Share

Delapan Puluh Dua

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Perasaan yang sama juga di rasakan oleh Abas saat melihat keduanya tersenyum. Apa ini adalah sebuah awal dari apa yang mereka kan lakukan pada perusahaan Anisa pikir Abas.

“Kayanya harus waspada kita, Nis.”

Abas kembali mengingatkan untuk waspada dan berhati-hati dengan keduanya. Dia tidak menyangka jika Wisnu kembali berulah setelah dirinya percaya dengan mantan suami sang istri.

Harusnya mereka tak mempercayai dan tak memberikan modal untuk Wisnu. Ternyata, sifat tak bisa berubah dan sudah mendarah daging.

“Kita pergi dari sini, Bas.”

“Iya, Nis.”

Abas kembali mengemudikan mobilnya menuju kantor. Ia gegas mengumpulkan beberapa orang untuk membahas masalah ini termasuk Bu Rahayu.

Keduanya sampai di kantor, Abas langsung mengadakan rapat dan Anisa langsung ke ruangannya.

Melihat kondisi perusahaan sepeti ini, Anisa sedikit terguncang apalagi melihat mantannya melakukan hal tidak baik. Apa yang ia lakukan pun sepertinya harus lebih mantap.

“Kamu kenapa sepeti itu?” tanya Amira y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sartika Gultom
ayo dong Thor, buat Anisa membicarakan rencananya sama Abas Thor biar tidak ada kesalahan pahaman diantara Abas dan Anisa Thor, biar kinar sama Wisnu sama" jdi gelandangan Thor ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Delapan Puluh Tiga

    “Apa yang di rebut. Aku dan kamu sudah selesai, aku sudah katakan itu sejak awal.” Abas mencoba menjelaskan pada Kinar. Namun, di dalam lubuk hati Kinar, ia tak percaya jika mantan kekasihnya itu sudah melupakannya.“Mungkin kita sudah selesai, itu kata kamu. Tapi, aku yakin di dalam lubuk hati kamu masih ada nama aku. Benarkan?”Tidak ada yang salah dari apa yang di katakan oleh Kinar. Saat hampir menikah saja ia masih memikirkan Kinar. “Kalau kamu tidak cinta denganku, mana mungkin kamu datang ke acara pemakaman Papa aku. Itu tandanya kamu masih peduli dengan aku, Bas. Hanya saja kamu terikat dengan perjodohan itu.”Abas mengusap wajah dengan kasar. Ia tak mau Kinar kembali mengharapkannya. Namun, ia pun tidak memungkiri jika masih mencintai Kinar walau kini ia sudah menjadi suami dari Anisa. “Bas, jawab!” pekik Kinar lagi.“Apa yang harus aku jawab?”“Kamu masih cinta sama aku, kan?” “Kamu pikir saja sendiri, berapa lama kita berhubungan. Aku memang masih mencintai kam

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Delapan Puluh Empat

    Amira terdiam, menantunya itu menatap dengan tajam. Menuntut sebuah jawaban atas pertanyaan yang dirinya juga ragu akan hal tersebut. Sebuah jaminan? Apa yang menjadi jaminan? Harus bagaimana ia sekarang? Abas benar-benar membuatnya harus memutar otak. Ancaman Anisa pun sepertinya tidak main-main. Membuat Amira harus berhati-hati dalam bertindak. Takut jika salah langkah, ia benar-benar dimiskinkan. "Mengapa Mama terdiam? Mama juga ragu, kan tentang hal itu?" tanya Anisa. Membangun sebuah kepercayaan di atas kepercayaan yang pernah kecewa, tidaklah mudah. Anisa tak hanya curiga bahkan ia mendengarnya secara langsung bila Abbas masih mencintai wanita lain. Lantas lelaki seperti apalagi yang harus dirinya percaya. "Mama yang akan menjadi jaminannya bila Abas tidak akan seperti itu," ungkap Amira. Anisa menggeleng, soal kepercayaan membuatnya luluh lantak. Ia takut kembali jatuh dalam kubangan kecewa. Takut kembali mengalami masa-masa yang membuatnya terluka. Luka batin takkan mudah

