinar melebarkan senyum mendengar tawaran Wisnu, teman lama yang kini bertemu kembali dan memiliki misi yang sama. Keduanya berjabat tangan, lalu saling pandang dengan pikiran masing-masing. Entah apa yang ada di pikiran Wisnu, kini ia kembali memiliki dendam yang baginya harus tuntas. Merebut kembali Anisa atau merusak kebahagiaan mantan istrinya itu. “Mulai besok kamu bisa bekerja sama denganku. Menjadi sekretaris pribadiku.” “Dengan senang hati, kita hancurkan mereka. Aku mau lihat, apa mereka masih bisa tersenyum,” ucap Kinar.Bayangan Kinar pun penuh dengan kebencian. Apalagi lagi saat mengingat Abas. Sama dengan Wisnu, misinya adalah menghancurkan rumah tangga Anisa atau bisnisnya sekaligus. Sebagaimana Anisa menghancurkan hatinya juga Abas yang membuat jiwanya rapuh. Kedua orang jahat itu entah bagaimana bisa memiliki sifat sama. Wisnu menatap Kinar tanpa henti, melihat kecantikan teman lamanya itu membuat hasratnya bergairah. Apalagi jika mengingat Nina, istrinya yang
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Delapan Puluh Dua

Perasaan yang sama juga di rasakan oleh Abas saat melihat keduanya tersenyum. Apa ini adalah sebuah awal dari apa yang mereka kan lakukan pada perusahaan Anisa pikir Abas. “Kayanya harus waspada kita, Nis.” Abas kembali mengingatkan untuk waspada dan berhati-hati dengan keduanya. Dia tidak menyangka jika Wisnu kembali berulah setelah dirinya percaya dengan mantan suami sang istri. Harusnya mereka tak mempercayai dan tak memberikan modal untuk Wisnu. Ternyata, sifat tak bisa berubah dan sudah mendarah daging. “Kita pergi dari sini, Bas.” “Iya, Nis.” Abas kembali mengemudikan mobilnya menuju kantor. Ia gegas mengumpulkan beberapa orang untuk membahas masalah ini termasuk Bu Rahayu. Keduanya sampai di kantor, Abas langsung mengadakan rapat dan Anisa langsung ke ruangannya. Melihat kondisi perusahaan sepeti ini, Anisa sedikit terguncang apalagi melihat mantannya melakukan hal tidak baik. Apa yang ia lakukan pun sepertinya harus lebih mantap. “Kamu kenapa sepeti itu?” tanya Amira y
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Delapan Puluh Tiga

“Apa yang di rebut. Aku dan kamu sudah selesai, aku sudah katakan itu sejak awal.” Abas mencoba menjelaskan pada Kinar. Namun, di dalam lubuk hati Kinar, ia tak percaya jika mantan kekasihnya itu sudah melupakannya.“Mungkin kita sudah selesai, itu kata kamu. Tapi, aku yakin di dalam lubuk hati kamu masih ada nama aku. Benarkan?”Tidak ada yang salah dari apa yang di katakan oleh Kinar. Saat hampir menikah saja ia masih memikirkan Kinar. “Kalau kamu tidak cinta denganku, mana mungkin kamu datang ke acara pemakaman Papa aku. Itu tandanya kamu masih peduli dengan aku, Bas. Hanya saja kamu terikat dengan perjodohan itu.”Abas mengusap wajah dengan kasar. Ia tak mau Kinar kembali mengharapkannya. Namun, ia pun tidak memungkiri jika masih mencintai Kinar walau kini ia sudah menjadi suami dari Anisa. “Bas, jawab!” pekik Kinar lagi.“Apa yang harus aku jawab?”“Kamu masih cinta sama aku, kan?” “Kamu pikir saja sendiri, berapa lama kita berhubungan. Aku memang masih mencintai kam
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Delapan Puluh Empat

