#HDMS"Bu Ratna." Aku menoleh pada bi Inah yang baru saja datang usai membeli sayuran. Ku hentikan sejenak aktivitasku yang sedang mempersiapkan peralatan masak."Kenapa Bi?" tanyaku yang melihat bi Inah seperti sedang gelisah.Bi Inah mengeluarkan beberapa sayuran dan bahan pangan lainnya dari tas keranjang bawaannya. Ia meletakkan bahan-bahan tersebut di atas meja dekatku.Sembari memilah bahan yang akan dimasak, bi Inah menceritakan mengapa ia sampai terlihat gelisah seperti ini.Rupanya, saat ia tengah berbelanja di tukang sayur tadi, banyak ibu-ibu yang membicarakan tentang diriku."Katanya, ibu dulu mantan istrinya pak Fadil tetangga baru kita itu ya Bu?" tanya bi Inah ragu.Bi Inah lalu menceritakan kejadian yang barusan ia alami. Menurut persaksiannya, tersebar berita bahwa aku dulu diceraikan karena aku tak becus mengurus suami. Juga menjadi menantu yang tak tahu diri, dan mencoba menggoda mas Erlangga saat ia masih menjadi atasan Fadil.Aku terperanjat mendengar ceritanya bi
#HDMS [Bagaimana bu Rika?] Ku kirimkan pesan singkat pada bu Rika untuk memastikan jika pekerjaannya sudah selesai. [Beres bu, siap semua] balas bu Rika. Aku tersenyum mendapati jawaban dari bu Rika tersebut. Hari ini, keluarga bu Susi harus membayar semua perbuatan mereka."Senyum-senyum sendiri, kenapa? Sudah dapat kabar dari bu Rika?" mas Erlangga tiba-tiba muncul. Ia duduk di sebelahku. Lelaki dewasa nan mapan yang menikahiku lima tahun yang lalu ini berhasil mengubah kehidupanku dari segala hal, termasuk ilmu agama. Bahkan, ada saja kebahagiaan yang ku rasakan setiap kali membersamainya. "InsyaaAllah, semoga ini adalah keberkahan yang Allah berikan untuk kita," kata mas Erlangga setiap kali aku menyatakan bahwa aku bahagia menjadi istrinya. "Sudah Mas, nanti tinggal naikin gaji suaminya, ya," kataku seraya merangkul lengannya. Mas Erlangga menoleh kewajahku. "Loh, apa hubungannya sama gaji? Gak, ah," tolak mas Erlangga. Aku menatap heran suamiku ini, lalu melepaskan ling
#HDMSBab 24 Permainan yang sebenarnya "Kehadiran kalian ke sini membuat namaku buruk di mata masyarakat, jangan salahkan jika nanti kalian mendapatkan balasannya!" kataku saat nafasku mulai teratur kembali. "Ingat!" ku tatap setiap pasang mata di depanku ini. "Aku bukan Ratna yang dulu!" tekanku lagi. Mereka terdiam seketika. Ini hanya awal dari rencanaku, karena rencana yang sesungguhnya aku takkan bermain sendiri. "Jaga mulutmu atau kamu ku usir dari sini!" gertak Fadil dengan menunjuk kearah luar. Mendengar gertakan mantan suamiku barusan bukannya membuatku takut malah semakin bersemangat untuk terus memancing kemarahan mereka. Aku tersenyum menyeringai kearah tiga makhluk yang pernah bersekongkol guna mengusik kehidupanku dulu. "Loh, kok marah? Bukankah kenyataannya memang demikian?" sindirku yang membuat kedua pasangan di depanku ini semakin naik pitam. Tanpa banyak berkata dan dengan wajah yang penuh amarah, Fadil melihat ke sekeliling diluar gerbang rumahnya. Aku yakin