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Delapan Puluh Lima

    Anisa kecewa, ia benar-benar marah akan apa yang telah diperbuat oleh Abas. Terlebih lagi Kinar yang membuatnya muak. Dirinya segera bangkit, keluar dari kamar dan melangkah cepat dengan napas yang memburu. Apa yang membuat hatinya ragu terbukti. Selain yang terdengar dan terlihat oleh mata kepalanya sendiri. Anisa mengetuk pintu kamar sang mertua dengan keras. Tak memedulikan bila punggung tangannya telah memerah. "Ada apa Anisa?" tanya Amira. "Apakah bukti yang Mama maksud bila Abas tak seperti apa yang aku pikirkan?" tanya Anisa sembari menunjukkan ponselnya itu. Amira terdiam. Ia bungkam, entah harus bagaimana cara menjelaskannya foto tersebut membuat dirinya sulit untuk mengelak. "Sabar dulu, Nis," ujar Amira. "Apa kata Mama aku harus sabar? Kurang sabar bagaimana aku ini Ma?" tanya Anisa. Hati wanita yang pernah kecewa dan kini dikecewakan lagi harus bersabar? "Takkan ada ampun untuk seorang pengkhianat," ujar Anisa. "Anisa, mama mohon tenangkan dulu dirimu, ya, Nak,"

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Delapan Puluh Enam

    Kinar terkekeh mendengar ucapan Wisnu, keduanya memang pantas bekerja sama. Mereka tak memiliki hati jadi tak peduli dengan perasaan orang lain. Yang kinar ingin hanya Abas kembali menjadi miliknya dan dirinya tak usah repot bekerja karena harta Abas pun tak akan habis ke mana.Sementara, Wisnu sedang membayangkan tentang pernikahan kedua yang akan di langsungkan bersama Anisa. Pria itu tak sabar menunggu kehancuran mereka.Wisnu pamit pulang karena sejak tadi Nina mencoba menghubungi dirinya. Ia malas menjawab, tapi nanti wanita itu malah tak mau melayaninya. Selama ini Wisnu bersikap baik pada istrinya karena takut dia pergi dan tidak ada yang mengurus rumah. Lumayan asisten tanpa bayaran pikirnya. Berbeda dengan saat mereka memperlakukan Anisa, Bu Atik lebih lembut memperlakukan Nina karena jika dia terlihat seperti membabukan menantunya, tentunya Nina akan kabur. Dan nasib mereka akan sama seperti saat di tinggal Anisa. Sebelum pulang, Wisnu pun pamit pada Kinar. Tak sengaja

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Delapan Puluh Tujuh

    Anisa bergeming, bercerai mungkin hal itu yang akan membuatnya tenang. Namun, tidak bisa menghilangkan rasa sakit yang di buat oleh Abas. Pria itu datang membawa kebahagiaan, tapi ternyata juga memberikan luka. Hati Anisa terasa perih jika mengingat dirinya sudah percaya, tapi terkhianati jua.Apalagi saat ini, janji Abas untuk setia pun hancur. Sejak kedatangan Kinar semua janji manis itu tak terlihat lagi. “Nis, pikirkan lagi. Apa kamu tidak mau mencari bukti lebih dahulu?” tanya sang ibu. “Bukti apalagi, Bu?” Anisa sedikit emosi. “Siapa tahu, ada yang terjadi sebelum itu. Siapa tahu, Abas ke sana hanya untuk melihat karena iba. Bisa saja, Wisnu dan Kinar bekerja sama untuk menjatuhkan kamu dan Abas.”Apa yang di katakan sang ibu membuat Anisa sedikit berpikir, apa benar semua itu adalah jebakan. Namun, jika benar pun Abas sudah terlihat tak setia. Untuk apa mempertahankan.“Bu, aku sudah bulat dengan keputusan aku. Maaf, jika aku mengecewakan kalian.”Ada rasa tidak ena

