Semua Bab Aku Tidak Mandul, Mas!: Bab 31 - Bab 40

46 Bab

Melisa Gangguan Mental

Satu minggu berlalu semenjak sidang pertama perceraiannya. Setiap hari Naya lalui dengan rasa gundah di hatinya.Bukan dia tidak merasa lega dengan mudahnya proses perceraiannya dengan Hanan, akan tetapi pikirannya selalu melayang pada kondisi Melisa. Memang Naya membencinya karena telah merusak rumah tangganya. Tetapi dia tidak tega mengingat sekarang Melisa sedang dalam musibah.Bahkan sekarang Melisa sudah tidak mungkin mengandung lagi, tentu itu akan sangat mempengaruhi kondisi psikisnya.Naya pernah dalam kondisi di mana dia belum kunjung juga hamil. Naya dulu merasa sangat sedih dan berpikir bahwa dia mandul. Hinaan dan cemooh orang lain bahkan keluarga sendiri membuatnya terpuruk, kehilangan semangat hidup.Naya selalu berpikir kenapa dia berbeda dari kebanyakan wanita lainnya, yang setelah menikah langsung dikaruniai buah hati. Apakah semua salahnya jika dia tak kunjung hamil? Apakah dia juga wanita yang belum sempurna jika belum kunjung hamil? Berbagai macam pertanyaan sela
Baca selengkapnya

Permohonan Ratih

Setelah melihat keadaan Melisa rasanya Naya tidak tahan untuk tetap berada di tempatnya berdiri. Lalu dia melangkahkan kaki menuju kursi di samping pintu, Naya pun duduk di sana sembari menunggu Ratih keluar dari ruang rawat Melisa.Naya duduk termenung mencoba menata hatinya, berharap semua yang terjadi tidak akan mempengaruhinya dalam bersikap."Nay—," panggil Ratih mengejutkan Naya."Iya, Bu," jawab Naya menoleh pada Ratih yang sedang berdiri di depan pintu. Ratih pun melangkah mendekati Naya dan duduk di sampingnya."I-bu ingin minta maaf padamu, Nay. Ibu minta maaf atas semua perilaku buruk Ibu padamu," ucap Ratih dengan mata berkaca-kaca.Naya menghela nafas pelan dan menjawab ucapan Ratih, "Sudahlah, Bu. Semua sudah berlalu, kata maaf Ibu tidak akan pernah mengembalikan semua pada keadaan semula. Aku sudah ikhlas, Bu. Aku ikhlas jika memang jalanku seperti ini.""Tapi, Nay ... Ibu sudah sangat bersalah padamu. Ibu sudah dibutakan dengan keegoisan Ibu sendiri. Ibu sudah teramat
Baca selengkapnya

Sidang Vonis

Hari berlalu begitu cepat, tidak terasa hari sidang vonis Hanan akan digelar. Sejujurnya Naya enggan untuk datang melihat jalannya sidang nanti. Dia takut hatinya tidak mampu melihat keadaan Hanan yang menderita.Akan tetapi Naya harus tetap hadir untuk mendengarkan keputusan hakim atas kasus kekerasan yang dilakukan Hanan kepadanya.Hati Naya berdebar kencang menanti jalannya sidang. Naya sudah tiba di tempat sidang sejak setengah jam yang lalu dengan ditemani oleh Alan dan juga Dinda.Alat bukti visum sudah sangat memberatkan Hanan. Dinda juga ikut menjadi saksi atas kasus kekerasan yang menimpa Naya. Dialah orang pertama yang menemukan Naya dalam keadaan yang mengenaskan.Suasana dalam ruang sidang sudah mulai ramai, Naya melihat Ratih juga datang. Ratih datang ditemani oleh Risa—saudara perempuan Hanan, bukan Melisa seperti biasanya. Keadaan Melisa masih belum memungkinkan untuk menemani Ratih.Kini netra Naya memandang Hanan yang mulai masuk ke ruang sidang. Hanan melangkah sambi
Baca selengkapnya

