Semua Bab Hinaan dari Mantan Suami: Bab 21 - Bab 30

36 Bab

Setelah Lima Tahun

#HDMS Setelah Lima TahunKu lambaikan tanganku pada Arsya, anak lelakiku dengan mas Erlangga, setelah ia berpamitan untuk masuk sekolah.Ya, inilah salah satu aktivitas keseharianku, mengantarkannya untuk sekolah setiap pagi."Dada sayang." Aku menoleh pada wanita berambut panjang di sebelahku yang begitu heboh melambaikan tangannya pada seorang anak perempuan yang juga telah memasuki area sekolah."Sandra?" Ku beranikan menyapa wanita yang ku yakini adalah Sandra, istri dari mas Fadil dulu.Wanita itu meyibakan rambut lurusnya. "Siapa ya?" Tampaknya wanita ini tak mengenaliku, atau jika benar ia Sandra, mungkinkah ia sudah lupa denganku?Wanita tersebut tampak berpikir dan mengingat-ingat sesuatu. "Kamu Ratna 'kan? Mantannya mas Fadil?" katanya menunjuk kearahku."Iya, aku Ratna," jawabku."Itu tadi anakmu? " Ku tunjuk kearah dalam sekolah. Heran, karena terakhir pertemuan kami yang tak disengaja saat di rumah sakit dulu, mas Fadil dinyatakan mandul oleh dokter yang juga menangani k
Baca selengkapnya

Kesaksian Bi Inah

#HDMS"Bu Ratna." Aku menoleh pada bi Inah yang baru saja datang usai membeli sayuran. Ku hentikan sejenak aktivitasku yang sedang mempersiapkan peralatan masak."Kenapa Bi?" tanyaku yang melihat bi Inah seperti sedang gelisah.Bi Inah mengeluarkan beberapa sayuran dan bahan pangan lainnya dari tas keranjang bawaannya. Ia meletakkan bahan-bahan tersebut di atas meja dekatku.Sembari memilah bahan yang akan dimasak, bi Inah menceritakan mengapa ia sampai terlihat gelisah seperti ini.Rupanya, saat ia tengah berbelanja di tukang sayur tadi, banyak ibu-ibu yang membicarakan tentang diriku."Katanya, ibu dulu mantan istrinya pak Fadil tetangga baru kita itu ya Bu?" tanya bi Inah ragu.Bi Inah lalu menceritakan kejadian yang barusan ia alami. Menurut persaksiannya, tersebar berita bahwa aku dulu diceraikan karena aku tak becus mengurus suami. Juga menjadi menantu yang tak tahu diri, dan mencoba menggoda mas Erlangga saat ia masih menjadi atasan Fadil.Aku terperanjat mendengar ceritanya bi
Baca selengkapnya

Mendatangi Rumah Bu Susi

#HDMS [Bagaimana bu Rika?] Ku kirimkan pesan singkat pada bu Rika untuk memastikan jika pekerjaannya sudah selesai. [Beres bu, siap semua] balas bu Rika. Aku tersenyum mendapati jawaban dari bu Rika tersebut. Hari ini, keluarga bu Susi harus membayar semua perbuatan mereka."Senyum-senyum sendiri, kenapa? Sudah dapat kabar dari bu Rika?" mas Erlangga tiba-tiba muncul. Ia duduk di sebelahku. Lelaki dewasa nan mapan yang menikahiku lima tahun yang lalu ini berhasil mengubah kehidupanku dari segala hal, termasuk ilmu agama. Bahkan, ada saja kebahagiaan yang ku rasakan setiap kali membersamainya. "InsyaaAllah, semoga ini adalah keberkahan yang Allah berikan untuk kita," kata mas Erlangga setiap kali aku menyatakan bahwa aku bahagia menjadi istrinya. "Sudah Mas, nanti tinggal naikin gaji suaminya, ya," kataku seraya merangkul lengannya. Mas Erlangga menoleh kewajahku. "Loh, apa hubungannya sama gaji? Gak, ah," tolak mas Erlangga. Aku menatap heran suamiku ini, lalu melepaskan ling
Baca selengkapnya