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Delapan Puluh Delapan

    Bukan masalah siap atau tidak, tapi Abas sangat mencintai Anisa. Bukan karena harta, tapi sikap tegas dan kemajuannya dalam pemikiran. Anisa tipe orang yang tidak mudah menyerah, tapi sangat sulit untuk di bujuk. “Aku sebenarnya tidak siap, tapi apa yang aku lakukan mungkin sudah sangat menyakiti hatinya. Aku mau atau tidak, pasti gugatan itu akan ada.” Abas menarik napas panjang.Sementara, sang ibu turut prihatin atas kesalahan yang di lakukan oleh Abas. Sangat menyayangkan semuanya. “Anisa sudah memisahkan beberapa aset yang memang punya kamu,” ujar Amira. “Aku akan pergi tanpa membawa apa pun, Mama tak usah ikut. Tinggal di sini bersama Anisa saja. Biar aku yang pergi karena rumah dan harta ini hanya milik Mama.”Amira memeluk sang anak, ia tahu kalau Abas tak sepenuhnya salah. Seperti yang di katakan Bu Asih, semua ada permainan. Jadi, biarkan mereka mencari tahu lebih dulu. “Aku siap dan tidak akan dendam, jika Anisa menemukan kalau aku tidak bersalah, aku siap kembali

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Delapan Puluh Sembilan

    “Aku hanya kaget tiba-tiba dia mencoba bunuh diri. Aku merasa iba, hanya itu, Anisa. Tolong mengerti aku,” ujar Abas. Abas hanya bergeming, dia tak mau banyak membela diri karena dirinya memang bersalah. Akan tetapi ia hanya ingin Anisa percaya, tapi sudahlah pikirnya.“Aku pamit, hati kamu masih kesal lebih baik aku menjaga jarak. Maafkan aku jika melakukan banyak salah dan menyakiti kamu.”Anisa diam seribu bahasa saat melihat tubuh Abas menghilang dari pandangan. Tak ada hal yang harus di bicarakan, Anisa tak banyak bicara karena ingin mencari banyak bukti lebih dahulu. Ia paham kalau Abas mungkin sedang merasa gundah, tapi ia tak bisa mengatakan kalau dirinya sedang mencari tahu. Anisa kembali duduk dengan memijit pelipisnya. Apa yang harus ia lakukan pasti akan membuat Abas menderita. Juga sang tante yang mungkin akan sedih. Anisa pun mencoba memanggil pengacara Abas. Setelah sebelumnya ia sudah berkomunikasi dengan pengacaranya. Ada hal yang akan di bicarakannya. Pak R

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh

    Wisnu bingung harus membawa ke mana Kinar saat ini, ia pun hanya menatap tubuh bawahnya itu dengan netra yang tak berkedip. “Saat tertidur saja terlihat cantik, apalagi saat dia tanpa sehelai baju pun.” Wisnu bergumam sendiri. Wisnu pun tahu ke mana dia akan membawa Kinar saat ini. Pria itu langsung mengemudikan mobilnya menuju tempat yang sudah ada di pikirannya. Mobil melaju kencang, jalanan ibu kota pun terasa sepi. Wisnu sejak tadi tak henti menatap wajah Kinar. Sebuah kesempatan emas bisa bersama dengan perempuan yang membuat dirinya bergairah. Sebelumnya, ia mencoba menghubungi Nina.“Nin, Mas tidak pulang malam ini karena masih di Bogor.” Wisnu berbicara dari sambungan telepon. “Iya, Mas. Kok bisa enggak pulang?” Nina bertanya dari ujung telepon.“Mobilku tiba-tiba mogok, ini aja aku menunggu di hotel.” Walau berdusta, dia pun tak merasa bersalah. “Iya sudah, hati-hati, Mas.”Wisnu menutup telepon karena sudah memasuki halaman hotel. Ia pun langsung parkir dan meme