#HDMSBab 25 Arsya dan Temannya"Astaghfirullah hal'adzim ...." Mas Erllanga mengusap kepalanya sembari membuang napas. Lalu mendudukkan tubuhnya di atas sofa. "Mas .... " Ku coba menenangkan lelaki berstatus imam rumah tanggaku ini. Benar. Aku berusaha mengerti keadaannya saat ini. Dimana satu-satunya cabang usahanya harus tutup lantaran masalah keuangan. Aku sendiri tak tahu pasti sebab aku memang tak mengerti tentang usaha seperti yang ia geluti. "Sabar ya, Mas." Ku elus pelan punggung suamiku yang kemudian hanya dibalas dengan senyuman tipis. "Mau bagaimana lagi? Nanti biar Damar aja yang urus. Kita akan fokus ke pusat setelah itu," ujar mas Erlangga. Lalu berlalu ke dalam ruang kerjanya. Aku benar-benar tak bisa berbuat lebih selain berusaha menenangkan dan memberinya waktu luang untuk sendiri. Karena selama ini aku juga tak tahu bagaimana kondisi keuangan usaha suamiku. Dan soal Damar, memang semenjak aku dan mas Erlangga menikah, ia mempercayakan Damar sebagai asistennya g
#HDMSBab 26 Pertemuan PKK"Aku gak ngarang, Mbak. Serius." Dina menunjukkan raut wajah menyakinkan. Astaghfirullah hal'adzim. Entah bagaimana aku harus bersikap jika Anggun sebaik itu. Sebab di awal saat aku mengetahui identitas kedua orang tuanya saja membuatku tak begitu bisa menerima ia berteman dengan Arsya. Tapi apa yang ia lakukan padaku barusan? Ah, benar-benar dibuat dilema. ***"Anggota baru? Siapa, Bu?" tanyaku pada bu Rt yang mengumumkan kalau pertemuan pkk kali ini kami akan kedatangan anggota baru. Bu Rt tersenyum. "Bu Sandra sama bu Susi, mbak Ratna," jawabnya. Mendengar jawaban bu rt barusan seketika membuat kedua mataku membulat seakan tak percaya dengan apa yang dikatakannya. Ku pikir setelah kejadian beberapa hari yang lalu, mantan mertua juga wanita ular itu akan pindah dari sini. Atau setidaknya tidak menampakkan wajahnya dengan ibu-ibu di sini. Sayangnya dugaanku salah. Malah yang ada mereka akan menjadi bagian dari acara rutin setiap bulannya di kampung ini.
#HDMSBab 27 Fadil Berubah? "Astaghfirullah hal'adziiiim! Kok bisa-bisanya, sih!" aku menggerutu kesal mengingat kejadian tadi pagi saat pertemuan PKK. Bagaimana tidak kesal kalau ternyata rencanaku untuk membuat bu Susi dan keluarganya kapok untuk tidak mengusik hidupku terasa gagal. Hal itu karena kehadiran mereka tadi pagi yang menyatakan ikut bergabung dalam kelompok PKK di sini. Ditambah Arsya sendiri malah semakin dekat dengan Anggun. Dimana hampir setiap harinya sepulang sekolah Anggun bermain ke rumahku. Memang ada perasaan ingin melarang, tetapi aku tak sampai hati jika apa yang menjadi keinginanku akan menyakit gadis kecil itu. Apalagi mengetahui sikapnya saat aku pingsan waktu itu ditambah setiap kali ia bertemu denganku ia selalu menunjukkan sikap yang baik. Jelas hal ini membuatku dilema setengah mati. Ah, lemas rasanya membayangkan harus bertetanggaan sekaligus membiarkan anak lelakiku berteman dengan anak dari keluarga mantan suamiku itu. Lagi-lagi mending jika hubu
#HDMSBab 28 Yang Terjadi pada Mas ErlanggaDi suatu malam aku tiba-tiba terbangun dari tidurku lalu menyadari mas Erlangga tak lagi ada di sisiku. Ketika ku lihat jam yang menempel di dinding waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari. "Tumben Mas Erlangga sholat gak ngajakin aku," keluhku. Karena tidak biasanya jika suamiku itu menunaikan sholat malam tidak mengajakku. "Astaghfirullah ... Pantesan aku gak diajak. Aku kan belum selesai haid." Ku usap wajahku dengan agak kasar. Menyadari alasan yang membuat mas Erlangga tak mengajakku untuk sholat aku pun memutuskan untuk kembali tidur. Namun, entah mengapa tiba-tiba aku malah tak bisa melanjutkan tidurku. Mataku seakan segar bugar dan tak merasa kantuk sama sekali. Dan kebetulan juga tiba-tiba aku merasa haus. Aku pun keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Saat berjalan menuju dapur dan melewati ruang sholat aku melihat mas Erlangga yang sepertinya sudah selesai menunaikan sholatnya. Tetapi, karena ingin mengam
