Semua Bab PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA: Bab 151 - Bab 160

164 Bab

Pemilihan kepala desa

"Menurut Nak Iwan, Roni mau tidak mengakui saya Ayah kandungnya?" tanya Surya. Dia masih penasaran dengan Roni, dan ingin mengenalnya lebih dekat.  "Kalau soal itu, saya juga nggak tau Pak. Karena itu urusan hati. Bapak jangan menyerah untuk mendekati Roni. Hati Roni itu mudah diluluhkan. Tapi … kalaupun  Roni bisa menerima Bapak. Tetap saja dia tak bernasabkan nama Bapak."  "Maksudnya?" "Maaf sebelumnya Pak. Kalau saya lancang mengatakan ini. Karena Roni lahir bukan dari hasil pernikahan yang sah. Makanya dia bernasabkan Ibunya. Bin nya itu mengikut nama Bu Widuri. Bukan nama Bapak." Iwan mencoba menjelaskan dengan hati-hati agar tak menyinggung perasaan Surya. Matanya tetap fokus pada jalanan desa yang rusak dan banyak lubang menganga di tengah jalann
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-27
Baca selengkapnya

Mayat Ki Agung 1

Suasana di Desa Lor jauh berbeda dengan saat pertama Roni dan rombongan datang. Warganya lebih hangat sekarang, kembali seperti dulu. Sebelum kejadian naas menimpa Widuri. Desa itu kembali punya harapan untuk lebih baik ke depannya. Sifat kekeluargaan kembali terjalin dengan sangat baik.  "Yok kita lanjut lagi memperbaiki surau. Biar cantik surau kita, kan tambah semangat nanti ibadahnya." Samijo menggerakkan warga yang masih berkerumun melepas kepulangan Ustad Faruk dan Ustad Imam.  Warga mengikut apa yang dikatakan Samijo. Semua bergegas mengambil peralatan bertukang. Para Ibu-ibu kembali ke rumah masing-masing.  "Jo, besok pagi kita jadi cari Ki Agung sampai ke ujung desa?" tanya Kasno agak pelan. Saat mereka berdua sedang sama-sama mengayak pasir. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-27
Baca selengkapnya

Mayat Ki Agung 2

"Nggak, nggak papa," kata Surya mencoba menenangkan dirinya sendiri.  "Kalian gak mengada-ngadakan?" tanya Surya berusaha untuk tampak tenang, mulai sekarang dia harus menjaga wibawanya di depan warga. "Beneran Den. Samijo, Kasno sama Totok lagi di sana, nungguin mayatnya," kata Lilik meyakinkan Surya.  "Ya sudah, kita lihat kesana sekarang," titah Surya.  "Kalau benar ada mayat Ki Agung, kita harus membawanya dan menguburkannya dengan layak," kata Solihin.  "Buat apa, Ustad. Biarin aja, atau hanyutkan di sungai." Maman tak setuju dengan pendapat Solihin.  "Mengurus jenazah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-27
Baca selengkapnya

Bukan kutukan

"Tapi kalau kamu yang bilang oek oek, jadi gak lucu." Samijo terkekeh meledek temannya itu. "Insha Allah. Keinginan Bapak-bapak akan Allah kabulkan. Karena gak ada yang kena kutukan di desa ini."  Mereka berdua melihat ke belakang, siapa gerangan yang bergabung dalam pembicaraan mereka.  "Oh, Nak Iwan," kata Samijo dan Kasno bersamaan. Mereka langsung menghentikan gurauan mereka.  "Semoga apa yang diinginkan oleh Pak Samijo dan juga Pak Kasno bisa segera terwujud." Iwan menghenyakkan bokongnya di dekat Samijo.  "Tapi apa mungkin Nak. Kami sudah sangat berumur." Samijo merasa pesimis. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-27
Baca selengkapnya

Keinginan Surya

"Tapi Kakek ndak nguping." Roni tersenyum mendengar Kek Warno, yang merasa tatapannya seakan menuduh. "Kebetulan dengar tadi, pas mau antar kopi," kata Kek Warno, lalu menyeruput sedikit kopinya.  "Apa yang kamu rasakan. Sama seperti yang Kakek rasakan. Sakit hati, itu pasti," kata Kek Warno dengan pandangan menerawang. Roni tak menyela, pandangan matanya lurus tertuju pada ratusan pohon sawit yang berdiri gagah di depan matanya.  "Tapi, terkadang kita harus mengalah pada diri sendiri, untuk mengobati rasa sakit yang ada di hati," sambung Kek Warno masih dengan pandangan menerawang. Sesaat suasana menjadi hening, hanya terdengar suara jangkrik yang tak berirama. Seakan ikut merasakan kegundahan yang ada di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-28
Baca selengkapnya

