"Mba, keperluan rumah ini banyak. Modal mengurus rumah ini juga mahal," ucap Lisa. Ia berdiri di sebelah kiri tubuh kakaknya. Mereka semua sama saja memojokkanku agar mas Ilham membenci. "Keperluan apa? Listrik, gas, air atau sembako. Setahuku, semua rekening tagihan bulanan ini aku yang bayar dan sembako sudah aku stock dalam lemari pendingin. Gak usah pusing. Kalian hanya menempati rumah ini dan merawatnya juga atau bisa jadi sebaliknya," sindir aku agar para benalu sadar. Wajah Lisa merah padam, mungkin ia kesal atau mungkin tersindir. "Sudah! Sudah. Ayo Rita kita istirahat!" ajak mas Ilham. Membopong tubuh istri keduanya.Pikiranku menerawang jauh, apa mungkin mereka akan melakukannya juga.Aku tak akan mengizinkan mereka melakukan hubungan itu di rumah ini."Mas ...," panggilku mesra."Ehm ...," jawbanya menoleh sebentar. "Jangan lupa janjimu makan malam romantis berdua.saja!" Mengedipkan mata agar telihat menggoda."Iya, kamu mandi dan siap-siap." Mas Ilham membawa Rita masu
Read more