#HDMSBab 29 Sepeninggal Mas ErlanggaTepat hari ini adalah hari terakhir masa iddah ku usai kepergian mas Erlangga yang menurutku sangatlah mendadak. Masih teringat jelas bagaimana akhir kehidupan dari suamiku itu. Sejujurnya aku bersyukur dan yakin jika mas Erlangga bisa mendapat tempat terbaik dari-Nya. Namun, di sisi lain aku juga kerap merasa menyesal ketika mengingat kembali kejadian-kejadian sebelum mas Erlangga meninggal. "Kenapa waktu itu aku gak tegur kamu,sih, Mas .... ?" pertanyaan inilah yang sampai detik ini masih menghantuiku. Menyesal. Sangat menyesal. Bahkan sekedar memanggil pun tidak aku lakukan. Mencari keberadaanmu yang jelas-jelas sebelum subuh mas Erlangga tak kembali ke dalam kamar. Astaghfirullah .... "Nduk?" terdengar lembut suara ibuku memanggil. Lekas aku mengusap air mata yang telah membasahi kedua pipiku. Aku berjalan menghampiri ibuku yang berdiri di ambang pintu. "Iya, Bu?" tanyaku. "Sudah, ya." Ibu mengelus bahu kananku sembari mengulas senyum m
#HDMSBab 35 TAMATAku masih berusaha untuk bersikap acuh. Aku tak ingin Fadil mendapati kalau diriku bersimpati dengan apa yang menimpanya saat ini. Karena bagiku mungkin saja itu adalah karma yang harus ia terima. Dan aku juga cukup lega lantaran apa yang menjadi dugaanku tadi tidak benar adanya. "Ada satu hal yang ingin aku katakan ke kamu," kata Fadil yang tiba-tiba membuatku terperangah. Duh, mungkinkah dugaanku akan benar? Aku menelan ludahku sendiri. Mendadak sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Fadil padaku. "Apa? Cepat ya, gak usah pakai drama!" ketusku dengan masih membuang muka. Meski penasaran dengan apa yang akan Fadil katakan, tetapi di sisi lain aku juga mulai muak dengan keadaan ini. Terlebih aku juga tak ingin jika tiba-tiba aku teringat dengan hal-hal masa lalu kami. Karena bagiku itu sangat menganggu! "Aku masih mencintaimu." Baru satu kalimat saja sudah membuat kedua mataku membulat seketika. Perasaan akan dugaanku terasa semakin nyata. Bagaimana
#HDMSBab 34 Bertemu KembaliSeperti aktivitasku sebelumnya pagi ini aku mengantar Arsya ke sekolah. "Bunda nanti jemput, ya," kata Arsya. "Iya, InsyaaAllah," balas ku sembari tersenyum. Arsya lalu mencium takzim tangan kananku. Lalu bergegas masuk ke dalam ruang kelasnya. Sebagai ibu aku cukup bangga dan bahagia melihat Arsya di usianya yang sekarang selalu bisa mengerti akan keadaanku. Apalagi semenjak kepergian mas Erlangga ia lah yang kerap menjadi pelipur laraku. "Assalamu'alaikum."Mendadak aku terdiam setelah mendengar seseorang berucap salam di dekatku. Bersamaan dengan itu salah satu tanganku telah berhasil menemukan kunci sepeda motorku. Aku menoleh kearah belakang dimana aku mendengar sumber suara yang barusan berucap salam. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku mengetahui siapa orang tersebut. "Fadil?" lirihku sambil menatap wajah mantan suamiku itu. "Assalamu'alaikum Ratna," ucap Fadil lagi. "Waalaikumsalam." Dengan nada sedikit pelan aku membalas salam dari Fadi
