“Mas, maaf, ya. Aku nggak bilang dulu kalau ada Siska juga kemarin.” Aku sibuk menyiapkan baju ganti untuk suamiku. Mas Dani duduk di sofa sambil melepas sepatu. Juga beberapa atribut yang masih melekat di badannya. Jas, dasi dan jam tangan. “Iya, nggak apa-apa. Sikap kamu kaya aneh kemarin itu.” “Kamu tau, kenapa aku melakukan ini?” Mas Dani menggeleng. Aku mengambil smartphone dan langsung membuka galeri untuk mencari hasil tangkapan layar itu. Setelah ketemu, baru kuperlihatkan kepada suamiku. Dia mengamati, membaca satu per satu pesan. “Aku, kok nggak tau kalau Siska chat, Dek?” “Iya. Aku hapus. Maaf, ya, lancang buka HP-mu.” “Enggak apa-apa. Aku juga nggak ngerti kenapa sikap Siska kaya gitu. Aneh rasanya.” Aku mendekat. Duduk tepat di samping suamiku. “Mas, kamu tau kenapa Siska begitu?” “Kenapa?” “Karena dia suka kamu.” “Masa, sih, Dek?” “Iya, Mas.” “Padahal, sikapku biasa aja.” “Gimana ceritanya Siska bisa dapetin nomor kamu? Kita, kan tau, dia itu jarang bersosia
Baca selengkapnya