Permainan yang sebenarnya

#HDMSBab 24 Permainan yang sebenarnya "Kehadiran kalian ke sini membuat namaku buruk di mata masyarakat, jangan salahkan jika nanti kalian mendapatkan balasannya!" kataku saat nafasku mulai teratur kembali. "Ingat!" ku tatap setiap pasang mata di depanku ini. "Aku bukan Ratna yang dulu!" tekanku lagi. Mereka terdiam seketika. Ini hanya awal dari rencanaku, karena rencana yang sesungguhnya aku takkan bermain sendiri. "Jaga mulutmu atau kamu ku usir dari sini!" gertak Fadil dengan menunjuk kearah luar. Mendengar gertakan mantan suamiku barusan bukannya membuatku takut malah semakin bersemangat untuk terus memancing kemarahan mereka. Aku tersenyum menyeringai kearah tiga makhluk yang pernah bersekongkol guna mengusik kehidupanku dulu. "Loh, kok marah? Bukankah kenyataannya memang demikian?" sindirku yang membuat kedua pasangan di depanku ini semakin naik pitam. Tanpa banyak berkata dan dengan wajah yang penuh amarah, Fadil melihat ke sekeliling diluar gerbang rumahnya. Aku yakin
Baca selengkapnya

Arsya dan Temannya

#HDMSBab 25 Arsya dan Temannya"Astaghfirullah hal'adzim ...." Mas Erllanga mengusap kepalanya sembari membuang napas. Lalu mendudukkan tubuhnya di atas sofa. "Mas .... " Ku coba menenangkan lelaki berstatus imam rumah tanggaku ini. Benar. Aku berusaha mengerti keadaannya saat ini. Dimana satu-satunya cabang usahanya harus tutup lantaran masalah keuangan. Aku sendiri tak tahu pasti sebab aku memang tak mengerti tentang usaha seperti yang ia geluti. "Sabar ya, Mas." Ku elus pelan punggung suamiku yang kemudian hanya dibalas dengan senyuman tipis. "Mau bagaimana lagi? Nanti biar Damar aja yang urus. Kita akan fokus ke pusat setelah itu," ujar mas Erlangga. Lalu berlalu ke dalam ruang kerjanya. Aku benar-benar tak bisa berbuat lebih selain berusaha menenangkan dan memberinya waktu luang untuk sendiri. Karena selama ini aku juga tak tahu bagaimana kondisi keuangan usaha suamiku. Dan soal Damar, memang semenjak aku dan mas Erlangga menikah, ia mempercayakan Damar sebagai asistennya g
Baca selengkapnya

Pertemuan PKK

#HDMSBab 26 Pertemuan PKK"Aku gak ngarang, Mbak. Serius." Dina menunjukkan raut wajah menyakinkan. Astaghfirullah hal'adzim. Entah bagaimana aku harus bersikap jika Anggun sebaik itu. Sebab di awal saat aku mengetahui identitas kedua orang tuanya saja membuatku tak begitu bisa menerima ia berteman dengan Arsya. Tapi apa yang ia lakukan padaku barusan? Ah, benar-benar dibuat dilema. ***"Anggota baru? Siapa, Bu?" tanyaku pada bu Rt yang mengumumkan kalau pertemuan pkk kali ini kami akan kedatangan anggota baru. Bu Rt tersenyum. "Bu Sandra sama bu Susi, mbak Ratna," jawabnya. Mendengar jawaban bu rt barusan seketika membuat kedua mataku membulat seakan tak percaya dengan apa yang dikatakannya. Ku pikir setelah kejadian beberapa hari yang lalu, mantan mertua juga wanita ular itu akan pindah dari sini. Atau setidaknya tidak menampakkan wajahnya dengan ibu-ibu di sini. Sayangnya dugaanku salah. Malah yang ada mereka akan menjadi bagian dari acara rutin setiap bulannya di kampung ini.
Baca selengkapnya

Fadil Berubah ?

#HDMSBab 27 Fadil Berubah? "Astaghfirullah hal'adziiiim! Kok bisa-bisanya, sih!" aku menggerutu kesal mengingat kejadian tadi pagi saat pertemuan PKK. Bagaimana tidak kesal kalau ternyata rencanaku untuk membuat bu Susi dan keluarganya kapok untuk tidak mengusik hidupku terasa gagal. Hal itu karena kehadiran mereka tadi pagi yang menyatakan ikut bergabung dalam kelompok PKK di sini. Ditambah Arsya sendiri malah semakin dekat dengan Anggun. Dimana hampir setiap harinya sepulang sekolah Anggun bermain ke rumahku. Memang ada perasaan ingin melarang, tetapi aku tak sampai hati jika apa yang menjadi keinginanku akan menyakit gadis kecil itu. Apalagi mengetahui sikapnya saat aku pingsan waktu itu ditambah setiap kali ia bertemu denganku ia selalu menunjukkan sikap yang baik. Jelas hal ini membuatku dilema setengah mati. Ah, lemas rasanya membayangkan harus bertetanggaan sekaligus membiarkan anak lelakiku berteman dengan anak dari keluarga mantan suamiku itu. Lagi-lagi mending jika hubu
Baca selengkapnya