#HDMSBab 33 Rahasia Fadil"Rahasia?" aku terkejut setengah mati setelah mendengar bapak akan menjelaskan tentang rahasia Fadil kepadaku. Ya, rahasia dimana mantan suamiku itu ternyata masih menyimpan rasa padaku. Lebih tepatnya ia tak pernah menghilangkan perasaannya terhadapku sekalipun kami telah berpisah. "Dia juga yang ingin melamarmu setelah selesai masa iddahmu waktu itu." Kembali aku dibuat tercengang mendengar bapak berkata demikian. Setelah tiga bulan berlalu entah mengapa bapak mengatakan hal ini padaku. Padahal aku sendiri merasa sudah lebih baik tanpa keberadaan Fadil dan keluarganya. Bapak melanjutkan perkataannya yang mana beliau menjelaskan jika ternyata semua perbuatan jahat Fadil terhadapku bukan semata-mata ia ingin menyakitiku. Bukan karena ia membenciku. Bukan! Melainkan karena ia menuruti perkataan dari bu Susi. Ibu kandungnya sendiri. Waktu itu setelah kembalinya Sandra ke kehidupan Fadil, bu Susi yang memang sejak dulu sangat menyukainya dan berharap ia la
#HDMSBab 33 PamitSejenak aku terpaku melihat bu Susi yang sedang duduk di kursi roda dengan keadaan seperti mengalami strok. Benar, tamu yang hadir malam ini adalah Fadil dan ibunya. Tanpa Sandra yang biasanya ikut kemanapun kedua makhluk ini berada. Mm, kemana dia, ya? Jujur ketika melihat Fadil lah yang menjadi tamu yang ditunggu-tunggu ibu sejak tadi membuatku kecewa sekaligus prihatin. Kecewa karena awalnya aku mengira tamu yang dimaksud ibu mungkin adalah saudara jauh kami atau teman lamanya. Sebab, selama ini ibu akan selalu tampak bahagia jika ada saudara atau temannya lah yang akan mengunjunginya. Namun, melihat kondisi bu Susi yang demikian aku juga ikut prihatin. Di sisi lain aku juga bertanya-tanya dengan keadaannya yang sekarang. Pantas saja hampir satu bulan ini aku tak lagi menjumpainya dimana pun. Termasuk saat berbelanja sayur atau acara PKK yang belum lama di gelar. "Duduk, Nduk," pinta bapak yang seketika membuyarkan lamunanku. Tanpa berkata apa-apa aku pun me
#HDMSBab 32 DilamarSuatu hari tak sengaja aku mendapati bapak sedang berbincang-bincang dengan seseorang di teras depan. Karena penasaran aku pun bergegas mengintip dari balik horden jendela yang berada tepat di belakang kursi teras. Dan saat aku mengetahui lawan bicara dari bapak kandungku itu membuatku sangat terkejut sekaligus tak percaya. Siapa lagi kalau bukan mantan terburuk. Fadil. "Mau ngapain lagi tuh mahkluk!" umpatku. Jengkel sekali rasanya melihat Fadil lagi-lagi hadir di rumah ini. Padahal baru beberapa pekan yang lalu ia datang ke sini bersama pak Rt dan bu Rt untuk meminta maaf dan berdamai. Tiba-tiba aku agak terkejut ketika melihat bapak dan mantan menantunya itu tertawa bersama. Sependengaranku mereka berdua tadinya tidak membahas hal-hal yang lucu. Atau aku saja yang tidak terlalu memperhatikan. Namun yang jelas, melihat bapak dan Fadil tertawa bersama seperti itu malah membuatku semakin jengkel jadinya. Sebab itu artinya bapakku sendiri sudah mulai kembali ny
#HDMSBab 31 Kedatangan Tamu Taj Diundang Sudah beberapa hari ini aku kembali mengurung diriku di rumah. Termasuk berbelanja dan mengantar Arsya ke sekolah aku meminta bantuan ke orang-orang yang ada di rumah. Bukan tanpa alasan aku memutuskan hal ini. Sebab, aku hanya ingin lebih menenangkan pikiranku saja. Karena sudah beberapa ini aku merasa Fadil selalu mengganggu. Ahh, kesal sendiri aku jadinya jika mengingat mantan terburuk ku itu. "Ibu atau kamu yang anter Arsya?" tiba-tiba ibuku muncul. Selalu saja pertanyaan ini yang beliau utarakan di setiap pagi. "Ibu saja lah," jawabku malas. Kalau hanya membeli bakso keliling yang biasanya lewat depan rumah aku masih bisa mengiyakannya. Tetapi untuk mengantar Arsya aku masih tak ingin. Bukan karena takut bertemu Fadil, tetapi lebih merasa risih jika melihatnya kembali.Dengan senyum manis ibu lantas pergi meninggalkanku. Aku tahu ibu tidak akan marah dengan sikapku barusan. Sebab aku yakin ibuku itu memahami betul apa yang sedang aku
