All Chapters of Teman Tidur Pak Direktur: Chapter 21 - Chapter 30

32 Chapters

Cerita Soal Pria Kedua

"Devin Magistra? Ummm... Kayak pernah dengar nama itu, dimana ya?" Marissa yakin dia pernah mendengar nama itu, bertemu dengan orang yang memiliki nama itu. Tapi entah dimana dan siapa orang itu."Direktur baru." Mayleen memberikan clue agar Marissa bisa lebih cepat menyelesaikan teka-tekinya."Nah, iya! Direktur utama yang baru! Kenapa dengan orang itu?" Tanyanya lagi.Mayleen langsung mendengus kesal. Sekarang, mengucap ataupun mendengar nama Devin seolah membuat darah yang mengalir dalam tubuh Mayleen ingin mencuat keluar dari alirannya. Ada api yang membara dalam hatinya, amarah yang menggebu-gebu."Papa mau jodohin aku sama dia. Ternyata papanya temenan lama sama papa.""Wait a minute!" Marissa meminta Mayleen menghentikan sejenak ceritanya untuk memasang teka-teki yang dia ilusikan dalam kepalanya. "Jadi kamu dijodohkan sama direktur baru itu? Bagus dong! Orangnya ganteng, kaya juga.""Ihhhh! Kaksa! Dengerin dulu sampai selesai ceritanya!" Mayleen sudah menahan-nahan amarahnya a
Read more

Dua Pilihan Untuk Mayleen

"Ya abisnya, kamu suka usil kan? Pernah tuh beberapa waktu lalu kamu bilang kamu makan secara bringas di pertemuan pertama sama cowok gegara nggak cocok sama cowok itu kan? Sekarang kamu ngapain lagi?"Mayleen ketahuan. Yah, dari awal memang ini semua berawal dari idenya sendiri. Dia tidak bisa menyalahkan Devin sepenuhnya karena dia juga ikut andil dalam ide gila itu."Ummm.... Itu juga sih....""Juga?""Ya dianya malah seneng lihat aku makan dengan cara kayak gitu! Pakai dibilang lucu lagi,"Mayleen menaikkan alisnya, bertanya tentang kelanjutan cerita itu."I offered him a bed date." Mayleen menutupi wajahnya karena malu. Dia tidak pernah menyangka akan memberitahukan hal ini pada orang lain. Sudah pasti, setiap orang yang mendengarnya, akan beranggapan bahwa Mayleen hanyalah seseorang yang haus akan belaian seorang pria. Lagipula, siapa juga wanita waras yang akan menawarkan hal seperti itu pada pria yang baru ditemuinya kan? Marissa juga pasti akan menganggapnya seperti orang gil
Read more

Membenci Tanpa Alasan

Mayleen mengernyitkan dahinya tidak percaya. Bagaimana bisa orang terdekatnya malah menyarankannya untuk memahami sikap Devin dan mulai mengenalnya lebih jauh. Padahal Mayleen jelas menegaskan jika dia tidak menyukai pria itu untuk alasan apapun. Bahkan keberadaannya saja sudah sangat menyesakkan untuk Mayleen.“Kaksa kok bisa sih ngomong gitu? Kan aku udah bilang aku nggak suka orang itu. Dia ada di dunia ini aja udah kesialan banget buat aku!” kesal Mayleen. Seolah semua yang dikatakan oleh Marissa tidak ada artinya baginya. Ucapan Marissa terdengar seperti dia mendukung David atas perjodohan Mayleen dengan Devin, dan Mayleen sangat membencinya.“May… jangan terlalu benci. Kalaupun kamu anggap kehadiran dia kesialan buat kamu, buat keluarga dia enggak. Dia juga jadi berkah buat keluarganya. Karena itu, aku mau ingetin kamu. Jangan terlalu benci. Nanti akhirnya suka loh!”Mayleen memutar bola matanya geram. Baru kali ini dia merasa begitu kesal karena dipasangkan dengan orang lain. B
Read more