Bab terbaru

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Empat

    “Nar, sudah membuat susu untuk Bumi?” tanya abu Zani. “Iya, Bu. Tapi aku mau buat makanan dulu buat Abas, kalau dia pulang tidak ada maafkan kasihan,” ujar Kinar dengan senyum tipis.Bu Zani mengerutkan kening, apa yang terjadi dengan Kinar anaknya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu, apa yang terjadi pikirnya. Ia menghampiri sang anak lalu bertanya apa yang di maksud olehnya. “Nar, Abas mau datang?” tanya Bu Zani pelan. “Iya, Bu. Tadi kami video call, dia senang karena aku sudah melahirkan anaknya. Bumi itu anak aku dan Abas,” ujar Kinar. Bu Zani cemas, lalu memegang bahu sang anak. “Nar, sadar kamu. Apa yang kamu katakan itu tidak benar. Bumi anak putri yang kamu adopsi, bukan anak kamu dan Abas.” Kinar menepis tangan sang ibu, tatapannya begitu tajam hingga membuat Bu Zani ngeri. Tidak mungkin sang anak mengalami gangguan jiwa, tapi memang dari gejala terlihat seperti itu. Ia langsung menarik Kinar untuk sadar dengan apa yang ada di pikirannya.Bu Zani menepuk-nepuk

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Tiga

    Wisnu menatap kantor yang dirinya pimpinan kini gulung tikar. Awal kehancurannya adalah saat Kinar keluar tiba-tiba, semua membatalkan kerja sama hingga ia tak mendapatkan keuntungan. Dirinya telah mencari pengganti untuk posisi Kinar, tetapi justru membuat perusahaannya semakin hancur. "Pa, tolong suntikan dana."Pak Hartawan sudah tak mau lagi membantu perusahaan anaknya itu. Wisnu selalu gegabah dalam mengambil keputusan dana sebanyak apa pun akan habis. "Pa, lalu bagaimana dengan aku? Aku memiliki istri yang harus dinafkahi," ungkap Wisnu. Pak Hartawan, melepas kacamatanya. Ia memijat pangkal hidungnya itu. "Kamu bisa menjadi karyawan di perusahaan yang papa pimpin," ujar Pak Hartawan. Mata Wisnu membulat, ia menjadi bawahan di perusahaan papanya? Dirinya ingin menolak, tetapi tahu sifat seorang Hartawan bila telah mengambil keputusan tak ada satu orang pun yang dapat mengubahnya. Wisnu keluar dari ruangan papanya dengan wajah kecewa. Kariernya benar-benar hancur. Lelaki it

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Dua

    Bu Zani khawatir tentang masa depan Bumi. Pasti akan banyak biaya untuk kedepannya. Susu, pakaian serta lainnya. Entahlah sepertinya Kinar terlalu gegabah dengan mengambil keputusan tersebut. "Bumi, udah wangi, udah minum susu juga tidur, ya, Nak." Bu Zani bicara pelan.Akan tetapi, kehadiran Bumi pun membawa dampak positif bagi Kinar bila dia kini lebih mudah untuk tertawa."Nar, kamu taukan mengurus anak itu bukan hanya memberikan kasih sayang saja, tetapi pasti memiliki biaya, lalu kamu akan membiayainya dari mana?" tanya Bu Zani. Sudah satu minggu Bumi tinggal bersama mereka dan Kinar pun banyak menghabiskan waktu dengannya. Ia menaruh jari telunjuknya di bibir memberi pertanda agar ibunya tidak bicara lagi. Kinar beranjak dari kasur. Ia segera keluar dan menemui ibunya yang berada di ruang tamu. "Kinar nanti akan bekerja lagi, Ma," ujar Kinar. Senyumnya begitu semringah. Ya, hadirnya Bumi pada kehidupan Kinar membuat semangat baru. Kini ia akan kembali mencari pekerjaan kemb

