Zura melompat dari kasur dan langsung berlari keluar dari kamar. Santi yang berada di dapur terkejut bukan main. Zura membuka pintu apartemen dengan tidak sabaran. Lalu, saat pintu besi itu sudah terbuka, benar saja, dia melihat Edric masih berdiri di sana, bersandar di tembok yang ada di depan pintu. Zura menubruk tubuh tinggi Edric dan memeluknya erat-erat. Napasnya terengah, bahagia karena Edric tidak pulang dan tidak meninggalkannya. “I’m sorry,” lirihnya penuh rasa penyesalan. Dibenamkannya wajahnya dalam-dalam di dada kekasih hati yang sudah begitu sabar menghadapi sikapnya. “Labil.” “I know.” Zura tidak mengelak. “Childish.” “Agree.” “Tempramental.” “You know that, but you still love me. Why?” Zura mendongak manja melihat Edric yang sudah tersenyum kepadanya. “Sometimes, we don't need a reason to loving some body, Zura. Just … love.” Zura tidak sabar lagi. Dia mendaratkan ciuman di bibir lak
Last Updated : 2022-03-31 Read more