#HDMSBab 30 Teringat Kembali"Kamu kenapa, Nduk? Ibu perhatiin seharian ini, kok, cemberut gitu? Ada masalah?" ibu menatapku dengan wajah gelisahnya. "Aku gak pa-pa, Bu. Ibu tenang aja," balasku berbohong. Sebab sebetulnya aku sedang berada di titik tidak baik-baik saja. Benar, setelah pulang berbelanja tadi pagi aku memilih untuk tidak menceritakan apapun kepada ibu dan bapakku. Mengingat umur mereka yang sudah mulai tua, aku juga tidak ingin menambah beban karena masalah yang dibuat mantan besannya itu. Namun ternyata pilihanku untuk tidak bercerita itu malah tanpa sadar membuatku tak banyak bicara sepanjang hari. Dimana hal itu membuat kedua orang tuaku khawatir. Astagfirullah. "Yakin? Jangan sungkan kalau mau cerita apa-apa. Aku ini ibumu, tau, lho kalau kamu sekarang ini pasti lagi kepikiran sesuatu," ujar ibuku yang entah mengapa tebakannya memang tepat. "Iya, Bu," balasku sambil tersenyum tipis. Lagi-lagi aku sungguh tak ingin membuat ibuku khawatir. Setelah ibuku pergi
#HDMSBab 29 Sepeninggal Mas ErlanggaTepat hari ini adalah hari terakhir masa iddah ku usai kepergian mas Erlangga yang menurutku sangatlah mendadak. Masih teringat jelas bagaimana akhir kehidupan dari suamiku itu. Sejujurnya aku bersyukur dan yakin jika mas Erlangga bisa mendapat tempat terbaik dari-Nya. Namun, di sisi lain aku juga kerap merasa menyesal ketika mengingat kembali kejadian-kejadian sebelum mas Erlangga meninggal. "Kenapa waktu itu aku gak tegur kamu,sih, Mas .... ?" pertanyaan inilah yang sampai detik ini masih menghantuiku. Menyesal. Sangat menyesal. Bahkan sekedar memanggil pun tidak aku lakukan. Mencari keberadaanmu yang jelas-jelas sebelum subuh mas Erlangga tak kembali ke dalam kamar. Astaghfirullah .... "Nduk?" terdengar lembut suara ibuku memanggil. Lekas aku mengusap air mata yang telah membasahi kedua pipiku. Aku berjalan menghampiri ibuku yang berdiri di ambang pintu. "Iya, Bu?" tanyaku. "Sudah, ya." Ibu mengelus bahu kananku sembari mengulas senyum m
#HDMSBab 28 Yang Terjadi pada Mas ErlanggaDi suatu malam aku tiba-tiba terbangun dari tidurku lalu menyadari mas Erlangga tak lagi ada di sisiku. Ketika ku lihat jam yang menempel di dinding waktu telah menunjukkan pukul tiga dini hari. "Tumben Mas Erlangga sholat gak ngajakin aku," keluhku. Karena tidak biasanya jika suamiku itu menunaikan sholat malam tidak mengajakku. "Astaghfirullah ... Pantesan aku gak diajak. Aku kan belum selesai haid." Ku usap wajahku dengan agak kasar. Menyadari alasan yang membuat mas Erlangga tak mengajakku untuk sholat aku pun memutuskan untuk kembali tidur. Namun, entah mengapa tiba-tiba aku malah tak bisa melanjutkan tidurku. Mataku seakan segar bugar dan tak merasa kantuk sama sekali. Dan kebetulan juga tiba-tiba aku merasa haus. Aku pun keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Saat berjalan menuju dapur dan melewati ruang sholat aku melihat mas Erlangga yang sepertinya sudah selesai menunaikan sholatnya. Tetapi, karena ingin mengam