"Papah!" teriakku lagi, akan tetapi suami tak ada, dia memang pergi cari Makmur, lalu ku hubungi lewat telepon. "Papah, Makmur, Pah," kataku begitulah telepon tersambung. "Iya, Mah, kenapa Makmur?" "Makmur diculik, Pah," Tak sampai sepuluh menit suami sudah datang, dia tak lagi tenang seperti biasa, rupanya kalau soal anak dia panik juga. Kuperlihatkan pesan yang masuk ke messenger-ku. Pesan dari seseakun bernama "Pencari keadilan", suami lalu melihat dan meneliti pesan itu, entah apa yang ada di pikiran suami. "Pah, anakku, kembalikan anakku, Pah," kataku seraya menangis histeris. "Iya, Mah, tenang, dulu, Mah," kata suami. "Tenang, tenang, itu aja Papah dari dulu," tangisku makin menjadi. Gawaiku berbunyi ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal, segera kuangkat. 'Jika ingin anak Anda selamat, turuti apa yang kami katakan," kata seseorang dari seberamg. Suami lalu meminta HP itu, kuhidupkan speaker sebelum memberikan pada suami. "Halo, siapa Anda? Apa yang Anda inginka
Terakhir Diperbarui : 2022-07-04 Baca selengkapnya