"Aku ingin pulang saja, Fa!" ucapku, seraya bergegas berdiri. "Ke mana? Tadi, katanya lelah?" "Ke rumah mertuaku saja."Farah terlihat mengerutkan dahinya, lalu menghembuskan napas panjang dari mulutnya. "Ibu membutuhkan aku, Fa! Aku tak tega membiarkannya bersedih terlalu lama." Tak terasa mataku mengembun. Kebencianku kepada Bang Haikal semakin menggunung. Karena ulahnya, lah, Ibu jadi begini. "Apakah kau masih akan bertahan dengan lukamu, Na? Haikal bukanlah orang yang tepat untuk kau perjuangkan!" tanya Farah tak bersemangat. Kuraih pundah Farah, menatap lekat mata sahabatku itu, "Beri aku waktu, Fa! Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk pergi.""Baiklah!" ucap Farah, setelah beberapa saat terdiam. "Jangan menangis lagi!" Lanjutnya, seraya tertawa kecil. "Iya, iya … semoga kau berjodoh dengan lelaki yang menjaga kuat kepercayaan, supaya kau tak mengalami nasib sepertiku." Farah merangkul tubuhku, mengusap lembut punggungku, "Aku tak ikhlas kau diperlakukan begini," uc
Last Updated : 2022-07-20 Read more