Amira terdiam, menantunya itu menatap dengan tajam. Menuntut sebuah jawaban atas pertanyaan yang dirinya juga ragu akan hal tersebut. Sebuah jaminan? Apa yang menjadi jaminan? Harus bagaimana ia sekarang? Abas benar-benar membuatnya harus memutar otak. Ancaman Anisa pun sepertinya tidak main-main. Membuat Amira harus berhati-hati dalam bertindak. Takut jika salah langkah, ia benar-benar dimiskinkan. "Mengapa Mama terdiam? Mama juga ragu, kan tentang hal itu?" tanya Anisa. Membangun sebuah kepercayaan di atas kepercayaan yang pernah kecewa, tidaklah mudah. Anisa tak hanya curiga bahkan ia mendengarnya secara langsung bila Abbas masih mencintai wanita lain. Lantas lelaki seperti apalagi yang harus dirinya percaya. "Mama yang akan menjadi jaminannya bila Abas tidak akan seperti itu," ungkap Amira. Anisa menggeleng, soal kepercayaan membuatnya luluh lantak. Ia takut kembali jatuh dalam kubangan kecewa. Takut kembali mengalami masa-masa yang membuatnya terluka. Luka batin takkan mudah
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Delapan Puluh Lima

Anisa kecewa, ia benar-benar marah akan apa yang telah diperbuat oleh Abas. Terlebih lagi Kinar yang membuatnya muak. Dirinya segera bangkit, keluar dari kamar dan melangkah cepat dengan napas yang memburu. Apa yang membuat hatinya ragu terbukti. Selain yang terdengar dan terlihat oleh mata kepalanya sendiri. Anisa mengetuk pintu kamar sang mertua dengan keras. Tak memedulikan bila punggung tangannya telah memerah. "Ada apa Anisa?" tanya Amira. "Apakah bukti yang Mama maksud bila Abas tak seperti apa yang aku pikirkan?" tanya Anisa sembari menunjukkan ponselnya itu. Amira terdiam. Ia bungkam, entah harus bagaimana cara menjelaskannya foto tersebut membuat dirinya sulit untuk mengelak. "Sabar dulu, Nis," ujar Amira. "Apa kata Mama aku harus sabar? Kurang sabar bagaimana aku ini Ma?" tanya Anisa. Hati wanita yang pernah kecewa dan kini dikecewakan lagi harus bersabar? "Takkan ada ampun untuk seorang pengkhianat," ujar Anisa. "Anisa, mama mohon tenangkan dulu dirimu, ya, Nak,"
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Delapan Puluh Enam

Kinar terkekeh mendengar ucapan Wisnu, keduanya memang pantas bekerja sama. Mereka tak memiliki hati jadi tak peduli dengan perasaan orang lain. Yang kinar ingin hanya Abas kembali menjadi miliknya dan dirinya tak usah repot bekerja karena harta Abas pun tak akan habis ke mana.Sementara, Wisnu sedang membayangkan tentang pernikahan kedua yang akan di langsungkan bersama Anisa. Pria itu tak sabar menunggu kehancuran mereka.Wisnu pamit pulang karena sejak tadi Nina mencoba menghubungi dirinya. Ia malas menjawab, tapi nanti wanita itu malah tak mau melayaninya. Selama ini Wisnu bersikap baik pada istrinya karena takut dia pergi dan tidak ada yang mengurus rumah. Lumayan asisten tanpa bayaran pikirnya. Berbeda dengan saat mereka memperlakukan Anisa, Bu Atik lebih lembut memperlakukan Nina karena jika dia terlihat seperti membabukan menantunya, tentunya Nina akan kabur. Dan nasib mereka akan sama seperti saat di tinggal Anisa. Sebelum pulang, Wisnu pun pamit pada Kinar. Tak sengaja
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Delapan Puluh Tujuh

Anisa bergeming, bercerai mungkin hal itu yang akan membuatnya tenang. Namun, tidak bisa menghilangkan rasa sakit yang di buat oleh Abas. Pria itu datang membawa kebahagiaan, tapi ternyata juga memberikan luka. Hati Anisa terasa perih jika mengingat dirinya sudah percaya, tapi terkhianati jua.Apalagi saat ini, janji Abas untuk setia pun hancur. Sejak kedatangan Kinar semua janji manis itu tak terlihat lagi. “Nis, pikirkan lagi. Apa kamu tidak mau mencari bukti lebih dahulu?” tanya sang ibu. “Bukti apalagi, Bu?” Anisa sedikit emosi. “Siapa tahu, ada yang terjadi sebelum itu. Siapa tahu, Abas ke sana hanya untuk melihat karena iba. Bisa saja, Wisnu dan Kinar bekerja sama untuk menjatuhkan kamu dan Abas.”Apa yang di katakan sang ibu membuat Anisa sedikit berpikir, apa benar semua itu adalah jebakan. Namun, jika benar pun Abas sudah terlihat tak setia. Untuk apa mempertahankan.“Bu, aku sudah bulat dengan keputusan aku. Maaf, jika aku mengecewakan kalian.”Ada rasa tidak ena
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Delapan Puluh Delapan

