Home / Romansa / Bukan Mantan / Kabanata 11 - Kabanata 20

Lahat ng Kabanata ng Bukan Mantan: Kabanata 11 - Kabanata 20

52 Kabanata

11. Ngumpet

Aku tengah duduk merenung sambil menatap aktivitas orang-orang di Terminal Purwokerto. Tuti sedang membeli beberapa camilan dan air mineral."Nih.""Makasih.""Kamu mau aku temani ke mana dulu?""Disini aja dululah Tut, lagian baru jam enam.""Okelah. Nih makan, aku pesenin dua cup."Aku dan Tuti menyantap cup Andaimie yang ditambahi dengan lima butir bakso didalamnya."Enak ya Tut.""Biasa aja. Tapi biasanya orang patah hati gak nafsu makan. Kok kamu beda?""Bedalah. Walau patah hati, aku harus tetap waras.""Hahaha."Kami asik makan dan sesekali tertawa membahas berbagai hal secara acak."Mbar.""Hem, bukannya itu Syam."Aku menoleh ke arah yang ditunjuk Tuti, mataku membulat. Syam terlihat sedang mencari-cari sambil menghubungi seseorang dengan ponselnya."Tut, cepetan kabur!" Aku menarik tangan Tuti dan langsung mengajaknya pergi. Bahkan kini kami berlari."Kenapa?" Tuti ikut berlari.
last updateHuling Na-update : 2022-03-01
Magbasa pa

12. Melepas Kenangan

"Mbak Ambar makasih ya. Udah nemenin Anggi.""Gak papa. Mumpung Mbak belum repot. Ini beneran kamu resign jadinya?""Iya Mbak. Habisnya, Aris dipindah ke Temanggung. Mana jabatannya lumayan lagi.""Iya. Kamu ikut suami aja. Kalau bisa sih suami istri jangan pisah. Yang gak pisah aja banyak masalah apalagi yang pisahan.""Hehehe. Mbak Ambar kayak pawang rumah tangga aja.""Kalau mbak udah jadi pawang, mbak udah lama nikah Nggi."Tiba-tiba saja mimik muka Anggi berubah. Aku yang sadar salah ngomong langsung menggenggam tangan Anggi."Lupain omongan mbak, ya. Emang udah jalannya mbak kayak gini. Inget, kamu udah bahagiain ibunya Aris disisa umurnya. Ini juga kamu harusnya seneng bisa langsung isi." Aku membelai perut Anggi.Anggi tersenyum lalu memelukku."Pokoknya Mbak Ambar bakalan dapet yang lebih baik dari Mas Wahid, Mas Ragil sama Aris.""Amin. Udah ah ngapain mewek. Kamu tadi bilang mau makan di 'Super Sambel' tapi gak boleh banya
last updateHuling Na-update : 2022-03-01
Magbasa pa

13. Kencan

Seperti biasa aku sedang membantu ibu di warung. Suasana warung ramai seperti biasa. Hanya saja kunjungan para bapak sudah mulai berkurang dan digantikan para ibu berdaster yang keponya gak ketulungan tentang hidup Ambar, si perawan tua."Mbar.""Iya Bu Atun.""Cowoknya gak dateng lagi?""Oh, dia kan kerja Bu, jadi gak bisa datang setiap hari."Inilah pertanyaan yang harus kujawab setiap hari selama sebulan ini. Semenjak memutuskan melepas kenangan bersama Ilo, aku memang lebih terbuka dengan kehadiran Syam. Chat dan telepon darinya kini tak kuabaikan. Beberapa kali dia main ke rumahku. Kadang sendiri kadang dengan Rafi atau Syafiq.Tanggapan Pakdhe, Budhe dan Joko sangat antuisas. Pun dengan ketiga adik perempuanku yang sudah pernah bertemu Syam. Ibu dan Miko sendiri memilih memasrahkan semuanya padaku. Mereka hanya berharap yang terbaik untukku."Eh Mbar, kali ini jangan sampai lepas ya. Ganteng loh, cocok sama kamu.""Iya Mbar,
last updateHuling Na-update : 2022-03-01
Magbasa pa

