Bima, kini Kiel, sedang berdiri di depan kaca panjang di sudut kamar mandinya. Tubuhnya agak melengkung, dua tangan bertumpu pada permukaan kramik di sekitar wastafel dan lurus ia memandangi pantulan diri. Lekat ia mengamati dirinya sendiri. Inchi per inchi kelereng biru toska Kiel menyapu permukaan kulitnya yang terpantul. Dia bisa melihat bercak-bercak merah di sana, di sekitar tulang selangka, leher bahkan di dada. Tak hanya semburat merah itu yang berada di sana, sebagian … di sana terdapat bekas gigitan. Heh, lebam pun ikut merona. Menghirup napas panjang, lelaki berema pirang itu mendongak. Pelan ia memejamkan mata, kejadian semalam jumpalitan merasuk benak. Sentuhan pun belaian yang dia terima masih terasa sangat jelas sekali. Lalu bisikan suara berat … pun ancaman demi ancaman yang orang itu lemparkan. Tubuh ini, Kiel, masih mengingatnya. Semua itu seperti baru saja terjadi. Menyibak rema pirang, Bima menggeleng. “Nggak apa. Nggak ada yang tahu apa yang terjadi semalam.
Terakhir Diperbarui : 2022-04-04 Baca selengkapnya