Kembali pulang

Roni hanya menatapi Kakeknya dan anggota keluarga yang lain saling berbasa basi dengan para tetangga untuk sekedar berpamitan, karena mereka akan pergi cukup lama dari kampung itu. Bahkan mungkin tak akan kembali lagi. Roni melihat Surya menggendong tubuh ringkih Widuri. Hatinya sangat sakit melihat itu, sedianya tadi, dia yang hendak menggendong Widuri. Tapi rasa kesal di dadanya tak mampu dia sembunyikan, meski hanya dengan seulas senyum kepalsuan. "Kenapa Kakek dan Ibu mudah sekali memaafkan dia!" gumam Roni dengan gigi gemeletuk.  Dewi mengiringi di belakang Surya yang menggendong Widuri, bergegas menyiapkan bantal buat bersandar Widuri agar merasa lebih nyaman di dalam mobil. Roni hanya diam, tanpa sedikitpun menoleh. Dia terpaku oleh rasa sakit di hati. Padahal dia baru saja mengetahui kebenaran tentang dirinya. Tapi rasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-28
Baca selengkapnya

Sampai rumah

TIN TIN TINPak Dirman berlari-lari kecil menuju gerbang ketika mendengar suara klakson mobil majikannya. Buru-buru dibukanya pintu gerbang dengan lebar, agar mobil majikannya bisa segera masuk ke halaman. Pak Dirman terus melihat ke arah mobil Roni. Dia merasa sedikit heran, karena melihat orang tak dikenal bersama dengan Roni duduk di depan.  Segera ditutupnya kembali pintu gerbang setelah mobil Roni masuk dengan sempurna dan berhenti di halaman rumah. Semua orang yang ada di dalam mobil langsung turun. Bik Jum yang juga keluar dari dalam rumah ketika mendengar suara klakson mobil Roni, segera membantu mengangkat semua barang dari dalam mobil. "Ron angkat Ibumu," titah Bu Ipah.  "Iya Bulek." Roni gegas menggendong Wid
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-28
Baca selengkapnya

Kehangatan keluarga 1

Alangkah terkejutnya mereka, melihat Bu Ipah dan Bu Wiyah berusaha mengangkat Widuri yang tergeletak di lantai. Roni langsung bergerak cepat mengangkat tubuh Widuri ke atas ranjang. Dewi langsung ke dapur, mencari kotak P3K yang ada di lemari dapur. Dengan langkah lebar dia kembali lagi ke kamar bersama kotak P3K di tangannya.  "Kok Ibu bisa jatuh?" tanya Dewi, sembari tangannya terampil membersihkan luka di dahi Widuri dengan kapas yang sudah diberi alkohol. Lalu Dewi teteskan antiseptic dan menutupnya dengan perban dan plaster. Widuri tak menjawab, bukan tak mau. Tapi dia belum bisa mengeluarkan kosa kata yang banyak dari pita suaranya. Widuri tadi seperti melihat ada siluet orang dari jendela kamar, karena panik Widuri lupa, kalau kakinya belum kuat untuk berjalan. Hingga akhirnya dia terjatuh dari atas ranjang. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-28
Baca selengkapnya

Kehangatan keluarga 2

"Mungkin karena belum terbiasa dengan rumah ini Bulek," kata Dewi. Tangannya terus mengaduk nasi yang sudah mulai menjadi bubur. Sementara Bik Jum membantu menyiapkan bahan pelengkap untuk bubur ayam.  Hati Dewi sebenarnya sedikit ragu akan kata-katanya sendiri, tapi dia tak mau membuat Bu Ipah khawatir. Hal yang dia dan Widuri bisa rasakan, sangat sulit untuk dijelaskan. "Bulek bawakan teh ini dulu ke depan ya. Tadi sepertinya Roni sama Lek Warno keluar." "Paling di halaman depan, Bulek. Kata Mas Roni, dia mau olahraga sedikit."  "Ya sudah, Bulek antar ke teras. Bik, tolong ambilkan biskuit," kata Bu Ipah pada Bik Jum. Bik Jum membuka salah satu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-28
Baca selengkapnya

Mulai membaik

"Gimana Ko, panen beberapa hari ini, apa sudah lebih baik?" tanya Roni pada Joko, salah satu orang yang dipercaya mengurus kebun milik Pak Darma.  "Masih belum ada perubahan yang signifikan Mas. Tapi sudah sedikit lebih baik dari beberapa hari lalu," jawab Joko yang berjalan mengikuti di samping Roni. Roni ingin melihat langsung, kondisi pohon-pohon sawit yang ada di kebun milik Pak Darma. Yang sekarang sudah diserahkan padanya. "Oh iya. Kenalin, ini Kakek saya." Roni memperkenalkan Kek Warno pada Joko. Joko dengan sopan menyalami Kek Warno. Mereka lanjut lagi berkeliling kebun. "Tapi biaya operasional bisa di atasikan?"  "Alhamdulillah, bisa Mas. Bahkan dua hari ini, bisa menambah isi kas, biarpun sedikit
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status