Home / Romansa / Madu Untuk Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Madu Untuk Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

143 Chapters

Subuh yang Syahdu

Malam ini Kiyada merasa dirinya bagaikan ratu. Ustaz Subhan melayani segala kebutuhannya dengan sangat baik. Bahkan untuk pertama kali sang suami menyuapinya makan malam.Besok pagi dokter telah memperbolehkan Kiyada untuk pulang, dengan syarat harus istirahat total selama satu minggu. Tampaknya Kiyada harus merelakan jam kuliahnya untuk sementara.“Kuliahkan kan bisa lewat via online,” bujuk Ustaz Subhan dengan lembut saat Kiyada mengkhawatirkan jadwal kuliahnya akan terbengkalai.Kiyada hanya bisa mengangguk patuh. Mungkin ini adalah saatnya ia menikmati masa-masa kehamilan pertamanya. Sesuatu yang belum tentu bisa terulang di masa mendatang.Saat Subuh menyapa, pemandangan yang pertama kali Kiyada lihat adalah Ustaz Subhan yang tengah khusuk berdzikir. Salah satu hal yang paling disukai Kiyada adalah menatap punggung sang suami ketika sibuk bercengkrama dengan Tuhannya. Di bawah bimbingan sosok Ustaz Subhan, Kiyada yakin anaknya akan bangga memiliki ayah seperti beliau.“Kamu mau s
last updateLast Updated : 2022-05-04
Read more

Antara Dua Rasa

Tak ada wanita yang benar-benar rela jika harus berbagi rasa. Bahkan jika itu atas nama agama sekalipun. Rasa cemburu, cemas, dan khawatir itu pasti ada. Wanita memang lihai menutupi rasa cinta, tetapi begitu sulit mengendalikan cemburu di dada.“Kamu nggak akan pernah bisa bersandiwara di depanku, Shofi.”Satu kalimat yang berhasil membuat pertahanan Shofia jebol seketika. Air mata yang sekuat tenaga ia sembunyikan, perlahan mengaliri pipi bak pualam miliknya. Kembali ia tergugu dalam dekapan sang suami.“Kita tak perlu melakukan semua ini, Sayang. Aku nggak mau melihat kamu terluka.”“Aku tidak apa-apa, Mas. Ini hanya perasaan sesaat, nanti jika sudah terbiasa akan memudar dengan sendirinya.” Tercekat suara Shofia saat mengungkapkan kata-kata yang ia sendiri tak yakin akan hal itu.Serangkaian momen sebelum Ustaz Subhan menikahi Kiyada kembali berkelebat. Tak tega rasanya memberitahu Shofia perihal kehamilan Kiyada. Sebagai sosok yang telah delapan tahun mengarungi rumah tangga bers
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Kekecewaan Jihan

Sang mentari kian menaiki cakrawala. Udara pagi yang sejuk mulai tercampur polusi kendaraan bermotor. Para pekerja juga pelajar seakan berlomba-lomba berkejaran dengan sang waktu.Setelah semalam Jihan mendengar fakta mengejutkan tentang hubungan Kiyada dan Farhan di masa lalu, pagi ini abah memaksanya untuk menjenguk wanita tersebut. Sepertinya Ustaz Subhan yang memberitahu abah perihal kecelakaan yang dialami Kiyada.“Kamu jenguk Kiyada kalau dia sudah pulang. Kasihan dia sudah tak memiliki keluarga lagi,” tutur abah saat Jihan tiba di rumah tadi malam.Jihan hanya mengangguk samar dengan ekspresi datar. Terlalu banyak peristiwa yang menguras emosi sejak siang tadi. Mulai dari kabar kecelekaan Kiyada, kehamilan wanita itu, juga masa lalunya dengan Farhan.Jihan sadar betul, ia bukan wanita kalem dan lemah lembut seperti kakaknya. Selama ini ia cukup kesulitan untuk menyembunyikan raut jutek di depan orang yang tak disukainya. Ia bukan wanita berhati malaikat yang dengan mudahnya men
last updateLast Updated : 2022-05-06
Read more