14. Lamaran

"Mbar.""Iya?""Maukah kamu menikah denganku?" Deg. Aku melotot, jantungku berhenti berdetak. Aku dilamar? Kami saling menatap. Keheningan menyelimuti kami berdua. Cukup lama tak ada satupun yang bersuara."Mbar.""Ambar!""Hah? Apa?!""Aku tanya sama kamu? Maukah kamu menikah denganku? Aku serius.  Kalau kamu setuju. Aku akan melamarmu segera secara resmi."Aku terdiam. Bingung. Jujur aku shock, bagaimana mungkin seorang Syam yang sempurna tertarik padaku? Aku hanya wanita biasa. Mantan TKW, dan cuma lulusan SMA."Aku cuma lulusan SMA, Syam?" lirihku."Ya gak masalah.""Umurku udah tiga puluh.""Aku juga tiga puluh punjul sepuluh bulan.""Aku 'wong ndeso' gak kayak kamu.""Aku juga orang desa, Ambar. Cuma sekarang seringnya di kota.""Aku yatim.""Ck. Ambarwati, kamu kenapa sih? Kenapa kamu jadi minder begini? Denger ya Ambar! Aku menerima kamu apa adanya. Jadi, jangan tolak aku ya
last updateHuling Na-update : 2022-03-01
Magbasa pa

15. Hati Yang Galau

Satu minggu sejak pertunanganku, ini kali pertama aku hanya pergi berdua dengan Syam naik motor. Sepanjang perjalanan aku merasa canggung. Apalagi jika mengingat selama perjalanan ini harus berusaha tidak memeluk perut Syam saat tiba-tiba dia mengerem mendadak."Kita mau kemana?""Terserah kamu aja," jawabku."Jalan-jalan ke mall ya?""Iya."Sampai di mall yang kami tuju, Syam langsung menggenggam tanganku. Aku merasa risi dan malu. Meski lama pacaran dengan Ilo tapi kami jarang bertemu dan kontak fisik.Aku canggung sekali, tapi Syam sepertinya tidak peduli. Bahkan beberapa kali tangannya melingkar di bahuku saat kami sedang melihat-lihat baju atau sepatu. Bahkan kadang melingkar ke perut.Aku ingin bilang pada Syam, tapi tak enak hati rasanya. Silakan saja kalian mengatakan aku ini kuno atau kuper. Tapi memang inilah aku adanya. Meski mainku jauh sampai Hongkong tapi hubungan dengan lain jenis bisa dikatakan minus."Syam.""Iya.""
last updateHuling Na-update : 2022-03-01
Magbasa pa

16. Digantung Lagi

Aku, Yuyun dan Tuti sedang berkumpul di rumah Yuyun. Sesekali Yuyun membantu ibunya melayani pembeli. Aku sendiri habis curhat dengan Tuti dan Yuyun.“Kenapa aku salah pilih terus ya, Tut?”“Paling enggak kalian belum nikah, Mbar. Coba kamu jadi aku. Udah salah pilih, makan hati, mana diteror terus lagi.”“Apa aku harus membatalkan lamaran Syam?”“Jangan dulu! Lihat perkembangannya.”Dering ponselku berbunyi, kutatap layar ponselku. Syam. Aku memilih mengaktifkan tombol silent kemudian menaruh kembali ponselku di tas.“Kok, gak diangkat?”“Males.”“Kenapa? Bukannya lebih baik segera diselesaikan.”“Gak sekarang Tut, nanti aja. Sekarang hatiku sedang panas. Takut salah ngomong.”“Bener juga. Mending kamu tenangin dulu tuh hati kamu. Baru bertindak.”“Kita bahas yang lain aja ya, Tut. Hari ini aku gak pengin bahas Syam
last updateHuling Na-update : 2022-03-02
Magbasa pa

17. Patah Untuk Kedua Kali

Memasuki bulan puasa kulalui dengan hati yang mencoba untuk ikhlas. Hampir tiga bulan Syam tak berkabar. Pun dengan kedua orang tuanya. Keluargaku berulangkali menanyakan kelanjutan lamaran Syam. Aku menjawab apa adanya. Meski sedih, mereka mampu menerima. Bahkan mereka selalu menjadi penyemangatku. Dibatalkannya lamaranku pun sudah diketahui oleh para tetangga. Seperti biasa ada yang simpati ada juga yang mencibir. Bahkan para duda dan bujang yang sejak dulu mencoba mencari perhatianku semakin gencar merayu termasuk Pak Tarno. Tetapi aku memilih cuek dan tak menggubrisnya.“Mbar.”“Ibu, belum tidur, Bu?”“Belum.” Ibu ikut duduk di sebelahku. Kami sama-sama menatap langit.“Beberapa hari ini ibu mimpi bapakmu. Dia nangis terus.”“Kok bisa?” Aku menatap ibu yang matanya sudah berkaca-kaca.“Kayaknya bapakmu lagi sedih. Karena anak sulungnya disakiti sama laki-laki.”“Bu ..
last updateHuling Na-update : 2022-03-02
Magbasa pa