Mobil Mogok

Sama seperti hari-hari lainnya, Mayleen sudah siap untuk berangkat bekerja sebelum jam 7 pagi.Mayleen adalah tipe orang yang gampang kesal jika harus berhadapan dengan kemacetan ibukota yang seakan tidak pernah memiliki akhir itu. Karena itu, dia akan selalu berusaha siap lebih awal agar bisa menghindari kemacetan jalanan."Alen berangkat dulu." Pamit Mayleen pada kedua orang tuanya. Meskipun masih menyimpan sedikit kekesalan dalam hatinya terkait dengan perjodohan tidak masuk akal itu, Mayleen tetap menunjukkan rasa hormat yang pantas untuk orang tuanya."Papa pesankan taxi dulu, mobilnya harus dibawa ke bengkel untuk service rutin.""Kelamaan, nanti jalanan keburu macet." Tolak Mayleen. "Mobilnya Alen bawa aja, sekalian taruh bengkel deket kantor.""Kalau buru-buru, biar papa aja yang service nanti.""Nggak papa, Alen aja. Lagian ada bengkel di deket kantor. Nanti pas balik kerja biar bisa langsung diambil.""Yasudah kalau gitu." David menerima usulan putrinya dengan senang hati. "
Read more

Wakil David

Bukan raut wajah lega atau bahagia yang tergambar dari wajah Mayleen, melainkan wajah yang kesal.Mayleen jadi menyesal karena menghubungi papanya tentang kondisi mobilnya, alih-alih langsung memanggil montir ke tempatnya.Tok... Tok... Tok...Pria itu kembali mengetuk kaca mobil saat pemiliknya tak menggubrisnya sebelumnya.Mayleen merotasikan bola matanya, serta menghembuskan napasnya secara kasar sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka jendela kaca itu."Apa?" Tanyanya jengah."Keluar." Singkat, padat, dan jelas. Pria itu mengatakannya tanpa mengubah ekspresinya sebelumnya. Masih datar dan tanpa emosi apapun."Nggak bisa." Tolak Mayleen."Keluar dulu.""Nggak mau." Tolak Mayleen sekali lagi. Dia benar-benar malas untuk berargumen dengan pria itu saat ini. Harinya sudah cukup sial dan dia tidak ingin menambah kesialannya di hari ini."Mau ngapain terus di dalam kayak gitu? Lagian montirnya nggak akan bisa datang tepat waktu. Jadi turunlah."Orang itu benar. Montir yang dipanggil p
Read more

Guyonan Ala Konglomerat

Belum juga Mayleen memutuskan apa dia akan berangkat bersama Devin atau tidak. Devin kembali memperingatkan Mayleen tentang sisa waktu yang mereka miliki. Dan yah... Itu membuat Mayleen bertambah kesal."Nggak mau gerak sekarang? Tinggal 5 menit lagi loh!" Devin seperti biasanya, mengucapkan fakta dengan seringai yang tak pernah Mayleen senangi. "Kamu tahu sendiri kan, sekarang ada sistem pemotongan insentif buat karyawan yang telat datang?"Hari ini, Mayleen berkali-kali ditampar oleh keadaan.Mayleen menarik napasnya dalam-dalam. Dia menanamkan stigma baru dalam otaknya. Paling tidak, dia berencana untuk menahan kekesalannya pada Devin daripada harus kehilangan insentif bulanannya.Tidak bisa dipungkiri, disini posisi insentif jauh lebih tinggi dari pada harga diri Mayleen yang sok jual mahal.Sebenarnya keluarga Mayleen cukup berada. Mau beli apapun juga Mayleen bisa meminta langsung pada papanya tanpa kerja keras.Tapi Mayleen pikir, membeli sesuatu dengan kerja kerasnya sendiri j
Read more