Demi Buah Hati

“Kak Shofi minta uang dong,” rengek Jihan saat ia akan pergi bersama teman-temannya.Shofia masih fokus dengan PC di hadapannya, bersikap tuli dengan rengekan Jihan yang selalu meminta uang tiap mau keluar. Padahal saku yang diberikan abah bisa dibilang lebih dari cukup tiap minggunya.Tak putus asa, Jihan kini meraih PC di depan Shofia. Gadis itu tak akan berhenti merajuk jika permintaannya tak dituruti.“Kemarin kan sudah dikasih uang sama Abah, Jihan.” Shofia menekan suaranya.Ketika Jihan dan Shofia mulai berdebat masalah uang jajan, maka Ustaz Subhan yang selalu menjadi penengah antara keduanya. Tanpa banyak berkata-kata laki-laki tersebut akan memberikan sejumlah uang pada Jihan.“Jangan pelit sama adik sendiri.” Begitulah jawaban yang diberikan Ustaz Subhan tiap kali Shofia memprotes tindakannya yang terlalu royal pada Jihan.“Mas Subhan memang kakak aku yang paaliing baik.” Jihan melirik sekilas pada Shofia seraya menjulurkan lidah.Jika mengingat masa-masa itu Ustaz Subhan me
last updateLast Updated : 2022-05-06
Read more

Kabar Mengejutkan

Hari-hari yang dilalui Kiyada selama masa pemulihan terasa membosankan. Ustaz Subhan benar-benar melarangnya terlalu banyak bergerak, kecuali dalam beberapa hal yang cukup mendesak saja.Bahkan sang suami mengurangi undangan ceramah di luar kota. Meski begitu, tak serta merta membuat Ustaz Subhan lebih sering berada di rumah bersama Kiyada. Laki-laki tersebut memakai jasa asisten rumah tangga yang berangkat pagi dan pulang sore dari rumah Kiyada.“Malam ini aku ada rapat di pesantren. Kamu mau ikut ke sana atau di rumah saja?”Siang itu Ustaz Subhan dan Shofia tengah bersantai di ruang tengah. Keduanya tengah menonton televisi dengan Kiyada yang berbaring di pangkuan Ustaz Subhan. Semenjak hamil entah mengapa Kiyada sangat menikmati aroma tubuh Ustaz Subhan.Kiyada terdiam sejenak, menimbang tawaran cukup menarik dari sang suami. Dari dulu Kiyada begitu memimpikan belajar di pesantren. Hanya saja keadaan tak memungkinkan ia untuk tinggal jauh dari ibu dalam kurun waktu yang tidak sebe
last updateLast Updated : 2022-05-08
Read more

Malaikat Kecil

Beberapa hari terakhir Shofia kesulitan tidur di saat malam hari. Terlalu banyak kebohongan yang ia lakukan pada keluarganya. Termasuk keadaan Bu Aminah, ibu Kiyada. Wanita paruh baya itu melarangnya untuk memberitahu Kiyada tentang keadaan yang sesungguhnya.Dokter mengatakan jika kanker serviks yang dialami Bu Aminah telah mencapai stadium akhir, dan selnya telah menyebar. Meski telah dilakukan oprasi pengangkatan, tetap saja tak menjamin akan sembuh total.“Kanker serviks hanya dialami oleh wanita yang pernah melakukan hubungan badan dengan lawan jenis. Sedangkan dari cerita kamu, Bu Aminah ini ditinggal mati suaminya sekitar 20 tahun yang lalu.” Erlana menjeda kalimatnya, wanita itu kembali mengamati kertas hasil rekam medis Bu Aminah.Shofia masih terdiam, ia menunggu lanjutan ucapan Erlana. Ia menatap wanita di hadapannya dengan penuh tanya.“Virus HPV penyebab kanker serviks ini berkembang antara delapan sampai sepuluh tahun. Salah satu pemicu terkuatnya adalah berhubungan bada
last updateLast Updated : 2022-05-10
Read more

Penerimaan

Dari si kecil Lula, Shofia mendapat banyak pelajaran berharga. Kepolosan anak itu telah mengembalikan semangatnya untuk berjuang sembuh. Paling tidak, agar ia bisa bertahan hidup lebih lama lagi.Setelah beberapa hari menonaktifkan ponsel, karena menghindari panggilan dari Ustaz Subhan. Kini ia lebih sering menghubungi sang suami. Ia harus menikmati sisa hidup dengan cukup baik.“Aku kangen banget sama kamu, Sayang,” ungkap Ustaz Subhan mengawali sambungan telephon.“Assalamualaikum, Mas.”Ustaz Subhan terkekeh. “Iya, saking rindunya sampai lupa tak mengucap salam.”Shofia tertawa ringan. Ia membayangkan senyuman Ustaz Subhan yang selalu menyihirnya. Kumis tipis juga jambang yang sedikit kasar, Shofia sungguh rindu sentuhan itu. Sejenak ia melupakan penyakit yang menggerogoti tubuhnya.“Mas Subhan sedang apa di sana?” Meski sedikit ragu, akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari bibir Shofia.Berdebar dada Shofia menanti jawaban yang akan diberikan sang suami. Ia takut saat ini Ustaz
last updateLast Updated : 2022-05-11
Read more

