“Ini aku bawain brosur kul....” Belum selesai Dika berkata, Arya meletakkan jari telunjuk di mulutnya memberi isyarat agar Dika diam dan tidak meneruskan omongannya. Matanya mengisyaratkan ke bangku pengunjung. Dika menoleh, benar saja, ada Ressa di sana. “Sorry, bro, gak liat aku,” ucap Dika lirik sambil mengatupkan kedua telapak tangannya. “Padahal di luar terparkir mobil segede gaban,” celetuk Arya setengah berbisik. Dika hanya cengengesan. “Taruh brosur di laci,” perintah Arya masih dengan bisik-bisik sambil berlalu balik ke tempat duduk di mana Ressa berada. Ressa memandang dinding kafe. Ia tidak memperhatikan percakapan Arya dan Dika. Dibandingkan penasaran dengan tujuan Dika kemari pagi hari, ia justru lebih malu jika ketahuan menangis di kafe Arya. “Jangan digosok-gosok matanya nanti maskara kamu luntur,” ucap Arya setelah mendaratkan tubuhn
Terakhir Diperbarui : 2022-03-29 Baca selengkapnya