Si Onoh

"Padahal awalnya kamu usil banget, pake segala ngusulin Bed Date. Eh.... Sekarang jadi ketus gitu," pernyataan Devin sontak membuat mata Mayleen membulat.Mayleen sudah sangat malu untuk mengingat kecerobohannya waktu itu. Sok-sok an ini jadi wanita jalang agar dibenci oleh lawan kencan butanya, tapi malah berdampak sebaliknya.Apalagi saat Devin menyinggungnya seperti ini, rasa malu yang dia rasakan menjadi berkali-kali lipat!Ingin sekali Mayleen menghilang saja dari bumi ini, saking malunya saat ini.Tapi Mayleen akan bersikap acuh terhadap pernyataan itu. Gengsi lah kalau dia ciut setelah semua yang terjadi."Oh! Itu cuma tes aja." Jawab Mayleen sedikit gugup. Mau sekeras apapun dia berusaha menutupinya, rasa gugup itu tidak bisa menghilang begitu saja."Tes buat apa?""Ya..." Mayleen berusaha keras mencari alasan yang paling masuk akal untuk situasinya, hingga akhirnya dia mengatakan, "tes buat cek aja, cowok yang papa kenalin itu brengsek apa enggak. Main cewek atau enggak.""Te
Read more

Nggak Sayang Aja?

Setibanya di lantai 4, Mayleen buru-buru melakukan absen. Dia benar-benar melakukannya tepat waktu! Meski cukup mepet, hanya kurang beberapa detik lagi sebelum alat itu tidak bisa menerima scan sidik jarinya.Untuk situasi ini, Mayleen merasa bersyukur telah menerima bantuan dari Devin. Walaupun dia tidak mengharapkannya.“Ayo Kaksa, duduk sebentar.” ajaknya kemudian.Marissa mengikutinya di belakangnya tanpa menjawab apapun.“Duh! Tahu nggak? Sejak Kaksa cuti, kerjaanku jadi makin banyak tahu! Apalagi aku yang mesti setor kerjaan ke ruangan si onoh! Bener-bener kayak di neraka rasanya!”“Hush! Jangan ngomong sembarangan!” peringat Marissa.Mayleen ini memang tipe-tipe orang yang asal ceplos sesuai dengan isi hatinya. Kerap kali dia tidak bisa mengontrol mulutnya sendiri untuk tidak berkata hal yang buruk tentang orang lain, tidak peduli bagaimana situasi dan tempatnya.“Aduh tapi gimana ya, May?” Marissa mendahului jalan Mayleen, ia lantas menarik salah satu kursi kerja di dekatnya d
Read more

Sesuatu yang Murahan

“Okay, karena kamu juga panggil aku pakai nama, jadi aku bisa bersikap lebih santai kan?”Mayleen memutar bola matanya kesal. Rasanya tak ada sedetikpun dalam hidupnya yang terasa tenang setelah dia bertemu dengan Devin waktu itu.Selalu saja ada hal yang mengesalkan dan membuatnya frustasi.“Bisa nggak sih, nggak harus ganggu aku? Masalah panggilan aja dibikin ribet!” Mayleen mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya.Berbeda halnya saat berada di suatu tempat dengan orang lain, Mayleen cenderung mudah untuk mengeluarkan uneg-unegnya pada mereka. Mayleen adalah tipe orang yang ceplas-ceplos saat berbicara dengan orang lain.tapi entah bagaimana, jika orang itu adalah Devin, dia selalu merasa kesulitan untuk melakukan hal itu. Seakan ada sesuatu d
Read more

Aku Milikmu

Rampung dengan kegiatannya merapikan meja kerjanya, Mayleen bersiap pulang ke rumahnya. Tentu setelah ia mengantarkan kunci loker itu dan mengambil kembali mobilnya di bengkel.Huft….Mayleen menarik nafasnya panjang. Berharap tidak ada hal yang terjadi padanya saat dia menemui Farel nanti.Perusahaan ini cukup ketat dengan jam kerja karyawannya. Begitu jam kerja usai, semua karyawan bisa langsung pulang ke tempatnya masing-masing. Kalaupun lembur, itu hanya untuk proyek besar yang perlu penanganan khusus.Tidak heran jika di jam kerja seperti ini, cukup banyak ruangan yang sudah ditinggalkan penghuninya.Mayleen menyusuri koridor di lantai 4 untuk mencapai ruang kerja milik Fajar. Jaraknya dari meja kerjanya tidak terlalu jauh. Hanya butuh sekitar 2-3 menit untuk berjalan kaki.Namun langkah kakinya terhenti di depan toilet pria. Dia mendengar sesuatu yang sangat mengejutkannya, tak pernah dia sangka sebelumnya.“Gimana? Katanya sudah nembak Mayleen dari Departemen sebelah kan? Diter
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status