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Satu

    Anisa dilarikan ke rumah sakit, air ketuban telah pecah. Namun, ia belum merasakan kontraksi apa-apa. "Bayinya terlilit tapi pusar, serta air ketubannya sudah keruh."Abas dan Bu Asih saling menatap. Abas belum mengerti apa tindakan yang harus ia ambil. "Lakukan apa pun yang terbaik, Dok," ujar Abas. Sang Dokter mengangguk. Ia pasti akan mengambil tindakan yang tepat. "Air ketuban keruh kemungkinan bayi dalam kandungan sudah bab, jika dibiarkan bisa-bisa ia keracunan di dalam kandungan."Abas semakin panik. Ia tak tahu harus bagaimana. "Untuk prosedur operasi caesar kami membutuhkan tandatangan, Pak Abas sebagai suaminya."Abas mengangguk ia segera menandatangani surat yang diberikan sang dokter. Usia kandungan Anisa memasuki minggu ke 39 saat USG dua hari lalu jika posisi bayi masih di atas belum berada pada posisi yang tepat untuk melahirkan secara normal. Sebelum operasi Anisa harus melakukan puasa terlebih dahulu. Wajah wanita itu terlihat pucat, banyak ketakutan yang diriny

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    seratus

    Bab 100Melihat Wisnu yang masih mematung ia kecewa harus menelan pil pahit kehidupan bila dirinya memang lelaki mandul, buktinya dari tiga wanita yang pernah dirinya jamah tak ada yang hamil. Sebagai seorang lelaki dirinya benar-benar, malu. Bagaimana jika orang tuanya tahu? Bagaimana jika Nina tahu siapa yang bermasalah? Kinar langsung menendang kaki lelaki itu hingga terjatuh. Dirinya segera masuk ke mobil dan mengendarai dengan kecepatan yang sangat tinggi. Membelah teriknya matahari. Kinar membelokkan mobil pada parkiran sebuah rumah sakit mewah. Ya, sekarang ibunya sering sakit hingga ia harus menebus obat dibagian farmasi.Langkah Kinar terhenti. Baru saja bertemu Wisnu kini ia sudah dikejutkan oleh sepasang suami istri yang baru keluar dari ruang kandungan. Abas dan Anisa, ia memilih untuk menghindari keduanya. Dirinya benar-benar sedang tidak mau mencari ribut dengan siapa pun. Anisa dan Abas saling menatap. "Tumben, dia tidak mencari masalah," ujar Anisa. Abas mengangk

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    sembilan Puluh Sembilan

    Anisa terpaku melihat perjuangan Abas yang rela basah kuyup demi membelikannya martabak keju. Ya, lelaki itu tak memakai mobil, karena takut terhambat macet yang akan menyita banyak waktu. Apalagi martabak yang diinginkannya adalah martabak yang sedang viral. "Kamu langsung mandi, Bas," ujar Anisa. Abas mengangguk. Ia segera menuju kamar dan Anisa melangkah menuju dapur. "Kamu tak ada rasa kasihan sedikit pun pada Abas memangnya? Lihat dia rela hujan-hujanan demi membelikan apa yang kamu inginkan. Padahal ibu yakin martabak ini paling cuma kamu makan sepotong," ungkap Bu Asih sembari memindahkan bungkusan martabak ke piring. Anisa terdiam, ia memejamkan mata ini bukan untuk yang pertama kalinya Abas mencarikan apa yang dirinya ingin. Kemarin malam pun sama, dirinya menginginkan nasi goreng pukul 02.00 WIB dini hari. Abas rela mencarikannya. "Ini, bawa berikan martabak ini untuk Abas. Ibu tidak selera," ungkap Bu Asih. Anisa mengangguk. Hatinya dihantui rasa bersalah. Apa dirinya