Pasrah

Pov HananAku hanya memandang sendu Melisa yang terus berteriak dan menangis. Pikiranku kosong, menyesali semua yang telah aku lakukan pada Naya.Aku dibawa menuju penjara, tempatku ditahan karena perbuatanku. Aku menundukkan wajah meneteskan air mata meratapi penyesalanku.Sungguh bukan ini yang kuharapkan, aku hanya ingin mengikat Naya agar tetap berada di sisiku. Aku hanya terlalu mencintainya dan tak mau kehilangannya.Ini semua karena kebodohanku yang menurut saja pada perintah Ibu. Jika dulu Ibu tidak memintaku menikahi Melisa, tentu aku masih bisa hidup bahagia dengan Naya.Aku memukul kepalaku dengan tangan yang masih diborgol. Sekarang aku berada dalam mobil yang membawaku ke penjara, tempat yang tak pernah aku bayangkan akan masuk ke dalamnya.Kurasakan mobil berhenti, seorang polisi membukakan pintu dan membawaku ke dalam kantor polisi. Dalam diam aku melangkah mengikuti kemana aku akan ditahan.Aku digiring masuk ke dalam jeruji besi. Tempat yang menurutku menyeramkan, di
Baca selengkapnya

Melisa Bunuh Diri

"Huh ... setiap hari aku harus mengurus Melisa. Kapan sih dia sembuhnya, capek aku kalau Melisa sedang mengamuk." Ratih menggerutu di samping ranjang Melisa yang baru saja mengamuk, berteriak-teriak memanggil anaknya.Keadaan Melisa belum ada perkembangan sama sekali, tapi dia diijinkan dirawat di rumah dengan ditemani oleh suster, jika sewaktu-waktu Melisa kembali histeris.Jika saja orangtua Melisa tidak memberikan uang yang banyak, tentu Ratih tidak mau merawat Melisa. Orang tua Melisa sedang ada di luar kota, sehingga mereka tidak bisa merawat Melisa sendiri.Ratih merasa kerepotan jika Melisa sedang mengamuk, Melisa akan melempar barang apa saja yang berada di dekatnya. Untungnya ada suster yang dibayar oleh orangtua Melisa menemani Ratih mengurus Melisa. Jika tidak, tentu Ratih sudah tidak kuat menghadapi Melisa.Ratih benar-benar menyesal telah menikahkan Hanan dengan Melisa. Hidup anak kesayangannya itu sekarang telah hancur. Apalagi Hanan harus menjalani hari-harinya di balik
Baca selengkapnya

Melisa Koma

Ratih berjalan mondar-mandir di depan ruang UGD, hatinya gelisah memikirkan bagaimana kondisi Melisa. Dia sangat berharap Melisa bisa selamat.Ratih sudah menghubungi orangtua Melisa setelah sampai di rumah sakit. Dia tidak mau disalahkan jika terjadi sesuatu pada Melisa."Kenapa sih, Melisa pakai acara bunuh diri segala. Kan, jadi aku yang kerepotan kalau seperti ini. Dasar, bisanya menyusahkan saja, memang anak manja Melisa itu." Ratih menggerutu sendiri.Ratih terus berjalan mondar-mandir sambil menggerutu dalam hati. Selang beberapa menit dokter yang memeriksa Melisa telah keluar ruang UGD, dia pun segera melangkah menuju dokter tersebut."Bagaimana keadaan menantu saya, Dok?" tanya Ratih begitu sampai di depan dokter."Alhamdulillah, Ibu Melisa bisa melewati masa kritisnya. Tapi Ibu Melisa masih belum sadarkan diri. Dan sekarang Ibu Melisa membutuhkan transfusi darah secepatnya. Apakah ada keluarga Ibu Melisa dengan golongan darah sama dengannya?""Maaf, Dok. Saya tidak tahu, ora
Baca selengkapnya

Hancur Tak Tersisa

Pov MelisaSejak Mas Hanan berada dipenjara hidupku rasanya hampa. Aku sudah tak semangat lagi menjalani hidup. Keadaan kandunganku pun menjadi lemah karena aku terlalu banyak pikiran.Aku sempat pingsan saat mencoba membujuk Mbak Naya untuk melepaskan Mas Hanan. Setelah itu aku harus duduk di kursi roda karena kandunganku sangat lemah, sehingga aku dilarang terlalu banyak bergerak.Aku juga terkejut saat Mbak Naya mengatakan bahwa dia sudah hamil sejak Mas Hanan menikahiku. Aku pikir selama ini Mbak Naya mandul, karena begitulah yang disampaikan ibu waktu melamarku.Jika tahu seperti itu, aku pasti akan menemui Mbak Naya untuk meminta ijin menikah dengan Mas Hanan. Bagaimanapun juga aku sangat mencintai Mas Hanan. Waktu Ibu melamarku, aku sangat bahagia sekali. Sejujurnya aku sangat takut jika terjadi apa-apa pada janinku, akan tetapi aku juga tidak bisa jika tidak memikirkan Mas Hanan yang sedang dalam penjara.Kenapa Mbak Naya tega sekali melaporkan Mas Hanan ke polisi? Harusnya M
Baca selengkapnya

