Setelah selesai berbincang, kuputuskan untuk keluar dari rumah Ibu. Namun, saat kaki ini akan melangkah masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba ...."Pak ...." Terdengar suara Bik Minah memanggilku. Sontak kuurungkan niatku untuk masuk ke dalam mobil. Aku memutar tubuh. Terlihat Bik Minah berdiri terpaku dengan raut wajah khawatir sembari memainkan kesepuluh jemarinya. Kedua alisku saling bertautan. "Ada apa, Bik?" tanyaku. "Bisa bicara sebentar, Pak?" Dengan sedikit ragu, Bik Minah menjawab ucapanku. Aku mengangguk. "Diluar aja ya, Bik. Takut Ibu marah kalau masih melihatku disini.""Baik, Pak."Akhirnya aku melangkah kembali menuju teras rumah lalu kudaratkan tubuhku di kursi yang terbuat dari rotan yang ada di teras. Pun juga dengan Bik Minah."Ada apa, Bik?" ucapku memecah keheningan. Tadi katanya pengen bicara, tapi malah diam."Begini, Pak ...." "Katakanlah, Bik! Aku tak punya banyak waktu," ucapku. Wajah Bik Minah seperti enggan untuk mengatakan sesuatu. Membuat diri ini semakin bing
Read more