Yang Terjadi Pada Mas Erlangga

#HDMSBab 28 Yang Terjadi pada Mas ErlanggaDi suatu malam aku tiba-tiba terbangun dari tidurku lalu menyadari mas Erlangga tak lagi ada di sisiku. Ketika ku lihat jam yang menempel di dinding waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari. "Tumben Mas Erlangga sholat gak ngajakin aku," keluhku. Karena tidak biasanya jika suamiku itu menunaikan sholat malam tidak mengajakku. "Astaghfirullah ... Pantesan aku gak diajak. Aku kan belum selesai haid." Ku usap wajahku dengan agak kasar. Menyadari alasan yang membuat mas Erlangga tak mengajakku untuk sholat aku pun memutuskan untuk kembali tidur. Namun, entah mengapa tiba-tiba aku malah tak bisa melanjutkan tidurku. Mataku seakan segar bugar dan tak merasa kantuk sama sekali. Dan kebetulan juga tiba-tiba aku merasa haus. Aku pun keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Saat berjalan menuju dapur dan melewati ruang sholat aku melihat mas Erlangga yang sepertinya sudah selesai menunaikan sholatnya. Tetapi, karena ingin mengam
Baca selengkapnya

Sepeninggal Mas Erlangga

#HDMSBab 29 Sepeninggal Mas ErlanggaTepat hari ini adalah hari terakhir masa iddah ku usai kepergian mas Erlangga yang menurutku sangatlah mendadak. Masih teringat jelas bagaimana akhir kehidupan dari suamiku itu. Sejujurnya aku bersyukur dan yakin jika mas Erlangga bisa mendapat tempat terbaik dari-Nya. Namun, di sisi lain aku juga kerap merasa menyesal ketika mengingat kembali kejadian-kejadian sebelum mas Erlangga meninggal. "Kenapa waktu itu aku gak tegur kamu,sih, Mas .... ?" pertanyaan inilah yang sampai detik ini masih menghantuiku. Menyesal. Sangat menyesal. Bahkan sekedar memanggil pun tidak aku lakukan. Mencari keberadaanmu yang jelas-jelas sebelum subuh mas Erlangga tak kembali ke dalam kamar. Astaghfirullah .... "Nduk?" terdengar lembut suara ibuku memanggil. Lekas aku mengusap air mata yang telah membasahi kedua pipiku. Aku berjalan menghampiri ibuku yang berdiri di ambang pintu. "Iya, Bu?" tanyaku. "Sudah, ya." Ibu mengelus bahu kananku sembari mengulas senyum m
Baca selengkapnya

Teringat Kembali

#HDMSBab 30 Teringat Kembali"Kamu kenapa, Nduk? Ibu perhatiin seharian ini, kok, cemberut gitu? Ada masalah?" ibu menatapku dengan wajah gelisahnya. "Aku gak pa-pa, Bu. Ibu tenang aja," balasku berbohong. Sebab sebetulnya aku sedang berada di titik tidak baik-baik saja. Benar, setelah pulang berbelanja tadi pagi aku memilih untuk tidak menceritakan apapun kepada ibu dan bapakku. Mengingat umur mereka yang sudah mulai tua, aku juga tidak ingin menambah beban karena masalah yang dibuat mantan besannya itu. Namun ternyata pilihanku untuk tidak bercerita itu malah tanpa sadar membuatku tak banyak bicara sepanjang hari. Dimana hal itu membuat kedua orang tuaku khawatir. Astagfirullah. "Yakin? Jangan sungkan kalau mau cerita apa-apa. Aku ini ibumu, tau, lho kalau kamu sekarang ini pasti lagi kepikiran sesuatu," ujar ibuku yang entah mengapa tebakannya memang tepat. "Iya, Bu," balasku sambil tersenyum tipis. Lagi-lagi aku sungguh tak ingin membuat ibuku khawatir. Setelah ibuku pergi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status