18. Tumbangnya Sang Pahlawan

Berita dilamarnya Linda masih menjadi trending topik terhangat di kampung. Para ibu berdaster masih saja membicarakannya. Warung Ibu masih menjadi primadona untuk berghibah.“Mbar, lamaranmu kok bisa batal?” tanya Bu Siti.“Cowoknya tergoda sama mantan.” Tuti yang menyahut.Aku melotot ke arah Tuti, Tuti hanya mengedikkan bahu dan memilih memakan pecelnya dengan nikmat. Tuti dan Yuyun sedang main ke rumahku.“Kasihan. Yang sabar ya, Mbar. Mungkin belum jodoh.”“Iya, Bu.”“Eh, calonnya Linda ganteng ya. Lebih ganteng dari mantan suaminya.”“Iya.”“Nikahnya kapan katanya?”“Tahun depan. Sekarang Linda kerja di kampus tempat calonnya ngajar.”“Oooo.”“Enak ya Bu jadi Linda, bisa nepotisme sama calon suami,” timpal Tuti.“Iya. Makanya kamu nyari suami yang kayak calonnya Linda, Tut.”“Ga
last updateHuling Na-update : 2022-03-02
Magbasa pa

19. Perjodohan

Aku masih diam setelah mendengarkan penjelasan dokter tadi pagi. Rupanya ibuku didiagnosis terkena serangan jantung, untung masih bisa diselamatkan. Aku menyandarkan tubuhku pada kursi yang tersedia.“Ya Allah, astaghfirullah.” Aku mengusap mukaku dengan telapak tangan. Kupandangi wajah Ibu yang masih sangat pucat. Suara pintu terbuka mengalihkan perhatianku.“Mbak Ambar.”“Anggi.” Kami berpelukan bahkan kami sudah menangis bersama.“Mbak.”Aku melepas pelukanku pada Anggi dan menyambut Saras dan Wulan. Kami berempat berpelukan lagi. Tak ada satupun yang bicara. Kami hanya menangis, saling memeluk dan menguatkan.“Maafkan Mbak. Mbak lalai. Maaf.”“Enggak, Mbak. Ini semua musibah. Bukan salah Mbak Ambar,” hibur Saras.“Iya Mbak, kita semua tahu kok. Mbak Ambar udah jagain Ibu dengan baik,” sambung Wulan.“Mbak gak tahu akan begini. Harusnya mbak gak p
last updateHuling Na-update : 2022-03-02
Magbasa pa

20. Jodoh yang Tak Diharap

“Ambar gak marah ‘kan kalau ibu jodohin Ambar sama anaknya Kinanti,” ucap Ibu terdengar sedih.“Gak, Bu. Ambar cuma sedikit kaget. Tapi Ambar mantap Bu, mungkin memang jodoh Ambar melalui tangan Ibu.”“Kamu serius ‘kan Nduk?”“Serius, Bu.”“Bisa ibu minta kalian segera menikah?”Deg. Aku menatap Ibu dengan kaget.“Bisakan, Mbar? Biar ibu merasa tenang karena kamu sudah ada yang jaga?”“Bu ....”“Nduk. Ikuti kemauan Dek Inayah, ya?” Pakdhe Rusdi menatapku dengan sorot permohonan. Aku menatap semua orang yang ada di ruangan. Mereka semua juga mengeluarkan sorot mata yang sama. Bahkan Anggi menggenggam tanganku, meyakinkanku.“Baiklah, Ambar terima, Bu. Tapi Ambar punya syarat. Hari ini juga kami harus menikah.”Semua orang menatapku kaget pun Ibu. “Nduk, kamu bercanda, ‘kan? Kamu gak pengen kete
last updateHuling Na-update : 2022-03-02
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status