Kisah Pilu

Setiap insan memiliki masa lalu. Entah itu manis ataupun tragis. Bagaimanapun bentuknya, ia tetap menjadi bagian dari hidup kita. Terkadang perlu ada penyesalan, agar masa itu dapat menjadi pelajaran.Kisah perjalanan hidup yang dipaparkan Bu Aminah membuat Shofia harus menahan napas beberapa kali. Sungguh tak pernah terbayangkan dalam benak Shofia bagaimana badai kehidupan yang harus dilewati Bu Aminah.Wanita yang dari luar tampak begitu tenang dalam mengarungi kehidupan, meski tanpa suami yang menafkahi. Bu Aminah yang begitu gigih dalam beribadah dan bekerja, ternyata memiliki kisah tragis yang memilukan.“Saya merasa sangat kotor waktu itu. Bahkan, nyaris bunuh diri jika tak ingat ada Kiyada yang masih sangat membutuhkan saya.” Bu Aminah yang tengah duduk di kursi roda mulai berurai air mata.Ruang berukuran 3X4 itu terasa sepi. Hanya ada dua wanita yang saling menguatkan. Dari penuturan Bu Aminah, Shofia mendapat banyak pelajaran berharga. Lagi-lagi ia merutuki dirinya yang terl
last updateLast Updated : 2022-05-11
Read more

Gejolak Rasa

“Bagaimana nanti jika ibu pulang dan tahu kalau putrinya tengah hamil?” Kiyada menatap Ustaz Subhan dengan raut penuh kekhawatiran..Beberapa detik keduanya saling terdiam. Ustaz Subhan masih duduk di sisian ranjang seraya memejamkan mata. Sedangkan Kiyada berdiri di depan sang suami dengan gelisah. Situasi seperti ini memang sudah dibayangkan akan terjadi. Namun, tak menyangka jika waktunya lebih cepat dari perkiraan.Usia pernikahan Ustaz Subhan dan Kiyada bahkan belum genap dua bulan. Meski komunikasi keduanya kini jauh lebih lancar daripada hari-hari pertama dulu, tetapi mereka belum terlalu mengenal dalam kepribadian masing-masing.“Aku akan bicara terus terang sama Ibu,” putus Ustaz Subhan lugas.Kiyada tercengang dengan keputusan yang akan diambil sang suami. Haruskah secepat itu jujur sama Ibu?“Nggak bisa dong, Mas. Bagaimana nanti jika ibu tiba-tiba drop,” sergah Kiyada. Wanita itu menatap Ustaz Subhan penuh penolakan.Ustaz Subhan mengembusakan napas panjang beberapa kali.
last updateLast Updated : 2022-05-13
Read more

Merajuk

Malam bertabur bintang. Bulan sabit menggantung indah di ufuk timur. Dua insan yang tengah menikmati masa-masa pengantin baru itu tampak berbinar bahagia. Melewati jalanan kampung dengan suasana yang masih asri.Seperti biasa, Kiyada lebih suka menaiki motor daripada mobil. Kini ia tak lagi canggung untuk memeluk erat pinggang sang suami dari belakang. Menghirup aroma maskulin yang memberi efek menenangan tersendiri.“Kamu ingin makan apa?” tanya Ustaz Subhan sedikit keras, karena mereka mulai memasuki jalan raya.“Apa aja terserah.”“Mau makan nasi padang?” “Nggak mau, ah. Pedes menunya.”Ustaz Subhan mendesah pasrah. Ternyata kedua istrinya memiliki kesamaan, sama-sama sulit dimengerti ucapannya. Atau mungkin sebagian besar wanita memang seperti itu, pikirnya. “Terus maunya apa?”Beberapa meter lagi ada pertigaan. Ke kanan menuju aneka cafe dengan berbagai suasana. Sedangkan ke kiri, lebih banyak warung sederhana juga pedagang kaki lima di pinggiran taman kota.“Terserah, Mas,” jaw
last updateLast Updated : 2022-05-16
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status