"Jena, bangun. Makan dulu, Sayang.""Erngh ...." Jena mengerang tertahan karena Anita mengusap puncak kepalanya dengan lembut. Wajah gadis itu terlihat pucat, badannya pun agak sedikit demam."Kita ke dokter ya, Sayang?" tawar Anita untuk yang kesekian kalinya. Namun, Jena terus saja menolak."Wajahmu terlihat sangat pucat, Sayang. Badanmu juga agak demam. Ibu takut nanti terjadi sesuatu sama kamu dan calon cucu ibu. Kita ke dokter, ya?"Jena lagi-lagi menggeleng. "Tidak perlu, Bu. Jena cuma butuh istirahat.""Tapi, Sayang ....""Ibu jangan khawatir karena Jena baik-baik saja. Jena cuma merasa sedikit pusing."Anita menghela napas panjang. "Baiklah, ibu tidak akan memaksa kamu lagi. Tapi kamu makan dulu, ya?"Anita membantu Jena untuk bangun lantas menata beberapa buah bantal di ujung tempat tidur agar Jena bisa makan dengan nyaman. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu kemudian meraih semangkok bubur yang ada di atas meja."Kamu mau makan sendiri atau ibu suapi?""Jena mak
Last Updated : 2022-09-20 Read more