Akhir Pernikahan

Tak terasa waktu sudah berlalu dengan cepatnya, persidangan perceraian Naya dengan Hanan hari ini adalah yang terakhir.Naya sudah tidak sabar menunggu datangnya hari ini. Setelah perceraiannya berakhir, Naya akan pergi dan memulai hidup baru bersama anaknya. Dia ingin hidup dengan tenang tanpa diganggu oleh siapapun.Kini kehamilan Naya sudah memasuki trimester ke kedua, dia sudah kepayahan jika terlalu banyak beraktivitas.Sekarang hidup Naya sudah lumayan tenang, Ratih sudah tidak pernah menemuinya lagi semenjak Dinda mendonorkan darahnya untuk Melisa.Keadaan Melisa pun sudah berangsur membaik, sejak sadar dari koma dia tinggal bersama kedua orangtuanya. Tapi kini Melisa menjadi sosok yang pendiam, dia tidak mau keluar rumah untuk beraktivitas.Melisa pun ingin mengajukan perceraian dari Hanan, namun orangtua Melisa melarangnya. "Yah, Bu. Aku ingin bercerai saja dari Mas Hanan," ucap Melisa sendu saat mereka sedang bercakap-cakap setelah beberapa minggu Melisa sadar dari koma."K
Baca selengkapnya

Melisa Meminta Maaf

Naya berjalan diiringi Dinda di belakangnya menuju parkiran. Di sana Irham sudah menunggunya dari tadi."Mbak Naya, tunggu!"Naya menghentikan langkahnya begitu mendengar suara yang dikenalinya memanggil. Naya menolehkan kepala sembari mengernyitkan keningnya. Memastikan apakah benar suara Melisa yang didengarnya.Seingatnya dari kabar yang dia dengar, Melisa sedang berada di luar kota mengikuti kedua orangtuanya."Mbak, bisa aku meminta waktumu sebentar?" tanya Melisa begitu sampai di depan Naya."Ada apa lagi, Mel?" Naya bertanya pada Melisa tanpa menjawab pertanyaan Melisa."Aku mohon, Mbak. Aku hanya ingin berbicara sebentar saja, aku janji tidak akan lama," jawab Melisa memelas.Naya nampak menimbang-nimbang akankah dia memberi kesempatan Melisa untuk berbicara atau tidak. Sejujurnya dia heran ada urusan apa lagi Melisa meminta waktu untuk bicara. Bukankah sekarang Melisa sudah bisa memiliki Hanan sepenuhnya? Bukankah sekarang Melisa juga bisa menjadi satu-satunya istri Hanan ta
Baca selengkapnya

Status Baru Hidup Baru

Pov NayaSetelah Melisa pergi aku bergegas masuk ke dalam ruanganku untuk beristirahat. Kurebahkan tubuh di sofa begitu sampai.Sejujurnya aku tidaklah lelah. Aku hanya ingin sendiri hari ini. Bagaimanapun, berakhirnya pernikahanku dengan Mas Hanan, sedikit banyak membuat nyeri di hatiku.Aku hanya ingin mencoba menata hati dengan status baruku. Status janda yang baru saja aku sandang beberapa jam yang lalu, membuat hatiku sedikit sakit. Tidak pernah terbayangkan aku akan menyandang status tersebut.Biarlah hari ini aku merenungi setiap jalan hidupku, serta merasakan kesedihan yang telah aku lalui. Jika esok datang aku harus bisa bangkit dan memulai hidup baru.Aku akan pergi mengikuti Bang Irham di mana dia tinggal. Biar urusan restoran aku serahkan pada Dinda kembali. Kelak jika aku sudah siap kembali lagi ke sini, aku pasti akan kembali. Untuk sekarang aku harus fokus pada kehamilanku, apalagi beberapa bulan lagi aku akan melahirkan. Aku akan segera bertemu dengan anakku. Aku tida
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status