Bukan masalah siap atau tidak, tapi Abas sangat mencintai Anisa. Bukan karena harta, tapi sikap tegas dan kemajuannya dalam pemikiran. Anisa tipe orang yang tidak mudah menyerah, tapi sangat sulit untuk di bujuk. “Aku sebenarnya tidak siap, tapi apa yang aku lakukan mungkin sudah sangat menyakiti hatinya. Aku mau atau tidak, pasti gugatan itu akan ada.” Abas menarik napas panjang.Sementara, sang ibu turut prihatin atas kesalahan yang di lakukan oleh Abas. Sangat menyayangkan semuanya. “Anisa sudah memisahkan beberapa aset yang memang punya kamu,” ujar Amira. “Aku akan pergi tanpa membawa apa pun, Mama tak usah ikut. Tinggal di sini bersama Anisa saja. Biar aku yang pergi karena rumah dan harta ini hanya milik Mama.”Amira memeluk sang anak, ia tahu kalau Abas tak sepenuhnya salah. Seperti yang di katakan Bu Asih, semua ada permainan. Jadi, biarkan mereka mencari tahu lebih dulu. “Aku siap dan tidak akan dendam, jika Anisa menemukan kalau aku tidak bersalah, aku siap kembali
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Delapan Puluh Sembilan

“Aku hanya kaget tiba-tiba dia mencoba bunuh diri. Aku merasa iba, hanya itu, Anisa. Tolong mengerti aku,” ujar Abas. Abas hanya bergeming, dia tak mau banyak membela diri karena dirinya memang bersalah. Akan tetapi ia hanya ingin Anisa percaya, tapi sudahlah pikirnya.“Aku pamit, hati kamu masih kesal lebih baik aku menjaga jarak. Maafkan aku jika melakukan banyak salah dan menyakiti kamu.”Anisa diam seribu bahasa saat melihat tubuh Abas menghilang dari pandangan. Tak ada hal yang harus di bicarakan, Anisa tak banyak bicara karena ingin mencari banyak bukti lebih dahulu. Ia paham kalau Abas mungkin sedang merasa gundah, tapi ia tak bisa mengatakan kalau dirinya sedang mencari tahu. Anisa kembali duduk dengan memijit pelipisnya. Apa yang harus ia lakukan pasti akan membuat Abas menderita. Juga sang tante yang mungkin akan sedih. Anisa pun mencoba memanggil pengacara Abas. Setelah sebelumnya ia sudah berkomunikasi dengan pengacaranya. Ada hal yang akan di bicarakannya. Pak R
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Sembilan Puluh

Wisnu bingung harus membawa ke mana Kinar saat ini, ia pun hanya menatap tubuh bawahnya itu dengan netra yang tak berkedip. “Saat tertidur saja terlihat cantik, apalagi saat dia tanpa sehelai baju pun.” Wisnu bergumam sendiri. Wisnu pun tahu ke mana dia akan membawa Kinar saat ini. Pria itu langsung mengemudikan mobilnya menuju tempat yang sudah ada di pikirannya. Mobil melaju kencang, jalanan ibu kota pun terasa sepi. Wisnu sejak tadi tak henti menatap wajah Kinar. Sebuah kesempatan emas bisa bersama dengan perempuan yang membuat dirinya bergairah. Sebelumnya, ia mencoba menghubungi Nina.“Nin, Mas tidak pulang malam ini karena masih di Bogor.” Wisnu berbicara dari sambungan telepon. “Iya, Mas. Kok bisa enggak pulang?” Nina bertanya dari ujung telepon.“Mobilku tiba-tiba mogok, ini aja aku menunggu di hotel.” Walau berdusta, dia pun tak merasa bersalah. “Iya sudah, hati-hati, Mas.”Wisnu menutup telepon karena sudah memasuki halaman hotel. Ia pun langsung parkir dan meme
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status