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Delapan

    Wisnu merasa sang istri merendahkannya. Jelas-jelas mengatakan bila ialah yang mandul. Dirinya merasa terpojokkan, Nina benar-benar memancing emosinya. "Kau—""Apa?" tanya Nina. "Beraninya kau berbicara seperti itu pada suamimu, Nin?" tanya Wisnu. Urat-urat leher lelaki itu sudah menegang. Matanya pun telah memerah. "Memangnya kenapa jika itu fakta kamu tak bisa mengelaknya, Mas," sahut Nina. Tak ada rasa takut, ia tetap menjawab apa yang Wisnu ucapkan. Dirinya lelah selalu dipojokkan dan disalahkan sang mertua dan juga suaminya. "Diam!" seru Wisnu. "Kalau aku tidak mau diam, kenapa?" sahut Nina. Wisnu mengepalkan tangan. Ia menendang kursi rias milik sang istri. Lalu berbalik menatap Nina dengan mengangkat tangan. Nina telah memejamkan mata, tetapi Wisnu mengurungkan niat untuk menamparnya. "Kenapa tidak jadi?" tanya Nina. Ia semakin menantang dengan mendekatkan pipi pada lengan Wisnu. "Ayo tampar aku, Mas," ujar Nina sembari memegangi lengan sang suami. Wisnu terdiam. H

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Tujuh

    Bu Asih, tersenyum. Ia puas melihat wajah mantan besannya yang terlihat muram itu. Rencana Allah itu memang dahsyat. Dulu putrinya dihina dikata-katai jika mandul, nyatanyalah sekarang anaknya tengah mengandung. "Hei, kamu, ajak Wisnu ke dokter kandungan siapa tahu memang dia memiliki masalah," ujar Bu Asih. Nina terdiam, ia hanya menunduk malu. Memang benar sampai sekarang dirinya belum hamil juga. Bu Asih bukan tanpa alasan mengatakan hal tersebut, tetapi dirinya tak mau jika wanita yang kini menjadi menantunya Bu Atik akan diperlakukan sama seperti Anisa waktu dulu. Ia hanya memberikannya sedikit peringatan. Anisa menyentuh bahu sang ibu, agar tidak lagi mengatakan apa pun. "Buahnya ini sudah cukup, Bu, Anisa juga udah capek," tutur Anisa. Bu Asih menoleh, ia mengangguk. "Kami pamit, dulu, ya, kan kalau wanita hamil itu tidak boleh kecapean," tutur Bu Asih. Mereka segera membayar, lalu pulang. Di dalam mobil Bu Asih bercerita kepada Bu Amira, bagaimana ia puas melihat reak

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Enam

    "Ih, kamu itu bisa enggak sih jangan dekat-dekat aku. Mual tau rasanya," ujar Anisa. "Masa, sih, Nis, kamu mual?" tanya Abas. Anisa bungkam. Anaknya ini tak bisa diajak berkompromi. Entahlah ia ingin berdekatan dengan Abas, tetapi dirinya terlalu gengsi untuk mengakuinya. Jika suaminya itu berangkat bekerja, ia akan merasa kesepian, kesal sendiri dan melakukan apa pun dengan emosi karena keinginannya tak dituruti. "Iya," jawab Anisa. Abas bukan orang yang mudah menyerah, ia akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan kembali hati sang istri. Terlebih lagi sekarang mereka akan memiliki anak yang sudah pastinya akan semakin menguatkan rumah tangganya. Anisa melirik ke arah Abas terkadang beberapa kali mencuri pandang. "Ya sudah, daripada kamu mual lebih baik aku keluar," ujar Abas. 'Tak peka!' Anisa memalingkan wajahnya, kenapa coba Abas harus keluar dari kamar. Harusnya lelaki itu tetap berada di sampingnya, sudah seharian ditinggal kerja dan sekarang sudah di rumah pun dirinya h

DMCA.com Protection Status